Bintang berkubang dengan kesedihan yang teramat dalam. 2 hari telah berlalu semenjak Arini siuman. Hari beranjak begitu cepat. Merebahkan tubuhnya di ranjang, Bintang berusaha memejamkan matanya. Menyembunyikan wajahnya di balik lengannya yang terlipat. Bintang tak bisa tidur. Bintang tersiksa dengan keadaannya yang menyedihkan ini. Menertawakan dirinya sendiri. Seperti anak sekolah yang sedang patah hati. Membuka lengannya, Bintang mendesah keras. Bangkit dari ranjang dan beranjak menuju jendela. Membuka tirainya, hanya terlihat kegelapan. Malam terasa sangat panjang. Beranjak menuju ke ruang kerja. Mengambil sebuah buku setelah sebelumnya pergi ke dapur untuk mengambil segelas jus. Tubuhnya butuh vitamin setelah seharian ini menenggelamkannya pada lautan minuman keras.Berusaha menikmati bacaannya, Bintang membalik lembar demi lembar kertas didepannya. Namun kemudian menutup bukunya keras. Mengerang kesal. Gagal. Gagal mengenyahkan pikiran nya dari sosok Arini yang tergeletak lemah di kamar perawatan.
Bintang menegakkan tubuhnya, meletakkan buku di depannya. Menutup wajahnya lalu mengusapnya kasar. Bintang merindukannya. Sangat. Mengangkat wajah dan memandang ke depan. Sekali. Sekali saja melihat Arini lalu dirinya akan pergi.
Bintang melangkah meninggalkan ruang baca dan mengambil jas hitamnya sebagai penghangat tubuhnya. Keluar dari apartemen dan berlari menuju ke basement dimana mobilnya diparkir. Memasukinya dan menghidupkannya. Berhenti sesaat untuk berfikir, mengeratkan cengkramannya pada kemudi mobil. Meragukan kemampuan dirinya sendiri untuk pergi setelah melihat gadis pujaan hatinya. Bintang berperang dengan dirinya sendiri. Jiwanya yang kelam menginginkan Arini untuk dirinya sendiri. Namun hati nuraninya yang telah disirami cahaya dan cinta atas kepasrahan Arini pada dirinya melarang untuk melakukan hal itu. Jika memang menginginkan Arini untuk bahagia, maka bukanlah paksaan jawabannya.
Bintang memejamkan mata. Sekali. Hanya sekali dan akan pergi. Melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ditengah malam yang gelap gulita, Bintang membelah kesunyian yang tercipta. Tanpa ada hambatan berarti yang akan menghalangi. Bintang melaju kencang menuju ke tempat gadisnya berada.
-----
Arini mengerang saat berusaha bangkit dari tidurnya. Merasakan ngilu pada pinggangnya, Arini mencoba menahan dirinya terlalu keras berusaha agar sakitnya tak terlalu terasa. Leo yang baru saja datang dari kantin membeli segelas kopi panas, segera memegangi Arini dan membantunya bangun. Setelah sebelumnya meletakkan kopinya di atas meja.
"Kau baik-baik saja? Bagaimana rasanya?" Tanya Leo tepat didepan wajah Arini yang meringis menahan sakit. Melihat wajah Leo yang sangat dekat dengan wajahnya, Arini segera menunduk. Perasaan aneh terasa karena terlalu dekat dengan laki-laki itu. Mengulurkan tangannya, berusaha menjaga jarak, Arini menggelengkan kepalanya.
"Tidak apa-apa Leo. Aku sudah lebih baik. Terima kasih atas perhatiannya.." Arini tersenyum tipis.
Leo menyentuh lengannya. Memegang nya erat. Menatapnya lekat.
"Arini... Tidak bisakah aku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Uncle Long Legs
General FictionBeberapa bab terakhir sudah mulai di un-publish ya mulai hari ini sampai e-book nya terbit. Ingin tahu lanjutannya, tunggu e-book nya dan masukin ke koleksi mu.. Terima kasih... :) Apa yang akan kau lakukan saat kau tau bahwa orang yang selama ini m...