86

2.8K 181 50
                                    

Sebelumnya terima kasih buat semua dukungannya atas cerita ini. Cerita ini dibuat untuk dinikmati. Jikapun ternyata bikin baper, maaf yaa... hehehe...
Komen2 kalian yang pedes itu, author suka. Bikin author makin semangat. Loohh... Hahaha

Ya udahlah ya... Ini cerita hanya cerita. Kalo ada yang bilang cerita ini kebangetan, silakan tinggalkan dan cari cerita yang bikin kalian nyaman.

Karena author yang satu ini suka banget membolak balikkan hati para pembacanya. Sooo...
Lets enjoy this FREE story.

Big hug and kiss from mommy arsha..

💗💗💗💗💗

"Hentikan Leo! Ka..kau tidak bisa melakukannya!" Arini terus berjalan mundur, mengulur jarak antara dirinya dan Leo.

Leo menatapnya tajam, kesal dan kecewa? Entahlah. Arini tak bisa berfikir jernih saat ini. Leo tak juga berhenti sedangkan Arini telah kehabisan tempat untuk memghindar. Hingga kakinya terantuk pada ranjang dibelakangnya, Arini terjungkal ke belakang dan memekik. Leo menyeringai dan mendekatinya. Semakin dekat, Arini berusaha lari. Melirik ke belakang dan menatap ke arah pintu.

"Jangan pernah pikirkan itu, atau aku akan membuatmu mendesah dengan keras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jangan pernah pikirkan itu, atau aku akan membuatmu mendesah dengan keras." Leo berdiri tepat didepan Arini yang setengah terbaring. Kakinya masih menjuntai ke lantai, sementara punggungnya terbaring di ranjang dengan kedua siku menahan tubuhnya.

"Leo...dengarkan aku. Ki..kita tak bisa melakukannya. Ak..aku tak bisa. Kita bahkan belum menikah!" Arini meracau, kebingungan. Semua alasan dia katakan demi menjauhkan tubuh Leo.

"Dan kita akan menikah." Leo menelungkupkan tubuhnya diatas tubuh Arini. Mengungkungnya dengan erat. Arini mendorong dada Leo yang bidang. Terasa keras dibawah telapak tangannya. Tubuhnya bergetar.

"Tidak untuk sekarang. Dengarkan aku Leo. Kita tak bisa melakukannya. Aku tak bisa! Segala sesuatunya membuat kita harus tetap berpisah. Terlalu banyak alasan untuk kita tidak bersama." Arini berusaha meyakinkan Leo. Tangannya gemetar, terasa dibawah jemarinya detak jantung Leo yang berdebar keras.

Arini menggelengkan kepalanya. Tangannya menahan tubuh Leo yang semakin menekannya. Leo memegang pergelangan tangannya, kedua tangannya diangkat ke atas. Leo membebaskan tubuhnya dari perlawanan Arini. Mencengkeram kedua tangannya, ditahan di atas kepalanya, Arini menggelengkan kepalanya.

"Omong kosong Arini. Aku tak mau mendengarkan mu. Semua itu omong kosong buatku. Tak lagi ada alasan untukku menjauh darimu. Kita saling mencinta, aku percaya itu. Maka kita akan menikah, secepatnya." Leo mendekatkan wajahnya ke wajah Arini. Arini memejamkan matanya.

"Tidak Leo, aku tid- emmpphhtt..." Arini membuka matanya. Leo menciumnya dengan keras dan melumatnya dengan kuat. Berusaha melepaskan pergelangan tangannya, Arini ingin Leo menghentikannya.

Uncle Long LegsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang