Arini berbaur di tengah keluarga besar Katherine. Ada Xavier, laki-laki tampan berambut hitam tebal dan sedikit ikal yang masih kuliah di salah satu universitas terkenal di kota Andalus, Universitas Cordoba. Wajahnya yang seperti orang arab dan alis tebalnya membuat gadis manapun akan terpesona serta kelebihannya yang selalu membuat tawa dengan kelakar-kelakarnya yang lucu membuat setiap orang merasa nyaman berdekatan dengannya. Karena energi positif yang dia bawa.
Ada Raul dan Eliza, sepasang suami istri yang sama-sama bertubuh tambun namun sangat ramah sekali. Kedua putri kembarnya Agnes dan Agacia yang masih berumur 3 tahun terlihat sangat mirip sekali jika bukan warna rambut yang membedakan mereka. Tingkah mereka yang tak bisa diam membuat orangtuanya kewalahan dan geleng-heleng kepala karena hampir setiap saat mereka menghilang.
Enrique pemilik toko roti di Barcelona berumur kisaran 30 tahun, jika melihat sosoknya yang tegap dan berwajah tampan yang berdarah campuran Spanyol - Amerika, tak akan ada yang percaya jika dia termasuk dalam jajaran koki terkenal di Spanyol. Karena dengan garis keturunan yang seperti itu, setiap orang akan menduga dia adalah seorang model. Tapi di jaman sekarang, bahkan seorang koki pun harus menjaga tubuhnya agar terlihat lezat.
Dan masih ada beberapa saudara lain yang datang, tapi Arini seolah sulit mengingat satu persatu nama mereka. Hanya mereka yang bercengkrama di sekitar nenek Sophia yang Arini ingat namanya. Sedangkan yang lainnya membuat grup kecil sendiri dan bercengkrama. Arini membantu mengeluarkan makanan dan minuman. Membawanya ke meja panjang yang terletak di pinggir.
Selesai dengan Paella Valenciana, makanan khas kota Valencia untuk makan siang. Merupakan hidangan nasi yang dicampur berbagai bahan makanan dimana pembuatannya diproses di atas wajan pipih yang besar dan disajikan tanpa dipindah dari wajannya. Berbagai variasi makanan telah dihidangkan. Arini tersenyum lebar menatap semua hidangannya.
"Hai Arini... Kau senang tinggal disini?" Sapa Enrique menghampiri Arini yang sedang menata makanan. Arini menoleh ke arah Enrique yang kini sedang meneguk minuman yang dibawanya. Arini tersenyum dan memposisikan dirinya menghadap ke arah Enrique.
"Ya... Aku senang disini. Nenek Sophia memperlakukanku dengan baik. Katherine juga memintaku untuk tinggal dan pindah kesini."
"Woah! Aku senang mendengarnya. Aku bisa melihat wajah nenekku sangat bahagia. Mungkin karena ada tambahan cucu yang lainnya. Karena..kau tau..beberapa dari kami tidak bisa jika terus menerus mendampinginya. Dan dia membutuhkan seseorang yang bisa diajak bicara. Sedangkan sepupuku Katherine, juga pasti ingin ada seseorang yang seumuran dengan dirinya dan mengenalnya dengan baik.." kata Enrique sambil mengerlingkan mata kirinya. Arini tertawa kecil.
"Ya... Sepertinya aku akan memikirkan hal itu. Semuanya terasa mudah karena aku tidak punya siapa-siapa lagi disana." Arini menundukkan matanya dan memainkan jemarinya di balik tubuhnya.
Terdengar sedikit kegaduhan di dalam rumah. Enrique dan Arini menoleh bersamaan. Terlihat seorang wanita yang cantik jelita sedang berjalan mendekati nenek Sophia. Nenek Sophia sangat senang sekali, beliau memeluk wanita itu dengan erat. Terlihat sekali kebahagiaan terpancar diwajahnya.
"Dan akhirnya... Dia datang..." Enrique berbicara pelan. Namun cukup keras ditelinga Arini. Arini menoleh ke arah Enrique sambil mengerutkan dahinya yang bertanya siapa wanita itu.
"Saudara ipar kakakku, Monica. Walaupun kami tidak terlahir dari satu keturunan, tapi wanita itu sangat disayangi keluarga kami. Nasibnya yang sedikit malang membuat nenekku memberikannya perhatian lebih. Aku pun bersimpati atas nasibnya. Dia wanita yang anggun dan lembut, sayang sekali diumurnya yang masih muda dia harus kehilangan anak satu-satunya. Itu membuatnya hilang kesadaran beberapa waktu. Hingga akhirnya dia memutuskan tidak mau menikah karena rasa kehilangannya. Sementara si laki-laki telah menikah dengan wanita lain. Sulit sekali melihatnya namun ternyata dia berjuang keras untuk pulih. Dan nenek kami yang membantunya." Enrique tanpa sungkan menceritakan dengan gamblang yang terjadi pada kehidupan saudara iparnya. Arini manggut-manggut lalu tatapannya beralih ke arah wanita itu. Entah kenapa hatinya berdesir saat melihat sosok itu. Mungkin bersimpati seperti halnya yang lain.
---
Arini sedang membersihkan beberapa gelas bekas minum yang tergeletak di halaman luar. Suasana sudah mulai sepi. Hanya tinggal Enrique yang masih menemani nenek Sophia dan duduk disebelah kiri beliau. Sedangkan di sebelah kanannya, ada tante Katherine.
Selama perjamuan, Arini hanya sesekali menimpali perbincangan jika dia memang ditanya atau dilibatkan dalam pembicaraannya. Namun, seringnya Arini hanya keluar masuk membantu menata hidangan ataupun menyiapkan camilan yang lain. Sesaat dia terhenti saat mengingat peristiwa kecil yang terjadi di dapur tadi bersama wanita paruh baya itu. Menatap ke arah beliau dan merasakan kesedihan.
Tadi saat dia berada di dapur dan menyiapkan minuman dingin aqua fresca yang berasal dari jus buah mangga dengan penambahan jus lemon dan daun mint, yang kebetulan sudah terlihat hampir habis. Arini membuatnya begitu saja karena selama di sini, minuman itu sering dibuatnya. Sehingga jari jemarinya pun telah terbiasa.
" Hola... Quien eres tu? Nunca te vi." Suara lembut seorang wanita mengaburkan konsentrasinya. Arini langsung mendongak melihat siapa yang menyapanya. Karena tak ada seorang pun di dalam ruangan ini kecuali dirinya.
*Hai.. siapa kamu? Aku tidak pernah melihatmu (google translate)Karena Arini tidak bisa berbahasa Spanyol dirinya tersenyum kaku dan menjawabnya dalam bahasa inggris. Walaupun Arini yakin jika pertanyaan itu pasti perihal siapa dirinya. Namun daripada dirinya malu karena salah menjawab, jadi dia menjawabnya menggunakan bahasa internasional mengatakan bahwa dirinya tidak bisa berbahasa Spanyol.
Perempuan paruh baya itu tersenyum maklum.
"Ah... I see. Where do you come from?" Tanya wanita itu yang sekarang menyandarkan tubuhnya ke meja dapur.
"I'm from Indonesia." Jawab Arini lembut. Mendengar jawaban Arini, wajah wanita itu berubah pias. Gelas yang sedang dipegangnya terlepas begitu saja dan hancur beradu dengan lantai. Arini yang sedang mengaduk minumannya terkejut. Spontan melepaskan gagang sendoknya dan menuju ke arah wanita itu yang diyakini Arini adalah tante Katherine yang bernama Monica.
Katherine yang kebetulan melintas di area dekat dapur karena dirinya baru saja ke kamar mandi, spontan bergegas menuju ke arah sumber pecahan gelas. Menanyakan pada tantenya dalam bahasa setempat apa yang terjadi. Tapi tantenya hanya menegang tanpa menjawab apapun. Arini merasa tidak enak. Bingung melihat interaksi antara temannya dan tante temannya itu yang sepertinya menutupi sesuatu. Katherine menghela jemari tantenya dan meremasnya perlahan. Tantenya menoleh ke arah Katherine. Katherine merasakan tubuh tantenya bergetar. Arini melihat wajah wanita itu berubah pucat. Arini merasa bingung karena tantenya bereaksi sangat berlebihan saat mendengar jawabannya. Atau mungkin tantenya sedang menderita sesuatu dan kambuh saat dirinya selesai menjawab asal kampung halamannya. Arini tak bisa berfikir apa-apa saat ini.
Dilihatnya Katherine mengucapkan kata-kata yang lembut dan menuntun tantenya menuju ke ruang tengah. Arini berdiri terpaku melihat kepergian mereka. Setelah sosok Katherine dan tantenya tak terlihat, Arini menunduk dan melihat pecahan gelas yang berserakan. Kemudian mengambil pembersih dan membersihkan semua kekacauan itu.
Menggeleng-gelengkan kepalanya, Arini meneruskan membersihkan gelas-gelas yang berserakan. Nanti saat semua telah selesai akan dia tanyakan pada Katherine apa yang sebenarnya terjadi pada tantenya itu. Sementara saat ini, dirinya harus membantu yangnlain membersihkan perangkat makan yang berserakan.
Wanita itu,tante Monica menatap lurus ke arah Arini yang sedang membersihkan barang-barang yang berada di halaman belakang. Entah kenapa saat melihat Arini, hatinya berdesir. Perasaan sedih dan senang bercampur menjadi satu. Mendengarkan cerita nenek Sophia bahwa Arini seorang gadis yang hidup sebatang kara di Jakarta, berteman dengan Katherine saat mereka masih berada di kampus yang sama. Bahwa Arini telah kehilangan satu-satunya keluarga dan saat ini gadis itu sedang mencoba melupakan kesakitan yang terjadi tepat sebelum dirinya pergi mengunjungi Katherine. Monica menatap kagum akan kecantikan gadis itu, kecantikan Arini khas luar negeri yang tidak seperti orang Indonesia pada umumnya membuat wanita itu yakin jika dalam darah gadis itu mengalir garis keturunan dari luar negeri.
Tapi... Indonesia? Nama negara itu membuatnya teringat seseorang. Seseorang yang telah memberikan luka batin yang teramat dalam di hidupnya. Seseorang yang membuatnya melupakan siapa dirinya. Seseorang yang membuatnya kehilangan putri satu-satunya.
Areyna Mireya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uncle Long Legs
General FictionBeberapa bab terakhir sudah mulai di un-publish ya mulai hari ini sampai e-book nya terbit. Ingin tahu lanjutannya, tunggu e-book nya dan masukin ke koleksi mu.. Terima kasih... :) Apa yang akan kau lakukan saat kau tau bahwa orang yang selama ini m...