16

8.1K 320 0
                                    


"3 tahun yang lalu aku kehilangan seseorang. Tunangan lebih tepatnya. Aku kehilangan tunanganku karena.. sebuah kecelakaan. Dia wanita terbaik yang pernah kumiliki. Sangat baik, sampai-sampai aku tidak bisa melihat kebaikannya. Karena sebaliknya, aku bukan tunangan yang baik untuknya. Sehingga mata hatiku tidak bisa melihat kebaikannya. Dia meninggalkanku hingga membuatku hancur. Aku melakukan sesuatu sehingga membuatnya pergi dan mengalami kecelakaan itu. Aku... Aku sangat kehilangannya. Sangat. Dia pergi membawa hatiku dan tak seorang pun mampu menggantikannya. Tapi..."

Leo berhenti sesaat. Ragu untuk melanjutkannya. Dia mengambil air minum yang tinggal separuh dan menghabiskannya dalam sekali tegukan. Arini terdiam melihat Leo dan berusaha mencerna kata demi kata yang diucapkan Leo.

Arini hanya berharap kedatangan Leo kali ini bukanlah sebuah alasan belaka. Bukan salah satu cara Leo untuk mengambil simpati dan meminta maaf. Maaf. Karena maaf itu takkan ada untuk laki-laki yang telah menghancurkan masa depannya. Arini mengambil minuman didepannya, cappucino yang tadi sempat dibuatnya namun belum sempat dinikmati. Dan saat ini dia butuh peralihan dari pemandangan didepannya, karena walaupun laki-laki itu sangat dibencinya, namun dia juga luar biasa sialan tampannya. Dan Arini tidak mau terkecoh dengan godaan wajah malaikat itu. Tidak lagi.

"Ehem... Dia, tunanganku... Tidak hanya pergi membawa hatiku. Tapi... Dia juga pergi membawa... Hasratku." Leo menundukkan kepala, mengucapkannya pelan dan melirik ke arah Arini.

Uhuk!!
Arini tersedak cairan yang hampir ditelannya. Terbatuk-batuk hingga hidungnya terasa pedih. Leo terkejut dengan reaksi Arini, dia langsung berdiri dan memberikan tisu yang berada didepannya kepada Arini. Arini menerimanya dengan kasar. Arini mengambil beberapa lembar tisu dan mengusap hidung dan mulutnya yang basah. Tak lupa menghapus jejak air di kakinya yang terkena cipratan.

"Maaf... Apa kata anda tadi? Jangan bilang kalau ini bercanda. Karena itu bukanlah hal yang pantas untuk dibuat bahan candaan. Dan saya yakin, hari itu anda sangat..." Arini membelalakkan matanya. Menatap tajam ke arah mata Leo dan berusaha mencari kebohongan disana.

Leo mendesah pelan. Malu dan resah menjadi satu. Karena kini dia harus menceritakan kekurangannya. Dia menunduk dan mengusap wajahnya.

"Tidak. Aku tidak bercanda. Itu benar adanya. Aku kehilangan hasratku pada... Wanita. Kecuali... Padamu Arini."

"Hahahaha!! Maaf ya... Maaf Tuan Leo. Anda salah jika bisa membodohi saya dengan cerita omong kosong seperti itu! Saya peringatkan anda, saya tidak akan memberikan maaf untuk anda atas apa yang sudah anda lakukan kepada saya. Apakah ini cara anda memperlakukan setiap wanita yang sudah anda perlakukan dengan buruk? Meminta belas kasihan dengan cerita yang...yang...tidak masuk akal itu?"

Arini menegang dalam duduknya. Merasa ditipu dengan bualan omong kosong Leo demi menarik simpati darinya. Tapi Arini bukan perempuan bodoh hingga percaya dengan cerita khayalan seperti itu. Mendecih dan membuang muka. Arini semakin muak melihat Leo. Muak atas kebohongannya.

"Aku tau... Aku tau kau tidak akan percaya dengan ceritaku. Aku tidak bisa apa-apa, tapi ini adalah kenyataannya. Aku sendiri tidak mempercayainya jika saja itu tak kualami sendiri. Sudah banyak wanita yang mendekatiku, berusaha membawaku ke ranjang mereka. Dan tentu saja aku menerimanya dengan baik. Tapi... entah kenapa, tak sedikitpun aku berhasrat pada mereka. Dan itu berlangsung selama 3 tahun, tepatnya semenjak kematian tunanganku. Entahlah...mungkin... Ini karmaku. Karena kesalahanku dia pergi. Hingga hari itu.. dan, karma? Kau pikir aku jenis orang yang percaya dengan hal yang seperti itu? Percayalah. Aku orang pertama di dunia ini yang tidak mempercayainya. Tapi, semua itu benar terjadi. Dan itu terjadi padaku! Aku ingin menyangkalnya, tapi... Itu sebuah kenyataan. Dan yang lebih aneh lagi, kenapa hasrat itu datang saat aku bertemu denganmu? Bahkan saat kita bertemu pertama kali di perusahaan."

Uncle Long LegsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang