91

3.3K 201 63
                                    

Bintang menyesap minumannya sekali lagi dan lagi dan lagi. Menghabiskan sisa minuman yang ada di dalam botolnya yang terang. Bintang tak peduli jika esok dirinya tak terbangun lagi. Karena hari ini jiwanya telah mati. Di gelas ketiga yang baru saja dihabiskannya, hendak menuang lagi, suara penjaga menyelanya. Terdengar dari sebuah interkom yang menempel di dinding dekat pintu.

"Tuan... Ada seseorang datang berkunjung. Apakah tuan mau menerimanya?"

Bintang terdiam sesaat. Berfikir siapa yang berani mendatanginya malam seperti ini. Tidak tahukah tamu tak diundang ini bahwa dirinya sedang tak ingin diganggu? Sial. Bintang mengumpat. Baiklah kita lihat apa yang dia mau. Bintang berdiri dengan malas dan mendekati interkom lalu menekan tombol jawabnya.
"Baiklah. Suruh masuk." Menekan tombol buka pintu, Bintang membiarkan tamunya datang.
Bintang melangkah perlahan dengan malas menuju ke ruang depan. Melihat siapa gerangan tamu itu. Bintang berpegangan pada dinding di sampingnya hingga batasnya habis.

Membelalakkan matanya dan mengembalikan kesadarannya yang hampir tenggelam ditengah denyut kepala yang mulai menampakkan efek melayang. Bintang melihat pusat kewarasannya sedang berdiri di depan pintu dan menunggu sang tuan rumah datang.

"Reyna... Kau... Disini..."
Bintang menatap tak percaya dan berharap jika ini mimpi maka dirinya tak ingin terbangun. Biarlah dia tenggelam dalam mimpi buatannya. Dan tak akan terbangun kembali. Dengan penuh kerinduan, Bintang menyongsong dirinya memeluk erat tubuh ramping gadis itu dan menyerang bibirnya. Candunya.

-----

"Aah! Aahh! Aahh! Aah! Aaahhh!!"
Meliukkan tubuh dan meremas serta menjilat setiap inci kulit dan bagian tubuh Arini yang telah telanjang bulat. Bintang memanjakannya. Arini menengadahkan kepalanya dan mengerang, mendesah dan memanggil namanya berkali-kali. Ruangan yang dingin itu tak terasa dingin lagi, karena panas birahi menggantikannya. Meremas kedua payudara dan menyesap ujungnya, Arini bergelinjang. Menjalar ke bawah dan menyesap cairan di antara lipatan paha dalamnya. Bintang menyisipkan lidahnya disana. Bermain dan menjilatinya. Bintang menghabiskan tiap tetes madu yang meleleh.

"Aaahhh!!! Bintanngg!!! Aaahhhhh!!!"

Arini menggelengkan kepalanya saat merasakan ledakan gairah karena permainan lidah pria matang ini pada kewanitaannya. Mencengkeram kepala ranjang dan melentingkan tubuhnya saat Bintang memasukinya dengan satu gerakan.

"Aaahhhh!!! Reynaaa....!!!"

"Aah! Aahh! Aahh!!.."

Bintang mengangkat kepalanya ke atas. Mencengkeram pinggul gadis itu dan menghentakkan tusukannya. Arini merasakan kulitnya meremang tiap kali Bintang menyesap ujung buah dadanya dan menghentaknya bersamaan. Memainkannya dan menjentikkannya dengan giginya, Arini mendesah keras. Untuk yang kedua kali mendapatkan pelepasan. Sementara Bintang masih senang menghentakkan tubuhnya.

Mengangkat satu kaki Arini ke atas bahunya, Bintang memindahkan posisinya. Kejantanannya terhisap masuk lebih dalam membuatnya semakin bergairah dalam memacu birahinya. Tangannya pun tak diam. Meremas pantat bulat Arini dan meremas bukit yang selalu terlihat indah bergoyang disetiap tusukan.

"Ah!! Aahh!! Bintang!!! Aaahhh!!!"

Bintang merasakan bahwa dirinya di ujung pelepasan ketika dinding dalam vagina Arini meremasnya kuat dan berdenyut. Bintang tak kuasa menahannya.

"Oohh!! Aahh!!! Reyna!! Aaarrghhh!!!"

Tubuh Bintang bergetar dengan cepat. Menyemburkan benihnya ke dalam rahim Arini. Arini merasakan kehangatan meleleh di lipatannya. Nafas keduanya terengah-engah. Bintang ambruk diatas tubuh Arini yang lembab. Arini memejamkan matanya, bahagia.

Tak sengaja menoleh, Arini melihat cincin pertunangannya telah berada diatas nakas. Entah kapan, Arini lupa melepasnya. Atau Bintang yang melepasnya di tengah-tengah percintaan mereka. Arini lupa. Memejamkan matanya, menghalau lelah yang baru saja menyerangnya.

Uncle Long LegsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang