41

4.9K 226 7
                                    

"Abuela yakin kau akan mendapat jawabanmu sesegera mungkin Arini. Dan kau Katherine, abuela minta jangan pernah meninggalkan Arini sendirian. Temanilah dia mencari jawaban atas semua masalah ini. Kalian berdua hati-hatilah. Karena abuela merasa bahwa hal ini tidak mudah."

Setelah semalaman memutuskan dengan Katherine untuk menelusuri jati dirinya.

"Kau yakin akan melakukan semua ini Arini? Kau tidak ingin mengambil cara mudahnya saja untuk mengetahui siapa dirimu?" Enrique yang sepagi tadi datang mengunjungi Arini karena mengkhawatirkannya mendekati Arini.

"Maksudmu... Tes DNA?" Tanya Arini pada pernyataan Enrique. Enrique mengangguk.

"Tidak, aku tidak mau. Karena aku berfikir untuk mengungkapkan siapa sebenarnya diriku dan jika itu benar, maka alasan apa yang diambil oleh orangtua Jared dengan menjauhkanku darinya. Jika kupikir-pikir lagi, jika hanya untuk membina rumah tangga baru, tanpa di pisahkan pun mereka bisa menyewa seseorang untuk membesarkanku di bawah naungan keluarga mereka. Tanpa harus menjauhkanku dari ayah kandungku. Dan aku tau ada seseorang yang aku yakin tau tentang ini. Walaupun itu menakutkanku, tapi aku harus menghadapinya."

"Entah kenapa, aku begitu ingin mengetahui alasan di balik semua ini. Dan sepertinya Jared tak mengetahui alasan itu. Mungkin ada yang mereka sembunyikan dari Jared dan bukan hanya apakah aku memiliki darah mereka atau tidak. Dan semua ini untuk memenuhi rasa penasaranku. Tapi jika ternyata itu semua hanya hayalanku saja maka aku akan menerima semuanya dan melakukan tes itu."

Katherine berjalan mendekati Arini,
"Ayo... Kita berangkat. Jika kau sudah yakin untuk melakukan ini semua, maka aku akan menemani perjalananmu." Katherine terlihat begitu bersemangat pagi ini. Arini tertawa kecil.

"Baiklah kalau itu menjadi tujuanmu. Kuharap semua baik-baik saja. Dan kami akan menunggumu." Enrique menyentuh bahu Arini untuk memberinya semangat. Arini mengangguk.

Setelah berpamitan kepada Enrique dan nenek Sophia, mereka berdua bergegas masuk dan melakukan perjalanan panjang.

---

"Non Arini telah tiba di Indonesia tuan." Suara Thomas menghentikan jari jemarinya dari atas laptop atas segala yang sedang dia kerjakan.

"Benarkah? Secepat ini? Kukira aku masih harus menunggu berbulan-bulan lamanya." Kata Leo perlahan tersenyum.

"Tapi, non Arini tidak datang sendiri tuan. Dia bersama temannya, nona Katherine." Thomas meneruskan laporannya.

Dahi Leo berkerut.
"Benarkah? Untuk apa dia datang bersama temannya? Apakah dia takut bertemu denganku sehingga mengajak yang lain?" Leo tertawa geli. Tapi kemudian, tawanya berhenti.

"Siapkan mobil Thomas. Aku akan mengunjunginya."

Thomas menganggukkan kepala dan beranjak pergi. Leo merenung sesaat. Baru 4 hari semenjak kejadian itu, di taman. Percintaannya yang liar. Menyentuh bibirnya, mengingat kembali rasa bibir Arini. Manis dan memabukkan. Menyeringai, Leo menutup laptopnya dan beranjak dari tempatnya.

Arini dan Katherine sampai di apartemen Arini. Merebahkan tubuhnya yang terasa lelah, Arini membiarkan Katherine melangkah ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya. Teringat sesuatu, Arini bangun dan melangkah keluar menuju bekas kamar Ervina.

Membuka pintu kamar yang telah lama ditinggalkan pemiliknya dan membiarkan segalanya berada di tempat yang sama. Arini menuju ke ranjang dan duduk disana. Menatap ke sekitar ruangan dan merasakan kesedihan. Menyesalkan kepergian kakaknya yang meninggalkannya sendirian dan menghadapi sebuah kenyataan yang cukup besar. Kakinya bergerak melangkah ke lemari Ervina. Tangannya berusaha menjangkau sebuah kotak yang cukup besar yang berada di dasar lemari. Selama ini Arini tak tertarik membuka hal-hal milik Ervina dan membiarkannya tetap berada disana. Seolah kakaknya masih ada disekitarnya dan itu membuatnya lebih baik. Daripada menyimpan semua menjadi satu dan meletakkan di sudut yang tak terjangkau namun kamar itu terlihat kosong.

Uncle Long LegsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang