31

5.9K 242 2
                                    

"Pak... Rapat akan dimulai, tamu kita dari Barcelona telah datang." Imelda memasuki ruangan kerja Leo dan mengingatkannya bahwa rapat akan dimulai. Leo terdiam. Tak bergeming dari depan jendelanya yang menampilkan pemandangan kota.

"Pak... Pak Leo... Apakah anda mendengarkan?" Tanya Imelda sambil mendekati Leo perlahan. Leo menoleh pada Imelda. Menganggukkan kepalanya, dan sekali lagi...tanpa kata. Imelda mengangguk dan mundur. Keluar dari ruangan.

Leo masih termenung menatap pemandangan didepannya. Tubuhnya tegak berdiri di dalam kantornya, namun jiwanya melanglang buana mencari pemiliknya yang tak kunjung datang. Leo menatap lembaran kertas ditangannya. Terlihat disana foto dan beberapa keterangan dibawahnya.

Seharusnya dia mendapatkan info ini lebih cepat jika saja pikirannya tidak terlalu kalut. Pikirannya mulai menggila saat menyadari Arini telah meninggalkannya. Bahkan tak mempedulikan aturan yang perusahaan terapkan. Bagi Arini peraturan itu tak lebih hanya kerikil kecil yang menghalangi kepergiannya. Tapi, hanya itu yang mampu mengikat Arini untuk terus berdiri di sisinya dan dalam pengawasannya. Tapi sekarang semua itu lepas. Tak ada lagi hal yang bisa membuat Arini bertahan disampingnya. Duka dan kesedihan Arini membuatnya tidak bisa bertahan. Leo bisa memahami. Namun tak ubahnya layang-layang, begitu pula jiwanya. Lepas dari benang yang mengikatnya. Jiwa Leo terombang ambing.

Mengubur kesakitan dan rasa bersalahnya, membuat Leo terus menjejalkan pekerjaan dalam pikirannya. Dia harus fokus pada sesuatu sehingga bisa mengurangi kesakitannya. Dan saat ini, hanya kerja dan minuman yang bisa membantunya. Walaupun semua itu berjalan sementara, tapi itu lebih baik daripada berdiam diri dan meratapi penyesalannya.

Dan baru beberapa hari yang lalu dia memutuskan untuk mencari info dari temannya yang bekerja di bandara. Walaupun sepertinya hasilnya kecil tapi Leo masih memiliki harapan itu. Tapi ternyata dia salah. Tadi pagi saat dirinya masih bergulat dengan kepengaran kepalanya karena minum semalaman, info itu datang. Arini pergi ke negara Spanyol, Valencia.

Nafas lega dihembuskannya. Akhirnya penantiannya untuk menemukan gadisnya berhasil. Gadisnya? Leo tertawa pelan. Bagaimana bisa menjadi gadisnya jika bertemu dirinya saja Arini tidak mau. Dan sekali lagi pikirannya kacau. Apa yang akan dia lakukan jika dia mengetahui info itu? Apakah dirinya akan mendatangi gadis itu dan memohon maaf? Leo menggelengkan kepalanya, bahkan permohonan maaf terlalu baik untuk dirinya. Dan Arini telah menyematkan sebutan baru untuknya, pembunuh.

Akankah dirinya sanggup jika mendengar sebutan itu keluar dari mulut gadis itu lagi? Leo menggeleng, dirinya tau bahwa dia takkan sanggup mendengar itu. Apalagi melihat tatapan Arini yang dingin. Leo takkan sanggup.

Tapi, kerinduan ini membunuhku. Aku merindukannya.. sangat merindukannya. Bahkan jika perlu, aku akan menculiknya dan menyekapnya saja di tempatku. Tapi, bagaimana dengan penilaian Arini terhadapku jika hal kotor itu aku lakukan? Rasa bersalah ini akan semakin dalam.
Menutup matanya, menggertakkan giginya dan menundukkan kepalanya semakin dalam. Kebencian pada dirinya sendiri membuatnya sulit untuk melakukan sesuatu kepada Arini. Dadanya terasa berat, nafasnya terasa sulit. Dia membutuhkan udaranya. Arini.

"Apa yang sedang kau lakukan? Apakah kau mau membuat tamu kita langsung pulang sebelum rapat dimulai?" Suara Kevin mengganggu lamunannya. Leo menoleh ke arah Kevin yang melongokkan kepalanya, Leo mendengus tak senang namun dirinya tetap menuruti. Meletakkan lembaran kertas yang dipegangnya ke atas meja dan melangkah pergi. Kevin menyeringai.

Beberapa jam berlalu, rapat pun ditutup dengan jabat tangan. Tamu Leo yang berasal dari Barcelona mengundangnya untuk datang ke negaranya guna mempererat hubungan mereka. Bahkan tamunya itu ingin memperkenalkan Leo kepada putri-putrinya. Kevin menggodanya dan mengatakan bahwa dirinya harus datang. Bahkan kalau perlu Kevin mau menemani jika Leo memang mau datang ke negara itu. Leo hanya tersenyum tipis. Dia mengatakan akan memikirkannya.

Uncle Long LegsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang