73

4.9K 220 58
                                    

Ellie Gousling - love me like you do

*****

Membuka pintu dengan satu tangan membawa nampan makanan, Arini membawakan makan pagi Bintang. Berfikir jika Bintang masih berbaring di ranjangnya adalah salah. Ranjang Bintang kosong, Arini mendengar suara gemericik dari kamar mandi. Arini berfikir Bintang pasti sedang mandi, lalu meletakkan nampan di atas meja nakas. Melihat ranjang yang berserakan, wajahnya memanas, teringat percintaannya pagi ini dengan sang paman.

Lamunan Arini terputus saat mendengar suara mengaduh dan mengerang dari dalam kamar mandi. Arini mengetuk pintu kamar mandi dan memanggil Bintang.

"Bin..tang...apa kau didalam? Apa kau butuh bantuan?"

Arini tidak mendengar jawaban apapun, dengan ragu dia berusaha membuka pintu kamar mandi yang ternyata tak terkunci. Terlihat Bintang sedang berdiri didepan meja wastafel berusaha membersihkan lukanya dan menarik perbannya. Arini bergegas mendekati Bintang.

"Apa yang kau lakukan? Seharusnya kau menungguku.." Arini menegur Bintang, dan Bintang yang tak menyadari kedatangan Arini dan telah berada disampingnya sontak menoleh.

"Ah.. kau disini? Aku tak mendengarmu datang" Bintang mengerutkan dahinya dan terlihat menahan nyeri yang timbul karena gesekan perban dibuka.

"Aku sudah mengetuk pintunya, tapi kau tak mendengar. Maaf jika aku masuk begitu saja karena kau tak mendengarku."

Arini mendekati Bintang dan meminta perban bekas yang saat ini sedang dipegangnya. Arini berdiri menghadap ke meja dan lengan Bintang dibiarkan terulur didepannya. Membantunya membersihkan darah yang keluar walaupun sedikit dan membubuhkan obat diatasnya. Arini melakukannya dengan hati-hati.

Bintang menatap Arini dengan penuh rasa sayang. Perasaan yang timbul seiring kebersamaan mereka membuatnya sadar bahwa segala sesuatunya jika dilakukan dengan penuh sayang dan tanpa keterpaksaan maka hasilnya akan menjadi indah. Bagaimana pun dia akan menghormati keputusan Arini.

Bintang menelengkan kepalanya dan menatap dengan penuh minat segala yang ada di wajah gadis itu. Arini yang tengah sibuk membantunya, tak menyadari bahwa dirinya sedang diperhatikan. Arini tersenyum lebar setelah melihat hasilnya, namun kemudian tubuhnya mendadak kaku saat dirasakannya tubuh Bintang mengungkung dirinya dari belakang. Arini mendongak dan melihat ke kaca wastafel dan melihat Bintang menyurukkan wajahnya diantara ceruk lehernya. Arini memiringkan kepalanya. Membuat Bintang memiliki akses penuh pada lehernya.

Menempel erat pada dada bidang Bintang yang telanjang, Arini berdebar. Lengan kiri yang tak terluka kini merayap memeluk pinggangnya. Menarik Arini melekat didadanya. Desir halus memenuhi dadanya. Menimbulkan kepak sayap kupu-kupu menggelitik perutnya. Arini mendesah tak sadar.

Bintang mengecup leher Arini dan membaui wangi rambutnya yang baru saja dicuci. Wangi segar membuat tubuhnya bersemangat.

"Reyna..." Membisikkan namanya tepat ditelinganya, membuat Reyna memejamkan matanya. Seolah mantra yang membuatnya melupakan dunia. Dan mengajaknya menikmati surga.

Jemari Bintang membelai tubuh Arini. Menggantikan lengannya kirinya yang memeluk pinggangnya, lengan kanannya yang telah selesai di obati kini bergerak memindahkan rambut Arini yang terurai menutupi lehermya, membuka dan menampakkan kelembutan dan kehalusan kulitnya. Bintang mengecup disana. Menjilatnya dan menghisapnya. Arini terbuai.

"Aaah... Bintang..."

Namanya disebut diantara bibirnya yang cantik, Bintang bergairah. Semakin merayap dan membelai semua bagian tubuh Arini yang menggoda. Hari ini Arini menggunakan gaun cerah musim semi pendek hingga selutut. Tangan Bintang membelai pahanya yang mulus dan merayap ke atas, menemukan bagian intim Arini yang tertutup dan merasakan basah disana. Bintang menyeringai.

Uncle Long LegsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang