76

4.6K 239 84
                                    

Jared melempar barang didepannya dengan keras. Kemarahan menguasai hatinya. Putrinya sudah didepan mata, namun dirinya tak bisa berbuat apa-apa. Menoleh ke arah Monica yang menangis tersedu-sedu lalu menghampiri wanita itu dan merengkuhnya dalam pelukan.

"Reyna baik-baik saja sayang. Dia baik-baik saja. Setidaknya kini kita tahu bahwa dia bersama Bintang. Rencana selanjutnya akan kita pikirkan lagi."

"Tapi...ini Bintang, Jared. Laki-laki itu kejam dan tak berperasaan. Aku takut Bintang akan semakin gelap mata karena kalian telah berhasil menemukan Reyna dan berusaha mengambilnya."

"Aku tahu. Hanya saja aku sedikit memikirkan kondisi Reyna tadi. Dia terlihat baik-baik saja. Sepertinya mereka memiliki hubungan yang baik. Hanya saja Bintang tak mau melepasnya."

"Tidak! Kau jangan ikut gila Jared! Laki-laki itu gila dan...dan.. aahh!! Aku tak tau harus berkata apa. Aku hanya menginginkan putriku kembali Jared."

"Aku tau sayang... Aku tau... Sabarlah sebentar lagi kita akan mendapatkannya. Kau tau bahwa bukan kita saja yang kehilangan Reyna. Lihatlah laki-laki itu..."

Jared menatap pintu kamar Arini yang terbuka. Monica mengikuti arah pandangnya dan menatap ke arah kamar Arini. Ada Leo disana. Didalam sana. Laki-laki itu sangat terluka dan kecewa melihat kegagalan mereka.

Leo memejamkan matanya. Menyembunyikan tangisnya diantara lengannya. Hatinya sangat sakit mengetahui Arini diinginkan oleh seorang pria lainnya. Dan pria itulah yang menculiknya. Leo merasa sangat bersalah karena tak bisa melindungi Arini dengan kedua tangannya. Terisak dalam diam, tenggorokannya terasa sangat kering dan dadanya terasa sesak. Dirinya merasa gagal.

-----

Arini mengerang. Merasakan dirinya sangat kelelahan. Membuka matanya dan melihat samar bayangan seseorang sedang berdiri didepannya. Arini memejamkan matanya dan membukanya sekali lagi. Terlihat Bintang sedang memakai pakaian. Tetesan air masih membasahi sebagian rambutnya. Arini melihat kesedihan terpancar dimata pria itu.

Arini kemudian menyadari bahwa dirinya masih berada dikamar pria itu. Menggerakkan tubuhnya yang terasa linu dan pegal. Arini mengerang. Bintang menoleh saat menyadari pergerakan dari Arini dan menatapnya tajam.

"Sepertinya kau sudah bangun, dan sepertinya kita bisa melanjutkan sesuatu yang tertunda tadi." Bintang melangkah mendekat dan mengukung Arini dibawahnya. Melesakkan kedua tangannya di kanan kiri kepala Arini.

"Pa..man... Tidak... Kumohon..."
Arini menggelengkan kepalanya. Arini ketakutan. Setelah semalaman Bintang menyerangnya. Seolah kemarahan tak juga reda, Bintang membawanya berkali-kali melambung ke angkasa dan jatuh ke bumi. Arini merasakan tubuhnya terbelah berkali-kali. Dan di tengah sesi hubungan intim mereka, setelah Arini mendapatkan pelepasan yang entah ke berapa, dirinya terjatuh pingsan. Sesaat sebelum memejamkan matanya, Arini sempat melihat jam dinding menunjukkan angka 3 dini hari.

"Kenapa Reyna? Tubuhmu menginginkannya walaupun mulutmu mengatakan tidak." Bintang melepas kemejanya yang hendak dipakai dan membiarkannya teronggok dilantai.

Menyibak selimut yang menutupi tubuh telanjangnya, Bintang mengulum puncak payudara Arini yang terlihat menggiurkan. Menyentuh keintiman Arini dan merasakan basah disana.

"Kau seorang pembohong Reyna. Bahkan tubuhmu lebih jujur mengatakan keinginannya. Mulut cantikmu itu harus diberi hukuman."

Arini yang baru saja tersadar dari kegelapan yang menelannya, kini merasakan desiran yang merayapi tubuhnya. Bintang mengulum bibirnya dan meremas payudaranya. Sedangkan jemarinya yang lain menyentuh ke lipatan paha dalamnya.

Arini melempar kepalanya ke samping. Meletakkan kedua tangannya di dada Bintang dan berusaha mendorongnya walaupun tanpa tenaga. Mengalihkan pandangannya dan memejamkan matanya. Bintang menciumi leher nya dan menjilatinya.

Uncle Long LegsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang