82

3K 176 53
                                    

Bintang memasuki ruang kerjanya dengan tatapan yang mematikan. Gita yang tadi ditemuinya saat memasuki apartemen, sedang menangis tersedu-sedu seketika berhenti saat menatap wajah Bintang yang berubah mengerikan. Mata nya memerah dengan tautan alis yang tegas dan tajam menatap ke depan.

Menarik sebuah buku yang terdapat di rak bukunya, seketika terbuka dinding di samping rak dan memperlihatkan sepasang pedang pendek yang berkilau dengan bentuk yang ramping dan melengkung dengan cantik. Mengambil nya perlahan lalu membelai ujung hingga pangkal nya, Bintang tak pernah berfikir bahwa pedang pemberian gurunya itu akan di gunakan juga.

 Mengambil nya perlahan lalu membelai ujung hingga pangkal nya, Bintang tak pernah berfikir bahwa pedang pemberian gurunya itu akan di gunakan juga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mengambil satu pedang dan menggenggamnya dengan erat lalu menyelipkannya dibalik pergelangan tangannya. Bintang menutup kembali lemari besi itu dengan mengembalikan posisi buku yang tadi ditariknya.

Berbalik ke arah pintu dan keluar dari apartemen, bahkan tak menoleh sedikitpun ke arah Gita yang terduduk di sofa menghapus air matanya. Gita hanya memperhatikan langkah Bintang yang tegap. Rick yang menunggu diluar pintu apartemen segera mengikuti langkah Bintang beserta para pengawal lainnya.

"Kita habisi mereka Rick. Jangan sisakan satu pun." Bintang menggeram saat Rick mendekat. Rick mengangguk, "siap bos."

"Alejandro Corazon, waktu kematian mu sudah dekat."

-----

Arini merasa tubuhnya terasa sangat dingin sekali hingga menggigil. Bibirnya terlihat sangat pucat hingga membiru. Baru beberapa jam dan kini tubuhnya terasa sangat tak sehat setelah tubuhnya disiram dengan air yang dingin dan menerima beberapa pukulan di wajah dan tubuhnya. Memejamkan matanya, Arini berharap semua akan baik-baik saja. Arini berfikir bahwa hari mungkin sudah berubah menjadi gelap. Karena sudah tak terlihat lagi cahaya dari luar. Hanya lampu yang tergantung di tengah ruangan yang terlihat menerangi.

Memicingkan matanya, Arini berusaha melihat kedatangan seseorang karena Arini mendengar decit pintu terbuka. Seorang wanita cantik dan bertubuh sexy menggunakan pakaian kurang bahan, membawakan Arini sepiring makanan. Melemparnya begitu saja dihadapan Arini dan mendecih.

"Makan itu jika kau tak ingin mati!" Wanita itu berkata dengan sangat ketus. Arini mendongakkan kepalanya dengan lemah.

"To...long... Lepas..kan ikat..tan ku.." Arini mengiba dan memelas. Dia harus memasukkan sesuatu di tubuhnya gara tubuhnya tak terasa sangat lemah.

Wanita itu menghisap rokok yang terselip dijarinya dengan kuat dan menghembuskannya di depan wajah Arini yang basah. Arini terbatuk-batuk. Wanita itu menoleh ke kanan dan ke kiri, merasa tak ada yang melihat, dia pun melepaskan ikatan tangan Arini dan membiarkan wanita itu mengambil makanannya dengan mendorong tubuhnya ke depan. Dengan kaki yang terikat, sulit sekali untuknya mengambil.

"Tolo..ng aak..ku.."

Wanita itu memelototkan matanya.

"Kau pikir aku asisten mu hah?!"

Uncle Long LegsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang