87

3.2K 199 65
                                    

Arini menunduk didepan ayah ibunya. Mendengarkan rencana mereka untuk mengikat hubungan antara dirinya dan Leo dalam sebuah pertunangan. Dan setelahnya akan dilangsungkan pernikahan. Arini seharusnya bahagia. Seharusnya. Tapi ada sesuatu yang mengganjal pikirannya. Entah kenapa setelah mendengar cerita Gita tadi sore, hatinya tak nyaman. Pikirannya tak tenang.

Menatap ke luar dimana banyak mobil lalu lalang di jalan raya. Beberapa orang berjalan beriringan, bahkan ada yang sendirian. Daripada perbincangan mengenai pertunangan nya, Arini lebih menikmati pemandangan diluar sana. Seolah ada seseorang yang sedang menunggunya disana. Tanpa sadar Arini menghela nafas kasar. Monica yang berada didepannya menyentuh punggung tangannya. Arini menoleh ke arah ibunya yang sedang tersenyum menatapnya. 

"Ada yang kau pikirkan sayang? Kau tak terlihat ceria." Tanya Monica dengan penuh kesabaran. Arini menoleh ke arah ayahnya dan Leo yang asyik bercengkerama membahas acara pertunangan yang akan dilangsungkan. Arini kembali menatap Monica, tersenyum tipis dan menggelengkan kepala.

"Kau belum menceritakan pada mama, siapa temanmu yang datang tadi? Dan bagaimana dia tahu bahwa kamu menyukai cheese cake sayang.."  Jared mendengar kata-kata Monica, menoleh ke arahnya dan mengangkat alisnya.

"Teman? Reyna punya teman? Siapa? Kath?" Jared tertarik dengan bahan perbincangan Monica. Mencoba berbaur dengan percakapan kedua wanita tercintanya.

"Bukan Jared. Dia teman Reyna yang lain. Dia manis sekali." Kata Monica sambil tersenyum lebar.

"Oh ya? Siapa dia sayang? Kau tak mau mengenalkannya pada kami?" Tanya Jared kepada Arini yang tengah menundukkan kepalanya. Leo mengulurkan lengannya dan menumpukannya di kepala kursi Arini.

"Mereka menunggu sayang." Kata Leo mengingatkan. Arini mencomot kentang goreng didepannya dan menyocolnya dengan saos.

"Hanya teman papa. Kami berkenalan di rumah sakit. Tentunya saat kalian tidak sedang disana. Ada saat dimana aku merasa kesepian di kamar. Jadi... Aku berjalan-jalan di sekitar dan berkenalan dengannya. Kami saling bercerita. Jadi... Dia tahu kalau aku menyukai kue itu.. begitulah..." Arini menceritakan kebohongannya dengan lancar. Karena memang cerita itu sudah disusunnya sepulangnya Gita dari kediamannya. Untuk berjaga-jaga jika ditanya. Dan inilah buktinya.

Ibu dan ayah Arini menganggukkan kepalanya dan tersenyum.
"Senang mendengarnya sayang. Kami sangat takut sekali jika kamu tak memiliki teman. Apalagi Katherine sedang tidak ada di Spanyol."

"Ya, dia sedang ke Indonesia. Tadi dia menghubungiku."

Leo mengulurkan tangannya dan membelai rambut panjang Arini yang terasa sangat lembut di jemarinya.

"Jadi, kami sudah memutuskan. Acara pertunangan kalian akan diadakan 3 hari dari sekarang."
Jared mengatakannya dengan senyum cerah. Begitupun Monica. Sementara Leo menatapnya dengan pandangan yang berbeda. Tak mau kedua orang tuanya curiga, Arini mengembangkan senyumnya.

"Tentu saja, baiklah papa. Aku senang mendengarnya." Arini menundukkan kepalanya dan menganggukkannya.

-----

Arini merasakan sesuatu berlubang di dadanya. Entah bagaimana, namun itu ada dan terasa. Tak bisa tidur semalaman karena rencana pertunangan. Leo semakin keras kepala. Arini juga tak mau membuat orang tuanya kecewa. Melihat mereka berdua tertawa dan bahagia, Arini pun merasakan hal yang sama. Namun ada sesuatu, hal yang kecil mungkin tapi sangat terasa.

Arini menghela nafasnya, bangkit dari tidurnya dan duduk di bibir ranjang. Berdiri dan meraih jaket tipisnya yang berada di almari. Arini ingin pergi keluar rumah -halaman. Entah kenapa, nafasnya terasa sesak. Sangat sesak di ruangan luas kamar nya yang nyaman. Membuka pintu kamarnya perlahan, sesedikit mungkin menimbulkan suara. Menoleh ke kanan dan kiri, hanya ada gelap. Arini melangkah, mendekati ruangan keluarga. Sunyi. Karena semua telah terlelap, terkubur dalam impian indah. Tapi tidak Arini. Kepalanya berputar-putar, sesuatu tak nyaman. Arini membencinya.

Uncle Long LegsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang