Arini merenung disamping ranjangnya. Menunduk ke bawah menatap ke kedua kakinya yang berayun. Arini tak mengerti, kenapa pamannya berubah sikap seperti itu. Menjadi... Lembut. Arini berdiri, berjalan menuju meja nakasnya dan menuang air putih yang tadi diambilnya ke dalam gelas yang tersedia. Meletakkannya dan kembali ke ranjangnya, berbaring. Menutup matanya dan teringat punggung laki-laki yang berada di mimpinya. Arini mendesah. Resah. Punggung siapa itu? Kenapa punggung itu terlihat kesepian? Membuka matanya, Arini beranjak berdiri. Mematut dirinya di depan cermin, Arini mengusap rambutnya dan menyisirnya perlahan. Setelah merasa dirinya lebih rapi, Arini beranjak keluar. Sebelum menutup pintu, Arini menoleh ke belakang, dimana jam wekernya berada. Terlihat jam 7, Arini berfikir bahwa pamannya pasti sudah berangkat. Arini pun tersenyum dan menutup pintu kamarnya lalu beranjak menuju dapur dimana Gita biasanya berada.
Membeku ditempatnya, Arini melihat pamannya tengah duduk disofa dan tengah membaca sesuatu. Dengan kacamata bertengger dihidungnya, wajah pamannya terlihat... Berbeda. Arini berdegup kencang karenanya. Gita yang saat itu tengah menuang kopi dari teko digenggamannya melihat Arini tengah berdiri di depan pintu penghubung ruangan dan memanggilnya.
"Arini..."
Arini menoleh ke arah Gita dan tersenyum kaku. Perlahan melangkah dan memastikan langkahnya tak terdengar agar tak mengganggu fokus pamannya. Tanpa Arini sadari, bahkan wangi harum tubuhnya sudah tercium sampai di hidung Bintang. Bintang memejamkan matanya dan berusaha menetralkan detak jantungnya. Tanpa menoleh, Bintang tahu bahwa Arini sedang berdiri di seberang dan menatap ke arahnya.
Arini meletakkan telunjuknya di depan bibirnya yang mengerucut. Gita mengangkat alisnya, tak mengerti. Namun kemudian dirinya menganggukkan kepala beberapa kali saat telunjuk Arini mengarah pada pamannya. Bintang yang mengetahui itu dari sudut matanya, berusaha mengaburkan tawanya dengan berdeham.
"Kau mau kopi Reyna?" Tanya Gita.
"Tidak... Aku ingin jus jeruk..."
"Ambillah sendiri di lemari es."
Arini mengambilnya dan menuangkan jus ke dalam gelas tinggi dan ramping. Membawanya ke atas meja dapur. Melihat ke arah Gita yang tengah menyiapkan beberapa lapis sandwich untuk makan pagi mereka. Membiarkan Gita melakukan tugasnya dan tak mengganggunya.
"Kau ingin makan dikamarmu atau..."
"Tidak... Aku ingin makan disini. Bersamamu. Aku sudah terlalu lama mendekam di dalam kamar. Aku ingin menghirup udara segar." Arini tersenyum menatap Gita. Gita balik tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Setelah menyiapkan makan pagi Bintang, Gita mengantarkan kopi dan sandwich nya. Namun sebelum dia sempat membawanya ke Bintang, Bintang telah lebih dulu berdiri dan melangkah mendekat.
"Tetap disana."
Gita mendongak dan Arini menoleh ke arah kiri, dimana terlihat Bintang yang tengah melangkah mendekatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uncle Long Legs
General FictionBeberapa bab terakhir sudah mulai di un-publish ya mulai hari ini sampai e-book nya terbit. Ingin tahu lanjutannya, tunggu e-book nya dan masukin ke koleksi mu.. Terima kasih... :) Apa yang akan kau lakukan saat kau tau bahwa orang yang selama ini m...