Arini membuka matanya. Gelap. Hanya gelap. Arini tak bisa melihat. Matanya terbuka namun tertutup. Hanya merasakan lututnya yang terlipat di depan dada. Dan dinding yang terasa dingin menekan punggungnya. Merasakan ketakutan, Arini membuka bibirnya.
"halooo..."
Berharap ada seseorang berada di sekitarnya namun keheningan yang menjawab. Ketakutan menyergapnya. Arini merasakan dadanya sesak. Kegelapan menghimpitnya hingga tak mampu bergerak. Nafasnya mulai tak stabil. Terengah-engah. Kegelapan mulai mencekiknya.
Klik.
Secercah cahaya mengintip dari kejauhan. Arini menatap dengan berdebar. Matanya membelalak lebar. Harapan mulai tumbuh. Menggerakkan tubuhnya untuk bangkit dari tempatnya dan terasa kaku, seolah telah seabad dirinya meringkuk. Dengan langkah tertatih Arini mencoba mencapai ke sana. Cahaya yang seolah menunggunya. Arini terhenti. Tiba-tiba langkahnya terhenti. Di bawah sinar terlihat punggung seseorang yang berdiri membelakanginya. Punggung yang lebar. Menggunakan pakaian berwarna hitam. Mencurigakan dan menakutkan. Arini ragu untuk melangkah.
Tangannya menggenggam erat, gemetar ketakutan dan kedinginan, tak bisa membedakan. Kakinya melangkah ragu. Arini menoleh ke belakang, hatinya menciut. Menggelengkan kepalanya. Tak ingin lagi kembali kesana. Tak mungkin. Menoleh kembali ke arah cahaya datang. Arini melangkahkan kakinya perlahan. Punggung itu tak bergerak. Seolah menunggu kedatangannya. Arini melangkah lagi, kali ini keputusannya bulat. Mendatangi cahaya itu walaupun hanya setitik. Membutuhkan kehangatan dan cahaya terang. Tidak lagi buta, gelap dan dingin. Melangkah dengan langkah pasti. Arini menuju ke depan, tak lagi menoleh ke belakang.
Punggung itu bergerak berbalik seirama dengan langkahnya yang mulai cepat. Jarak yang jauh menjadikan Arini tak sabar untuk sampai kesana. Punggung itu menghilang sempurna, berganti dengan tubuh bagian depan, menampakkan dada yang bidang dari sosok yang terlihat kuat namun wajahnya menunduk. Tak terlihat. Arini mempercepat langkahnya. Berlari kecil. Arini merasakan dadanya membengkak. Pandangannya melebar. Arini mengenalnya. Dada bidang itu, kehangatan itu, cinta yang di berikan nya. Arini mengenalnya. Walaupun tanpa wajah. Arini tahu siapa dia. Larinya semakin cepat. Berusaha menggapai tubuh itu. Ingin memeluk nya. Merindukannya.
Bintang, dia adalah Bintang. Arini ingin menjerit senang. Namun jarak yang amat jauh membuat Arini mengurungkan teriakannya. Wajah itu mendongak. Arini tersenyum lebar. Semakin cepat dia berlari namun jarak tak juga menipis. Arini menguatkan kakinya dan menjejak lantai dengan keras agar cepat sampai. Semakin dekat semakin jelas dia melihat. Bintang tersenyum padanya. Senyuman yang mampu meluluhkan nya. Tatapan nya yang mematikan tak lagi ada. Hanya tatapan yang penuh kerinduan kini terbaca disana. Arini merasakannya juga.
"Paman... paman... Aku datang... Paman..."
Arini membisikkan panggilannya. Seolah jika berteriak suaranya tak akan sampai pada pemiliknya. Arini melihat sesuatu yang aneh. Mata Bintang berubah. Mata yang penuh kerinduan itu tak lagi ada, yang ada hanyalah tatapan sedih. Putus asa dan penuh kecewa. Arini menggelemgkan kepalanya.
"Tidak... paman... jangan... aku datang paman. Aku datang.."
Arini merasa kesal, kenapa jaraknya dengan Bintang tak juga dekat. Bintang meneteskan sesuatu dari matanya. Darah. Dari mata Bintang yang penuh kesedihan mengalir darah. Bintang menangis...darah. Arini membelalakkan matanya. Larinya semakin cepat. Seolah lari di tempat, jaraknya tak juga berkurang. Namun bayangan Bintang semakin jelas. Hanya langkahnya tak juga sampai ke tempat dimana Bintang berada.
Bintang mengulurkan tangannya. Meminta Arini menggapainya. Arini mengulurkan tangannya juga, menyambutnya. Arini melihat langkahnya semakin dekat.
"Tunggu aku... Tunggu aku paman.."
Semakin Arini merasa tubuhnya semakin dekat dengan cahaya, Arini melihat tubuh Bintang bergerak menjauh. Tenggelam dalam kegelapan. Dengan tangisan darah dan tangannya yang mengulur, tubuh Bintang tersedot ke belakang. Kegelapan menyambutnya. Arini menggelengkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Uncle Long Legs
General FictionBeberapa bab terakhir sudah mulai di un-publish ya mulai hari ini sampai e-book nya terbit. Ingin tahu lanjutannya, tunggu e-book nya dan masukin ke koleksi mu.. Terima kasih... :) Apa yang akan kau lakukan saat kau tau bahwa orang yang selama ini m...