99

3.2K 212 28
                                    

Arini baru saja selesai memimpin rapat, ketika sekretarisnya menghampiri dan mengatakan bahwa ada seorang tamu yang sedang menunggunya sedari tadi. Arini menganggukkan kepalanya. Memasuki kantornya setelah sebelumnya menyuruh sekretarisnya untuk menyiapkan beberapa dokumen untuk dipelajari, Arini terkejut. Membelalakkan matanya ketika melihat seorang laki-laki duduk di sofa empuknya dan sedang memainkan gawainya. Laki-laki itu mengangkat kepalanya ketika mendengar bunyi pintu dibuka lalu bersandar dengan santainya ketika melihat Arini datang dan menatapnya dengan raut wajah terkejut. Menatap Arini dan tersenyum dengan senyumannya yang khas.

"Hallo Reyna, apa kabarmu? Lama kita tidak berjumpa."

"Bintang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bintang... Apa yang kau lakukan disini? Bagaimana kau datang ke sini? Indonesia..."

Bintang bangkit dan berdiri dengan satu tangan masuk ke dalam saku,
"Kenapa tidak? Kekasihku ada disini, karena dia tidak pulang dalam waktu yang lama maka aku harus menjemputnya."

Arini meradang, menautkan alisnya dan menatap Bintang dengan tajam.
"Omong kosong! Jangan katakan kebohongan itu didepanku. Kita berdua tahu apa yang terjadi jika kau datang kesini."

"Ssshhtt... Apa kau ingin memberitahukan pada semua pegawai kantormu bahwa kita adalah sepasang kekasih yang sedang bertengkar?" Bintang menyeringai menggoda Arini dan mengendikkan kepalanya ke arah belakang Arini.

Terlihat beberapa pegawainya berkumpul di belakang mereka karena tertarik saat mendengar nada suara Arini yang meninggi. Arini lupa, jika saat ini dirinya masih berdiri di tengah pintu yang terbuka. Dengan raut wajah memerah menahan malu, Arini melangkah masuk dan menutup pintu dibelakangnya. Tak mempedulikan kehadiran Bintang yang berdiri dihadapannya, Arini melangkah menuju mejanya. Saat Arini sampai di depan mejanya dan berbalik, Bintang telah berada didepannya dan mengurungnya diantara dirinya dan meja. Arini terkesiap, memundurkan tubuhnya dan menumpukan pantatnya di pinggir meja. Memalingkan kepalanya sehingga tak menatap mata Bintang yang kelam. Dadanya berdebar sangat kencang dengan posisi mereka yang sangat dekat.

"Kau tidak menghubungiku sama sekali Reyna. Aku sangat merindukanmu. Aku menelan semua pil pahit ini demi bertemu denganmu. Aku tahu kau lari kesini sehingga tak bertemu denganku. Aku tidak menyangka ternyata kebencianmu begitu besar untukku sehingga kau dengan sengaja memilih tempat ini sebagai tempat pelarianmu."

Arini memejamkan matanya dan menetralkan nafasnya yang menderu.
"Aku tidak membencimu Bintang. Tidak. Aku memilih tempat ini, dimana tidak ada kenangan antara kau dan aku. Sehingga aku mampu menjalani kehidupanku dengan lebih baik, tanpa bayanganmu."

Bintang mendekatkan tubuhnya dan menyurukkan kepalanya, menghirup wangi tubuh Arini di ceruk leher Arini yang terpampang nyata.

"Aku membenci ini. Aku tidak suka kau menampakkan leher jenjangmu ke pria lain selain aku Reyna." Bintang meraih cepol rambut Arini yang tertata rapi di belakang kepalanya dan menariknya keras sehingga rambutnya tergerai. Arini membelalakkan matanya.

Uncle Long LegsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang