44

5.2K 221 24
                                    

Meletakkan kardusnya dan melangkah ke dapur untuk mengambil air dingin. Dilihatnya Karherine masih belum datang, Arini bernafas lega. Baru saja minum, pintu apartemennya terbuka. Terlihat Katherine membawa beberapa barang ditangannya.

"Hai Kath. Apa yang ada ditanganmu?" Tanya Arini sambil meletakkan gelas diatas meja dapur. Karena dapurnya seperti mini bar kecil yang terletak dalam satu ruangan dengan ruang tengah, sehingga mudah bagi si pemilik walaupun sedang sibuk memasak melihat siapa yang masuk ke dalam apartemennya.

Katherine meletakkan beberapa barangnya di atas meja dan menenteng 2 tas kertas yang berisi makanan ringan dan minuman.

"Hai... Aku tadi ambil buku-buku yang sebagian belum sempat kubaca. Hanya untuk teman bacaan dalam perjalanan. Dan ini, martabak kesukaan kita. Heemmh.. selama di Spanyol aku merindukan makanan lezat ini. Hahaha... Martabak si abang depan gedung tak ada tandingannya." Kata Katherine sambil tertawa terbahak. Arini mengangguk-angguk kepala dan ikut tertawa.

Setelah meletakkan semua makanan dan memindahkan minuman ke dalam lemari es yang memang sudah kehabisan stok minuman. Sambil menggigit sepotong martabak dan membawa sisanya diatas wadah, Katherine menghampiri Arini yang sibuk membuka box kardus yang tadi dilihatnya sewaktu masuk ruangan.

"Apa itu Arini?" Tanya Katherine sambil meletakkan wadah berisi makanan di atas meja. Arini menghentikan kegiatannya dan menatap ke arah Katherine yang duduk bersimpuh di depannya.

"Buku-buku jurnal kakakku. Aku akan mencari info tentang masa laluku di buku-buku ini. Membaca buku-buku ini seperti melihat masa lalu kakakku. Semoga aku mendapatkannya. Dan jika informasi ini cukup, mungkin kita tidak harus pergi ke desaku besok. Aku...sangat...sulit melakukannya. Kau tau... Bertemu nenekku. Aku tidak yakin bisa menghadapi kebenciannya." Arini meluruhkan bahunya. Tatapannya yang penuh kesedihan karena mengingat kebencian yang dirasakan neneknya, membuat dadanya sesak.

"Oh... Oke... Ternyata aku tidak salah membeli makanan ini. Bisa jadi teman makan kita selama membaca diary kakakmu semalaman." Kata Katherine mengambil salah satu buku jurnal Ervina.

"Tapi Kath, kalau kau terlalu lelah, kau boleh istirahat lebih dulu. Besok kau bisa membantuku. Dan perjalanan kita, seperti nya harus ditunda lebih dulu." Arini menatap Katherine yang sedang asyik membuka-buka buku.

"Aah... Tenang aja. Kalau aku sudah lelah, aku akan tidur." Kata Katherine melambaikan tangannya. Arini tersenyum melihatnya.

---

Membuka matanya yang masih terasa sangat berat karena semalaman membaca buku jurnal Ervina, Arini melihat ke sekelilingnya. Terlihat buku berserakan, wadah makanan tergeletak di lantai dan beberapa minuman dingin yang telah terbuka tutupnya. Kacau dan berantakan.

Menguap dan menghapus jejak air mata dari matanya, Arini meregangkan tubuhnya yang terasa sedikit pegal. Melihat kondisinya yang tak terlihat bagus. Tidur di sofa, tapi melihat selimut dan bantal teronggok dilantai. Arini berdiri dan melangkah ke jendela, membuka tirainya dan terlihat matahari mulai menampakkan senyumnya.

Menoleh ke arah buku-buku yang berserakan dilantai, jurnal Ervina yang telah tersimpan bertahun-tahun. Mencari tanggal terlama dan masih belum juga ditemukan sedikit jejak tentang dirinya. Arini merasa ragu akan langkahnya ini. Haruskaj diteruskan atau hanya menerima bagaimana kondisinya sekarang? Arini dalam dilema. Sebenarnya dirinya pun telah terbiasa dengan kehidupan yang dijalaninya selama ini dan tak mau ambil pusing karenanya, hanya saja teringat janjinya pada kedua orang yang sangat berharap menemukan putri mereka karena telah kehilangan bertahun-tahun. Arini mendesah pelan menatap ruangannya, kemudian ingatannya beranjak saat semalam bagaimana buku itu dia temukan.

Uncle Long LegsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang