08

13.1K 438 1
                                    

Happy reading guys!
Jangan lupa vote dan comment.
Mon maap typo bersebaran.

🐰

Hari Sabtu adalah hari yang sangat menyenangkan bagi Allisya karena sekolah libur. Jadi ia bisa bermalas-malasan dan bangun lebih siang. Namun ketika sedang asik menikmati mimpi indahnya, ponselnya berdering sangat nyaring. Tetapi, Allisya berpikir itu adalah suara jam alarmnya. Dengan mata yang masih tertutup, Allisya meraba disekitar tempat tidurnya mencari sumber suara itu dan melemparkan benda pipih berwarna hitam itu kesudut ruangan sehingga otomatis suara itu langsung lenyap.

Allisya masih belum menyadari, kalau yang di lemparnya itu adalah ponselnya. Tak lama setelah melanjutkan tidurnya, kini barulah jam alarmnya benar-benar berbunyi. Allisya mengerang kesal, dan dengan mata yang masih terkantuk-kantuk ia membuka matanya. Diliriknya jam alarmnya itu, kemudian mengernyit bingung. Bukankah ia tadi sudah melempar jam itu? Lalu apa yang dilemparnya tadi?

Allisya langsung meraba tempat tidurnya mencari ponsel kesayangannya. Tidak ada. Lalu matanya melirik seluruh ruangan kamarnya. Kemudian pandangannya tertuju pada benda pipih yang berada disudut ruangan didekat meja riasnya, yang sudah pecah layarnya. Allisya langsung bangkit dan mengambil ponselnya yang sudah rusak itu.

"Shit! Ah, handphone gue yang malang." Allisya menatap nanar pada ponselnya yang sudah tak bisa dinyalakan kembali.

"Sial, padahal baru ganti tiga bulan lalu. Aihh kemaren ilang,  sekarang pecah. Miris banget nasib handphone gue, persis kayak yang punya." Allisya bergumam sambil mengelus ponselnya.

"Kayaknya gue harus beli lagi nih." Allisya meletakkan ponselnya diatas meja rias dan segera masuk kedalam kamar mandi.

-

Allisya berjalan menapaki anak tangga dengan wajah yang sudah segar. Ia sudah tidak memikirkan ponsel malangnya itu lagi. Saat sampai didapur, Allisya hanya melihat pembantunya saja yang sepertinya sedang menyiapkan sarapan.

"Pagi bi." Sapa Allisya pada Bi Narti.

"Pagi non." Balas Bi Narti.

"Mama mana bi?" Tanya Allisya ketika tak menemukan Anisa.

"Nyonya lagi udah pergi sejak subuh tadi, katanya ada urusan penting yang harus diurus." Jelas Bi Narti dan Allisya hanya mengangguk.

Ting..tong...
Ting..tong...

Tiba-tiba bel rumahnya berbunyi nyaring dan berkali-kali sehingga membuat Allisya tersedak makanannya. Seperti tamu diluar tidak sabar menunggu dibukakan pintu.

"Lisya buka pintu dulu bi." Allisya beranjak dan segera menuju pintu utama untuk membukakan pintu.

"Sia--" belum Allisya menyelesaikan ucapannya, ia sudah dihadiahi dengan suara cempreng milik sahabat bobroknya.

"LISYA!! LAMA BANGET SIH LO BUKA PINTUNYA??!" Pekik Tamara heboh, dan Nadira hanya menggelengkan kepalanya saja. Sudah dibilang bukan, jika hanya Nadira yang waras disini?

"Buset, suara lo ngalahin toa tau gak?" Allisya berdecak sambil menutup kedua telinganya.

Tamara tidak mempedulikan kekesalan Allisya, ia langsung masuk begitu saja dan mendudukkan bokongnya disofa.

"Heh! Gak sopan lo!" Allisya menatap Tamara tajam sambil menutup pintu.

"Ngapain kalian berdua pagi-pagi udah kerumah gue?" Allisya duduk disebelah Nadira.

"Tau tuh si kucrut pagi-pagi udah paksa gue buat ikut kerumah lo." Nadira mendelik kearah Tamara yang hanya cengengesan.

"Yeuu, kan tadi gue udah mau bilang sama lo. Tapi pas gue telpon, lo kagak angkat. Malahan pas gue telpon lagi nomor lo kagak aktif." Allisya melongo mendengar penjelasan Tamara.

Troublemaker [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang