Laki-laki itu mendengus. Perempuan didepannya ini benar-benar telah mengganggu ketenangannya di hari Minggu ini."Mau apa lagi sih lo, Salsa?"
Devan menatap Salsa jengah. Sementara perempuan itu hanya menampilkan wajah santainya, berbanding terbalik dengan Devan yang benar-benar kesal sekarang.
Salsa tersenyum miring, "Mau gue? Ga banyak kok. Gue cuma mau lo jalan seharian sama gue hari ini."
Devan terkekeh sinis, "Jangan ngarep!"
"Ayolah, Van. Apa susahnya sih ngelakuin itu? Lo tinggal jalan-jalan berdua sama gue seharian ini."
"Gak! Gue gak mau!"
"Van!"
"Sa, plis! Jangan paksa gue." Teriak Devan frustasi.
Devan tidak bisa menuruti kemauan Salsa. Apa katanya? Jalan seharian dengannya? Berdua? Tidak!
"Kenapa sih Van, lo selalu ga mau kalo gue ajak jalan? Bahkan lo kayak gak kepengin ketemu gue. Segitu bencinya lo sama gue?!"
Cukup! Salsa tidak tahan lagi. Akhirnya dia pun mengeluarkan semua unek-uneknya.
"Sa, gue cuma—"
"Apa?! Lo mau bilang kalo lo mau jaga perasaan cewe lo? Tapi lo tau ga gimana perasaan gue selama ini hah?! Gue tau gue udah salah besar sama lo. Tapi apa ga bisa gitu lo maafin gue?" Teriak Salsa, kemudian tertawa sinis.
"Lo—"
"Kenapa sih ribut-ribut gitu?"
Ketika mendengar keributan dari halaman rumahnya, Erina langsung keluar dan melihat Devan dan Salsa tengah berdebat.
Salsa tersenyum miring ketika melihat Erina keluar dari dalam rumahnya. Kemudian Salsa berjalan mendekati Erina kemudian memeluk lengan wanita itu.
"Tante, masa Devan ga mau Salsa ajak jalan? Padahal ga sering loh Salsa ajak jalan gini." Ucap Salsa manja pada Erina.
"Loh, kenapa gitu, Van?" Erina beralih menatap Devan.
Devan memutar bola matanya malas. Salsa benar-benar! Bisa-bisanya dia mengadu pada Erina. Huh! Semoga saja Erina tidak akan menyuruhnya untuk menuruti kemauan Salsa, karena Devan tidak pernah bisa menolak permintaan Mamanya itu.
"Males." Jawab laki-laki itu singkat.
"Tuh kan, Tante!"
Erina menghela napas, kemudian menatap putranya, "Gapapa sayang, lagian kan cuma sesekali aja ga sering. Sana gih, kamu pergi sama Salsa."
Devan melebarkan matanya, ingin memprotes pada Mamanya, "Tapi Ma—"
"Mama tau apa yang mau kamu bilang. Udah gapapa, Lisya ga bakalan tau. Kalaupun dia tau, biar Mama yang jelasin."
Devan menghela napas berat. Sudah dia duga! Mamanya pasti akan menyuruhnya pergi dengan Salsa. Apa yang harus dia lakukan? Dia tidak mau pergi dengan Salsa. Tapi dia juga tidak bisa menolak jika Mamanya sudah bertitah seperti itu. Akhirnya dia hanya bisa pasrah.
Tanpa sepatah katapun, Devan masuk kedalam rumahnya. Dan tanpa disadari oleh Erina, Salsa yang masih memeluk lengannya itu tersenyum licik.
**
Gadis itu berdecak. Kemudian membanting ponselnya begitu saja keatas tempat tidur. Tidak lupa dengan gerutuannya sejak tadi.
"Devan kemana sih? Kenapa ga bisa dihubungi coba?! Biasanya juga ga gini."
Oke. Katakan saja dia berlebihan. Tapi ini benar-benar aneh. Tidak biasanya Devan sulit dihubungi. Apalagi di hari Minggu seperti ini. Bahkan saat laki-laki itu sibuk bermain game. Padahal tadi pagi masih bisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Troublemaker [Completed]
Novela JuvenilCantik? Banget! Pintar? Pasti! Badgirl? Tentu saja! Kalimat itu cocok untuk mendeskripsikan sosok gadis bernama Auristella Allisya Lesham. Gadis ceria namun urakan yang selalu membuat masalah disekolanya. Ruang BK ada tempat favoritnya. Keliling la...