30

6.5K 209 0
                                    


Sore ini, setelah lelah bermain di pantai, mereka memilih untuk makan di restoran seafood yang ada dipantai tersebut sambil menunggu sunset.

"Beb, ayo ah! Kita duluan aja!" Ucap Farrel yang sudah selesai dengan makanannya, menarik tangan Tamara yang masih meminum minumannya. Beruntung, gadis itu juga sudah selesai makan.

"Apa sih?! Gue masih minum, goblok!" Ucap Tamara kesal karena tangannya yang ditarik-tarik oleh Farrel.

Farrel terus menariknya hingga mereka menjauh dari teman-temannya.

"Ngapain sih kesini? Gue pengen bareng mereka!" Ucap Tamara ketika mereka berdua sudah duduk diatas pasir pantai.

"Yaa, gue pengen berdua aja sama lo." Laki-laki itu tetap tersenyum lebar meski nada ketus terus terlontar dari bibir gadis disebelahnya itu.

"Ck! Penting banget berdua sama lo!" Tamara berdecak.

"Segitu ga sukanya lo sama gue?" Tamara menoleh pada Farrel yang sedang menatap lurus ke depan, dan menatapnya bingung.

"Maksudnya?"

"Apa yang harus gue lakuin supaya lo bisa menganggap gue ada? Gimana caranya supaya lo liat perjuangan gue? Kasih tau gue gimana caranya supaya perasaan gue ke lo ga bertepuk sebelah tangan?" Mata laki-laki itu terus menatap ke depan, tidak menyadari perubahan ekspresi gadis disebelahnya itu.

Tamara terdiam. Entah kenapa laki-laki itu tiba-tiba berbicara dengan serius. Jika biasanya Farrel penuh dengan candaan, tidak untuk kali ini.

"Lo selalu ketus dan jutek sama gue. Gue tau gue itu usil dan ngeselin, tapi harus lo tau, itu adalah cara gue untuk menunjukkan ke lo, kalau sebenernya gue itu sayang sama lo. Apa selama ini lo nganggep gue cuma bercanda?"

Tamara masih terdiam. Dia seperti mendapatkan serangan mendadak karena diberikan pertanyaan seperti itu. Ah, dia jadi merasa bersalah pada laki-laki itu. Tapi tanpa diketahui oleh Farrel, ternyata Tamara juga... Ehm, memiliki perasaan yang sama terhadapnya.

Entahlah, gadis itu juga bingung kapan rasa itu hadir. Mungkin karena terbiasa, akhirnya tumbuh perasaan itu. Dan masalah dia yang selalu bersikap ketus pada Farrel, itu semata karena tingkah Farrel yang membuatnya benar-benar kesal. Yang jelas, dia selalu merasa nyaman jika berada didekat laki-laki ini, meskipun sikapnya seolah-olah dia tidak suka jika berdekatan dengan Farrel.

"Ra, gue pengen ungkapin semuanya sekarang. Lo tau kan gue ga pernah main-main sama perasaan gue? Lo tau, gue itu tipe orang yang sulit untuk jatuh cinta. Sekalinya gue jatuh cinta dengan seseorang, gue ga bakal lepasin dia semudah itu. Gue bakal bener-bener menjaga cewek yang udah berhasil masuk ke hati gue. Dan lo beruntung, jadi cewek itu. Awalnya, gue pikir mudah bagi gue buat dapetin lo. Tapi setelah liat respon lo yang cuma gini-gini aja ke gue, kayaknya gue ga bakal bisa dapetin lo deh." Tamara dapat mendengar dengan jelas suara helaan napas berat dari laki-laki itu.

"Tapi gue ga bakal nyerah, Ra. Sampai lo nyuruh gue pergi dan berhenti, saat itu juga gue bakal bener-bener berhenti perjuangin lo."

Farrel menarik napas panjang lalu menghembuskannya perlahan. "Gue cuma mau bilang, kalo gue sayang sama lo. Gue, cinta sama lo."

"Rel, gue---

"Stop! Jangan dijawab! Gue belum siap kalo lo nolak gue." Ucap Farrel yang langsung memotong ucapan Tamara.

Akhirnya Tamara mengatupkan kembali bibirnya. Dia ingin menjawab jika dia juga memiliki perasaan yang sama pada Farrel, tapi lidahnya kelu untuk berbicara. Dan sekarang, mereka terjebak dalam keheningan.

**

Sebentar lagi, matahari akan tenggelam. Momen itulah yang paling mereka tunggu-tunggu. Melihat bagaimana indahnya matahari terbenam dari ufuk barat. Dan pasangan random ini tengah duduk diatas pasir pantai menunggu terbenamnya matahari. Pasangan random? Ya, mungkin cocok untuk mereka, Allisya dan Devan. Terkadang mereka bersikap romantis, dan terkadang bersikap layaknya enemy.

Troublemaker [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang