04.

14.5K 497 0
                                    


"Gue jadi takut kalo dia tau yang sebenernya. Gue takut dia tau kalo alasan gue pacaran sama dia itu karena dare dari Farrel, dia pasti marah banget."

Prangg....

Mendengar sesuatu yang jatuh, mereka bertiga langsung menoleh ke pintu, sumber suara itu.

"A-allisya?" Ucap Devan terbata ketika melihat Allisya sedang berdiri diambang pintu dengan mata memerah.

Ternyata suara pecahan tadi berasal dari piring makanan yang dipegang oleh Allisya terjatuh kelantai.

"Gawat!" Ucap Farrel. Kini mereka bertiga gelagapan.

Air mata yang tadinya masih tertahan di kelopak mata pun kini mengalir dengan derasnya. Allisya langsung berlari meninggalkan mereka.

"Lisya tunggu!!" Pekik Devan sembari berlari mengejar Allisya.

Allisya terus berlari tanpa mau menoleh kearah Devan yang sedang mengejarnya. Ia terus berlari hingga sampailah ia di taman belakang sekolah.

"Tunggu!!" Kata Devan yang kini berhasil mencekal tangan Allisya.

"Lepas!" Allisya menepis cekalannya.

"Dengerin gue dulu sya, gue bisa jelasin semuanya..." Devan masih mencekal tangan Allisya yang sedang memberontak.

Plakk...

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi kanan Devan.

"Apalagi? Apa yang harus gue denger dari lo hah?! Apa gue harus denger lagi kalo lo pacaran sama gue cuma karna dare hah?!" Kata Allisya menggebu.

Kini emosinya meluap-luap. Dadanya terasa sesak.

"Lisya..."

"Gue bodoh! Bego! Kenapa gue ga sadar kalo selama ini gue dibohongi. Aaaahhhh lisya bego!!" Kata Allisya seraya memukuli kepalanya sendiri.

"Sekarang gue sadar, kenapa selama ini lo cuma bersikap biasa aja sama gue. Kalaupun bersikap manis, itu jarang. Dan sekarang, semua pertanyaan itu udah terjawab sekarang." Kini suaranya melemah.

"Gue kira, selama ini lo tulus sama gue. Dulu, gue seneng banget waktu tau lo juga suka sama gue. Asal lo tau, gue udah lama nyimpen perasaan buat lo. Tapi sekarang gue sadar, ternyata suka sama cinta itu beda."

"Lisya pliss dengerin gue..." Devan tidak tahan melihat Allisya yang seperti ini. Entah kenapa hatinya ikut sakit melihat gadis didepannya ini sedang menangis.

"Gak ada yang perlu gue denger lagi dari lo. gue kecewa sama lo Devan Adriano Madava." Ucapnya penuh penekanan.

"Gue mau kita putus!"

Setelah mengatakan itu, Allisya langsung pergi meninggalkan Devan yang sedang terpaku sendiri.

"Maaf." Ucapnya lirih.

Devan terduduk di kursi taman. Tatapannya kosong. Matanya menerawang mengingat dulu. Sungguh, ia menyesal menerima ide gila itu yang kini malah melukai hati gadis itu.

Flashback*

Tampak 3 orang siswa sedang bersantai di rooftop sekolah, padahal saat ini adalah jam pelajaran. Mereka adalah Devan, Farrel dan Refal. Suasana tampak hening.

"Eh bosen nih, main apa gitu?"  Kata Farrel memecah keheningan.

"Main ToD aja gimana?" Usul Refal.

"Ogah, lo berdua aja sana." Devan mendelik.

"Yah Lo mah ga asik Van. Ayo lah, lagian kita udah lama ga main ToD."  Paksa Farrel.

Troublemaker [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang