52

5.7K 199 2
                                    


"Udah? Yuk."

"Yuk."

Dua sejoli itu langsung memasuki mobil, dengan si laki-laki yang mulai melajukan mobilnya.

"Rel?"

"Hm??"

"Devan tuh sebenernya kenapa sih? Kok bisa dia sampe kayak gitu ke Lisya? Padahal selama ini tuh mereka baik-baik aja. Tapi liat sekarang? Sumpah gue gak ngerti apa sebenarnya mau dia. Seolah-olah melepaskan tapi gak mau melepaskan. Gue gak bisa liat Lisya kayak gini terus. Topeng dia udah terlalu banyak."

Farrel menghela nafas, kemudian menoleh ke samping, "Jujur, gue sebagai sahabatnya pun gak ngerti apa sebenernya maksud dia kayak gini. Gue marah, kesel, itu udah pasti. Tapi gue yakin, pasti dia punya alasan dibalik semua ini. Alasan yang mungkin kita gak bisa tau."

"Alasan kayak apa sih? Setidaknya dia bisa kasih sedikit penjelasan. Jangan kayak gini, semua orang jadi bingung dengan perubahan sikap dia yang tiba-tiba. Ah, mereka yang bertengkar, gue yang capek liatnya."

Farrel tersenyum tipis, "Gue kenal dia dari kecil. Dan gue tau banget, gimana dia. Devan tuh gak pernah sejatuh cinta ini sama cewek. So, trust me. Everything Will be alright. Devan pasti tau apa yang harus dia lakuin."

Tamara hanya menghela nafas, kemudian mengangguk kecil. Ia berharap apa yang dikatakan Farrel itu benar.

Ya, semoga saja.

***

Ting tong...

"Sebentar!!"

Ceklek

"Ehh, Lisya?"

"Bunda!!"

Gadis itu langsung memeluk wanita dihadapannya, yang dibalas dengan pelukan juga.

"Kamu kok udah lama gak kesini?"

Wanita itu melepaskan pelukannya, kemudian mempersilahkan Allisya untuk masuk.

"Gak sempet Bunda, hehe." Allisya nyengir, sambil duduk di sofa.

"Mei mana, Bun?"

"Mei? Tadi sih katanya mau main sepeda sama temennya."

"Oh, kalo Papa?"

"Ada tuh dikamar, tadi baru pulang. Bentar Bunda panggil."

Rika sudah bersiap-siap ingin berdiri, namun segera ditahan oleh Allisya.

"Udah Bun, gak usah. Mungkin Papa lagi istirahat." Rika mengangguk.

"BUNDA GIO JAHAT SAMA MEI!!"

Seorang gadis kecil masuk kedalam rumah dengan suara cempreng nya.

"Kenapa lagi sih Mei? Gak capek apa setiap pulang pasti ngaduin Gio?"

Meisya tampak merengek, kemudian menggeleng.

"Nggak, Gio emang jahat. Tadi Mei dikasi hadiah sama dia, tapi pas Mei buka isinya katak."

Wajah merengut gadis itu membuat Allisya tidak bisa menahan tawanya. Sepertinya, gadis kecil itu belum sadar dengan kehadiran dirinya.

"Gio gak jahat Mei, dia tuh baik udah mau Mei hadiah." Allisya tertawa kecil.

Meisya menoleh kearahnya, tampak sedikit kaget.

"Baik apanya? Jahil banget dia kak."

"Udah, sekarang Mei ke kamar. Mandi dulu, keringetan tuh abis main." Suruh Rika.

Troublemaker [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang