45

5.4K 175 9
                                    

"ALLISYA TAMARA NADIRA!! KELUAR KALIAN!!"

Teriakan yang cetar membahana itu berhasil membuat seluruh murid dikelas itu tutup telinga. Suara yang volumenya dapat mengalahkan toa itu bisa saja membuat pendengaran mereka terganggu.

"Oke Bu."

"Siap, laksanakan!"

"Boleh ke kantin kan, Bu?"

Bu Marni menggeram, "BERDIRI DI LAPANGAN SAMPAI JAM SAYA SELESAI!!"

Glek!

Mereka menelan ludah, kemudian menatap jam dinding yang kini menuju pukul 10.30. Waktu yang menuju teriknya matahari. Ditambah, jam pelajaran Bu Marni baru saja di mulai dan berlangsung selama 3 jam.

Good!

Mereka pun keluar dengan merengut. Ralat, hanya Tamara dan Nadira saja, tepatnya. Karena bagi Allisya ini sih sudah biasa. Dihukum berdiri dilapangan selama berjam-jam dibawah teriknya sinar matahari, berbeda dengan Tamara dan Nadira yang hanya sesekali saja.

1 jam berlalu. Matahari bersinar semakin terik saja.

"Aduh, panas banget gila!"

"Anjir sih! Kenapa gue pake ngelawan bacotan Bu Marni tadi. Gini deh jadinya."

Allisya hanya diam mendengarkan celotehan teman-temannya. Saat ini dirinya terasa seperti tidak bertenaga, bahkan hanya untuk membalas ucapan mereka. Padahal tidak biasanya dia seperti ini.

"Lo kenapa diem aja, Sya?"

Gadis itu hanya menggeleng lemah ketika merasakan kepalanya begitu berat dan sakit. Dalam beberapa waktu, Allisya dapat menahannya. Namun semakin lama, pusing di kepalanya semakin menjadi. Hingga tubuhnya hampir limbung jika saja Tamara yang berada tepat disebelahnya tidak menahan tubuhnya.

"E-eh. Lo kenapa?"

"Lo sakit?" Mereka berdua menatapnya khawatir.

Allisya tidak mampu menjawabnya. Hanya itulah yang terakhir ia dengar sebelum pada akhirnya pandangannya mengabur dan kegelapan mulai menyelimuti.

***

Allisya membuka matanya yang terasa perih. Kepala nya masih terasa  pusing, meskipun tidak separah tadi.

Beberapa jam yang lalu, Tamara dan Nadira mengantarnya pulang setelah insiden pingsannya tadi. Mereka berdua meminta maaf, karena tidak bisa menemaninya dirumah dan terpaksa harus kembali ke sekolah.

Allisya mencoba untuk bangkit dari tempat tidurnya. Berjalan keluar kamar, dan meniti tangga. Rumah tampak sepi. Yaah, meskipun biasanya juga sepi sih. Sepertinya, Azriel belum pulang. Ah, ia lupa. Laki-laki itu kan sedang ada kelas sampai sore, di kampusnya. Sekarang masih pukul 3, mungkin Azriel baru akan pulang beberapa jam lagi.

Ketika membuka kulkas, Allisya hanya melihat beberapa minuman kaleng dan telur. Bahan makanan telah habis sejak beberapa hari yang lalu. Dan ia masih saja lupa untuk membelinya di supermarket. 

Allisya menghela nafas, ia sedang malas untuk makan telur hari ini. Tetapi, perutnya sudah merasa sangat lapar. Sial, ia menyesal karena tidak mendengarkan ucapan abangnya yang menyuruhnya untuk sarapan tadi pagi.

Troublemaker [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang