Happy reading guys 💕
Jam di dinding sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Tapi Allisya masih belum tertidur. Gadis itu duduk diatas tempat tidur sambil memeluk lututnya. Dia menyembunyikan wajahnya dibalik lutut. Samar-samar terdengar suara isakan dari gadis itu.
"Hiks! Hiks!"
Gadis itu menangis. Keadaan kamar yang senyap, membuat suara tangisnya terdengar. Tidak ada siapapun disini. Azriel pasti sudah tidur. Tamara dan Nadira tidur dikamar sebelah karena dia memintanya tadi, dia butuh waktu untuk sendiri. Sedangkan Devan sudah pulang kerumahnya.
"Maa... Pa..." Suara lirih nan seraknya terdengar. Gadis itu mengangkat wajahnya. Matanya terlihat sembab dan bengkak. Rambutnya kusut. Bibirnya masih terlihat pucat. Allisya mengambil bingkai foto yang berada diatas nakas. Itu adalah foto keluarganya yang sedang tersenyum bahagia.
Bahagia?
Hatinya sedikit tersentil ketika menyadari, tidak akan adalagi senyuman bahagia yang terpancar dari wajah kedua orangtuanya.
"Kenapa kalian pergi? Hiks!" Allisya kembali menangis.
Hatinya seperti di tancapkan ribuan pisau ketika menyadari, tidak akan adalagi sosok Mama untuknya. Tidak akan adalagi sosok ayah untuk. Memang, masih ada David disini. Tapi kasih sayang yang diberikan Edward padanya telah menggantikan kasih sayang seorang ayah yang telah hilang bertahun-tahun. Dan baginya itu tidak bisa tergantikan.
Tidak akan adalagi sosok Mama yang akan mendengarkan curahan hatinya ketika dia sedang sedih. Tidak akan ada lagi Mamanya yang selalu mengetuk pintu kamarnya dengan keras setiap pagi. Tidak ada lagi yang akan berteriak nyaring ketika dia membuatnya kesal. Tidak akan adalagi sosok Papanya yang selalu membelanya ketika dia mengadukan kejahilan Azriel padanya. Tidak ada lagi yang—— argh! Dia tidak mampu lagi untuk berkata-kata. Malam ini, adalah malam terburuk sepanjang hidupnya. Hari ini, adalah hari terburuk sepanjang hidupnya. Apakah orangtuanya masih hidup sekarang?
Bodoh!
Itu adalah pertanyaan terbodoh nya! Kenapa dia malah bertanya seperti itu pada hatinya? Sudah bisa dipastikan, orangtuanya tidak akan selamat dalam kecelakaan pesawat itu. Pesawatnya terjatuh ke laut. Apakah masih ada harapan untuk ada yang selamat? Benar-benar bodoh!
(Ps: Ceritanya tuh lagi ada kecelakaan pesawat dan jatuh kelaut. Khayalan author ini)
Sekarang, dia hanya bisa berharap. Akan segera ada kabar tentang kedua orangtuanya. Perlahan, dia akan mencoba untuk ikhlas menerimanya. Dia berpikir, jika Azriel dulu bisa bangkit dari kesedihannya, kenapa dia tidak? Dia akan mencoba itu.
Tak beberapa lama, tidak terdengar lagi suara tangisan dari bibirnya. Matanya terpejam. Dia tertidur sambil memeluk foto keluarganya dalam posisi duduk dan kepalanya bersandar pada kepala tempat tidurnya.
Biarlah. Hari ini terasa sangat melelahkan baginya. Hari ini benar-benar hari yang berat untuknya. Allisya terlalu lelah untuk hari ini. Mungkin, setelah bangun nanti keadaannya bisa lebih baik dari ini. Bukan hanya fisik, tapi hati. Semoga saja.
***
Ditengah malam seperti ini Azriel merasakan tenggorokannya yang terasa kering. Laki-laki itu turun dari tempat tidurnya dan berjalan keluar kamar. Namun langkahnya terhenti ketika samar-samar dia mendengar suara tangisan ketika melewati kamar Allisya. Azriel menempelkan telinganya pada pintu untuk mendengar lebih jelas lagi suara tangisan itu. Ternyata benar, Allisya sedang menangis.
"Gue harap lo bisa kuat." Azriel tersenyum sendu dan menjauhkan telinganya dari pintu. Kemudian dia melanjutkan langkahnya untuk mengambil air minum di dapur.

KAMU SEDANG MEMBACA
Troublemaker [Completed]
Teen FictionCantik? Banget! Pintar? Pasti! Badgirl? Tentu saja! Kalimat itu cocok untuk mendeskripsikan sosok gadis bernama Auristella Allisya Lesham. Gadis ceria namun urakan yang selalu membuat masalah disekolanya. Ruang BK ada tempat favoritnya. Keliling la...