32

5.2K 185 3
                                    


Allisya menghempaskan tubuhnya diatas tempat tidur dan memejamkan matanya. Mereka sudah tiba kembali di Jakarta dan kini dia baru saja sampai dirumahnya dengan diantar oleh Devan tadi.

Kemudian, bel rumahnya berbunyi, membuatnya mau tak mau kembali membuka matanya dan beranjak dari tempat tidur.

"Sia—"

Allisya mengernyit.

Bukankah tadi bel rumahnya berbunyi? Berkali-kali malah. Tapi kenapa sekarang tidak ada seorangpun diluar?

Allisya bergidik. Pikiran negatif mulai melintas di kepalanya meskipun dia sudah mencoba untuk berpikir positif, sampai akhirnya dia melihat sebuah kotak persegi di lantai dekat kakinya ketika dia hendak menutup kembali pintu rumahnya.

"Kotak apaan nih?" Tanyanya pada diri sendiri sambil melihat sekeliling apakah ada orang atau tidak.

Awalnya Allisya ragu untuk membawa masuk kota tersebut, namun karena penasaran akhirnya Allisya membawanya ke kamarnya.

Melihat kotak itu, Allisya jadi teringat sesuatu. Tapi apa ya?

Ah ya!

Dia ingat sekarang.

Bukannya Azriel pernah bilang padanya bahwa ada sebuah paket yang untuknya? Akhirnya Allisya pun mencari-cari dimana kotak paket itu.

Dapat!

Allisya menemukannya diatas meja belajarnya, kemudian membawanya ke tempat tidur.

Gadis itu sudah sangat penasaran, dan akhirnya langsung membuka kota tersebut.

Allisya mengernyit. Kotak tersebut kosong. Tidak ada isinya. Kemudian dia beralih menatap kotak yang baru saja dia temukan didekat pintu tadi. Karena penasaran, Allisya pun membuka kotak tersebut.

"Hah?"

Gadis itu tampak bingung. Ada setangkai bunga mawar didalam kotak tersebut. Dalam hati dia terus bertanya, dari siapa ini?. Allisya mengambil bunga mawar tersebut dari dalam kotak, dan jarinya tanpa sengaja tertusuk duri mawar tersebut sehingga berdarah.

"Aww!"

Oh shit! Durinya sangat tajam.

"Siapa sih ini? Kurang kerjaan banget ngirim beginian." Ucap gadis itu kesal, sambil meniup jarinya yang berdarah.

Kemudian secara tak sengaja Allisya melihat sebuah surat didalam kotak tersebut. Segera saja gadis itu mengambilnya dan membacanya.

Hai, Lisya.
Gimana? Seneng ga dapet suprise dari gue? Pastinya seneng dong? Iyakan?
Eh ya, ngomong-ngomong, tangan lo ga berdarah kan? Hahaha.
So, gue yakin pasti lo bingung siapa yang ngirim ini. Tapi tenang, lo ga perlu repot-repot mikir siapa gue.
Ini baru permulaan sayang, jadi lo ga perlu cari tau dulu siapa gue. Entar ga seru dong kalo lo Nanti tau duluan. kalo permainan udah dimulai, baru deh lo bisa cari tau siapa gue. Itu juga kalau lo bisa, hahaha.
Ah udahlah ya, segini aja. Ga enak nih gue ganggu waktu lo sama pacar orang. Eh, ups! Pacar lo maksudnya, hahaha.

"Siapa sih nih orang?" Geram gadis itu, saking penasarannya.

Apa maksudnya dengan kata pacar orang tersebut?

Tapi yasudahlah, biarkan saja. Mungkin saja itu hanya orang iseng, pikirnya. Allisya pun kembali meletakkan kedua kotak tersebut diatas meja belajarnya, dan diapun kembali berbaring diatas tempat tidur.

***


Laki-laki itu menatap wanita didepannya dengan tatapan tak percaya.

"Apa?! Gila aja lo? Nggak! Gue ga mau!"

Tolak laki-laki itu, kemudian berdiri dari tempatnya dan berjalan menuju balkon. Dia menatap keatas langit malam, lalu menggeram.

"Argh!"

"Kenapa sih? Cemen banget lo." Wanita itu mendekatinya, kemudian tersenyum sinis.

"Gue ga Cemen! Gue cuma sadar diri aja." Bantah laki-laki itu tak terima.

"Sadar apa? Sadar lo ga lebih ganteng dari dia, heh?"

"Bangsat lo!" Laki-laki itu menggeram mendengar nada mencemooh dari perempuan itu.

"Tunggu apalagi sih? Lo juga suka kan sama dia?"

"Tapi gue ga mau lakuin itu. That's crazy." Laki-laki itu tetap menolak.

"Oh, come on babe. Ini sama-sama menguntungkan buat kita. Kalo lo emang suka sama dia ya lo perjuangin lah."

"Memperjuangkan juga ada caranya. Tapi ga kayak gini juga. Ini salah. Kita yang dulu itu aja udah salah. Dan sekarang gue ga mau menambah kesalahan itu lagi."

"Oh, jadi itu lo anggap kesalahan, iya?" Ucap wanita itu berbisik tepat ditelinga laki-laki itu, membuatnya meremang. Apalagi wanita itu semakin menipiskan jarak diantara mereka.

"Apalagi? Bahkan disaat lo tau kita ada hubungan darah, lo tetep melanjutkan itu, kan? Apa itu ga sebuah kesalahan?"

"Iya, itu kesalahan. Tapi lo menikmatinya kan?" Tanya wanita itu menggoda, kemudian memeluk laki-laki itu dari belakang.

Laki-laki itu menahan semua umpatannya agar tidak keluar sekarang juga.

"Lepas! Gue mau pulang."

"Kenapa ga nginep sini aja? Kemaren lo bilang mau nginep disini. Orang tua gue lagi ga ada kok, jadi aman."

"Gue ga peduli. Lepasin. Gue mau—"

Ucapannya terpotong ketika wanita itu tiba-tiba menyambar bibirnya.

Wanita itu kembali menjauhkan wajahnya ketika dia rasa mulai kehabisan oksigen.

"Gimana? Masih mau pulang? Dan menganggap ini kesalahan? Ya. Ini memang kesalahan. Tapi kesalahan terindah, kan?" Bisik wanita itu lagi ditelinga nya membuat laki-laki itu semakin tak tahan dan menggeram.

"Argh! Kali ini lo berhasil, Sa."

Laki-laki itu segera menggendong tubuh wanita itu dan masuk kedalam kamar dan menutup pintu yang menghubungkan antara kamar dan balkon. Dan itu berhasil membuat wanita itu tersenyum puas, karena telah berhasil meruntuhkan pertahanan laki-laki itu.

***

Troublemaker [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang