Malam ini Allisya kembali berdiri didekat jendela yang dia biarkan terbuka. Itu membuat rambutnya yang tergerai terkena angin malam yang masuk dari jendela. Desiran ombak terdengar begitu merdu di telinganya. Apalagi rembulan yang bersinar menambah keindahan malam ini. Dan lagi-lagi dia teringat dengan masa kecilnya."Mbak!" Melissa menepuk pundaknya.
"Apa?" Sahut Allisya tanpa menatapnya.
"Gue liatin lo seneng banget berdiri Deket jendela, sambil melamun lagi. Kenapa?"
Allisya menghembuskan nafasnya. Lalu berjalan mendekati tempat tidur. "Cuma keinget masa kecil aja."
"Lo ga tidur?" Tanya Allisya pada Melissa. Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 22.00 WITA.
"Masih belum ngantuk mbak." Jawab Melissa membaringkan tubuhnya.
"E-eh mbak, mau nanya dong!" Melissa langsung mengubah posisinya menjadi duduk.
"Tanya apa?" Allisya menautkan kedua alisnya.
"Lo pacaran sama bang Dep udah berapa lama?"
Allisya tampak berpikir. "Hm, baru beberapa bulan lah."
"Selama kalian pacaran, bang Dep pernah bikin mbak nangis ga?" Melissa kembali bertanya.
"Pernah!" Allisya segera merutuki mulutnya yang tiba-tiba menjawab 'pernah'
"Hah? Seriusan? Emang bang Dep ngapain mbak?" Melissa tampak penasaran.
"Kepo!"
"Yahh mbak, cerita dong. Gue penasaran nih."
"Ngga ah! Mending lo tidur sana." Allisya tetap menolak untuk menceritakannya.
"Cerita dulu, baru gue mau tidur. Ya ya ya, cerita ya mbak? Penasaran nih." Satu hal yang baru diketahui Allisya, jika Melissa adalah tipe orang yang tidak akan menyerah begitu saja jika merasa penasaran.
"Yaudah iya!"
"Yeay!" Melissa bersorak senang ketika Allisya setuju akan bercerita padanya.
"Jadi gini, dulu kita sempet putus karena-
"Apa?!" Melissa langsung memotong begitu saja.
"Kenapa putus?"
"Makanya dengerin dulu Sapri!" Allisya menatap kesal pada Melissa yang cengengesan.
"Yaudah lanjut."
"Dulu, kita sempet putus karena gue tau kalo......" Mengalir lah cerita itu dari bibir gadis itu. Semua yang diceritakannya asli, tidak ada yang di tambah-tambah atau di kurang-kurangi olehnya.
Melissa tampak serius mendengarkan sampai Allisya selesai bercerita.
"Gila! Bang Dep kok jahat amat? Wah, kalo gue jadi lo ya mbak, gue bakal kasih pelajaran sama bang Dep." Ucap Melissa yang tampak kesal karena cerita Allisya tadi. Dia hanya tidak menyangka, kenapa Abang sepupunya Setega itu?
"Pelajaran apa? Matematika atau bahasa Indonesia? Wkwk." Allisya terkekeh.
"Apa sih mbak? Gue serius juga."
"Yaudah si, itu kan udah lewat." Ucap Allisya santai.
"Tapi yang sekarang bukan dare lagi kan mbak?" Melissa tersenyum usil.
"Ya nggak dong!"
"Masa?"
"Iya ih!"
"Hahaha! Yaudah iya. Pokoknya kalo bang Dep bikin mbak nangis lagi bilang aja ke gue. Biar gue hajar tuh orang." Melissa mengepalkan tangannya dan membuat gerakan seperti meninju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Troublemaker [Completed]
JugendliteraturCantik? Banget! Pintar? Pasti! Badgirl? Tentu saja! Kalimat itu cocok untuk mendeskripsikan sosok gadis bernama Auristella Allisya Lesham. Gadis ceria namun urakan yang selalu membuat masalah disekolanya. Ruang BK ada tempat favoritnya. Keliling la...