Kringg...Bel berbunyi nyaring membuat seluruh siswa yang berada di ruangan itu menghela nafas lega. Melihat soal yang menurut mereka sangat sulit itu sungguh membuat mereka seperti ingin muntah.
Hari ini adalah hari pertama mereka melaksanakan ujian. Itu artinya, siswa kelas XII tidak lama lagi akan lulus dari sekolah ini.
Kantin yang tadinya terasa lengang kini sudah mulai ramai dengan desakan para siswa yang ingin segera mendapatkan makanan mereka.
"HUAA... PEDES NJIR!!"
Wajah Allisya tampak memerah menahan pedas. Matanya sibuk meneliti meja didepannya ini.
"Tamara lo ga ada beli minumnya sekalian?"
Allisya menatap berang Tamara yang tampak biasa saja. Gadis itu malah dengan santainya melahap makanan nya.
"Nggak."
Sial, rutuk Allisya dalam hati. Tau begini, dia tidak akan memasukkan 6 sendok cabai kedalam mangkuk baksonya. Dia pikir Tamara telah membeli minumannya sekalian, eh ternyata tidak.
Lalu bagaimana dengan rasa pedasnya sekarang? Astaga, Tamara benar-benar.
Tiba-tiba sesuatu yang dingin menempel di pipi kanannya. Allisya mendongak untuk melihat siapa yang melakukan itu.
Kemudian tanpa mengatakan apapun lagi, Allisya segera meminum air mineral tersebut hingga setengahnya. Akhirnya, rasa pedasnya sedikit berkurang.
"Thanks." Laki-laki itu hanya membalasnya dengan senyuman.
"Udah sering dibilangin jangan banyak-banyak cabe nya, masih aja. Keras kepala sih."
Allisya mengangkat bahu acuh, "Suka-suka dong."
Tatapannya kini beralih pada teman-temannya yang menatap mereka berdua aneh.
"Kenapa kalian?"
"Kalian udah baikan?" Tanya Nadira langsung.
Allisya mengangguk kecil.
"Terus udah balikan?" Tambah Refal yang penasaran.
"Gue gak pernah bilang putus ya!" Protes Devan menatap Refal kesal.
"Yeu, terus yang selama ini lo lakuin itu apa, Bambang?!" Sahut Tamara membuat Devan mendelik kearahnya.
"Udah sih, ah. Entar ribut lagi."
Allisya melerai karena takutnya mereka akan menimbulkan kebisingan nanti.
"Eh, tapi serius deh. Kok bisa udah baikan aja? Lo apain si Devan sampe tuh anak jadi sadar?" Tanya Farrel. Wajah sok polosnya itu membuat Devan benar-benar ingin melemparnya dengan sepatu.
"Ke to the po. Kepo!"
Setelah itu, Allisya beranjak dari tempatnya dan berjalan pergi meninggalkan kantin. Hal itu tentu saja membuat Farrel kesal, karena merasa diabaikan.
"Kampret lah!"
***
Gadis itu mematikan laptopnya dengan kesal. Dalam hati, ia terus merutuk.
"Kenapa harus mati sih anjir? Kan kasian cewe nya."
Allisya kembali mengambil tisu yang berada disebelahnya, lalu menghapus air matanya. Matanya tampak sembab dan hidungnya yang merah. Rambutnya tampak acak-acakan.
Well, dia baru saja menangis karena drama Korea yang di tonton nya tadi. Bibirnya tidak bisa berhenti untuk terus mengumpat, merutuki drama ini yang telah membuatnya mengeluarkan air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Troublemaker [Completed]
Fiksi RemajaCantik? Banget! Pintar? Pasti! Badgirl? Tentu saja! Kalimat itu cocok untuk mendeskripsikan sosok gadis bernama Auristella Allisya Lesham. Gadis ceria namun urakan yang selalu membuat masalah disekolanya. Ruang BK ada tempat favoritnya. Keliling la...