36

4.8K 182 1
                                    


"RAIHAN!!"

Laki-laki itu menghentikan langkahnya, dan menoleh kebelakang dan tersenyum, tepatnya kepada gadis berambut cokelat yang sedang menghampirinya.

"Kenapa, Dir?"

Nadira berhenti tepat dihadapan laki-laki bernama Raihan tersebut.

"Nih, jaket lo kemarin. Makasih ya. Udah gue cuciin kok, lo tenang aja." Ucap Nadira seraya menyerahkan sebuah paper bag pada Raihan.

"Ah, iya sama-sama. Lo ga perlu repot-repot kali nyuci nih jaket segala."

Kemarin, Nadira pulang sedikit terlambat dikarenakan ayahnya yang lama datang menjemputnya. Padahal kemarin sudah ditawarkan oleh Allisya dan Tamara untuk pulang bersama mereka, tetapi gadis itu tetap kekeuh untuk dijemput ayahnya saja. Dan ketika sedang menunggu di halte, hujan tiba-tiba turun dengan derasnya membuatnya sedikit merasa kedinginan.

Pada saat itu pula lewat Raihan, temannya yang kebetulan menggunakan jaket saat itu. Laki-laki itu berhenti dan menghampirinya, lalu meminjamkan jaket itu pada Nadira.

"Gapapa. Sekali lagi makasih ya." Ucap Nadira kembali berterima kasih, dan ditanggapi senyuman manis oleh laki-laki itu.

"Yaudah, gue duluan ya Dir." Ucap laki-laki itu sedikit meringis dengan raut seperti— entahlah, takut maybe?

Namun Nadira tidak mau ambil pusing. Setelah itu, Nadira berbalik untuk kembali ke kelasnya.

Brukh!

Nadira dikejutkan dengan sosok tegap dihadapannya, yang membuatnya menubruk tubuh tegap itu. Dan gadis itu semakin terkejut ketika mendongak, dan Refal lah orang itu.

"Re-refal?"

Demi apapun, Nadira tidak dapat mengartikan raut wajah Refal sekarang. Wajahnya memerah, seperti sedang menahan amarahnya. Tangannya pun mengepal.

"Lo ke—"

Belum sempat kalimat itu selesai, Refal langsung pergi meninggalkan Nadira. Sontak gadis itu langsung mengejar Refal, meski sedikit sulit karena langkah panjang Refal yang membuatnya sulit untuk mengejarnya.

"Refal!"

Nadira menghela napas lega ketika akhirnya Refal berhenti. Namun dia mengernyit ketika menyadari bahwa saat ini mereka tengah berada di taman belakang sekolah.

"Apa?" Tanya laki-laki itu, tanpa menoleh kebelakang.

Nadira melangkah mendekati Refal.

"Lo kenapa sih tadi tiba-tiba pergi? Terus kenapa—"

"Apa? Lo tanya kenapa?" Potong Refal cepat, disertai dengan kekehan sinisnya.

"Harusnya lo tau jawabannya, Dir!"

Nadira mengerutkan keningnya, tak mengerti dengan ucapan Refal barusan. "Maksudnya?"

Laki-laki itu tertawa sinis. "Lo tau rasanya ngeliat orang yang lo cinta dan sayangi Deket sama laki-laki lain? Lo tau rasanya saat ada laki-laki lain yang menjadi alasan untuk dia tertawa? Lo tau ga rasanya hah?!"

Refal berbalik kebelakang, lalu berjalan mendekati Nadira yang mulai merasa takut. Aura yang dikeluarkan Refal benar-benar menyeramkan. Gadis itu tidak pernah melihat Refal seperti ini sebelumnya.

"Fal, gue bisa—"

"Cih! Emang guenya aja yang terlalu bodoh udah terlalu berharap banyak sama lo. Astaga, Refal! Harusnya lo tuh sadar kalo dia tuh ga mau sama lo. Bego banget sih!!"

"Dengerin gue Refal, gue—"

"Apalagi yang harus gue denger, Dir? Gue udah lama pengen denger jawaban itu dari lo. Bahkan udah lama gue pengen tanyain itu lagi sama lo. Tapi ngeliat yang kayak tadi, buat gue jadi yakin kalo itu jawabannya. Lo nolak gue Dir, secara ga langsung." Laki-laki itu tersenyum miris, merasa kasihan dengan dirinya sendiri.

"Siapa bilang itu jawabannya? Lo udah yakin emang?"

Refal terkejut. Dia menatap Nadira dengan tatapan bingungnya. Apa maksud perkataan Nadira barusan? Tolong, jangan buat Refal berharap lebih hingga terbang tinggi namun kemudian merasa kecewa dan akhirnya terjatuh.

Tidak!

Itu sangat sakit.

Nadira tersenyum, kemudian melangkah maju untuk lebih dekat dengan Refal. Tubuhnya yang pendek, berbanding terbalik dengan Refal yang tinggi, membuatnya harus mendongak untuk menatap laki-laki itu.

"Lo terlalu pesimis, Refal. Lo terlalu takut dengan kekecewaan. Lo cuma ga siap kalo semisal gue nolak lo, iya kan?"

Refal terdiam, dan itu membuat Nadira semakin tersenyum. Kemudian gadis itu meraih tangan Refal, kemudian menggenggamnya.

"Dengerin gue. Lo ga boleh dulu menilai sesuatu berdasarkan apa yang lo liat aja. Tapi lo juga harus tau kebenarannya. Bisa aja terjadi kesalahpahaman karena itu. Ya, kayak gini kan contohnya? Dasar! Lo tuh cuma terlalu ga percaya diri aja." Gadis itu mencubit lengan Refal, membuat laki-laki itu meringis.

"Aww! Kok malah dicubit sih?" Ujar Refal kesal, menatap Nadira sengit.

"Ya gapapa, biar lo tau rasa aja." Balas gadis itu, tanpa merasa bersalah.

"Udahlah! Bodo amat! Gue mau balik ke kelas." Baru saja Refal melangkahkan kakinya, Nadira langsung mencekal lengannya.

"Apalagi sih?!" Ucap Refal kesal. Tidak! Lebih tepatnya pura-pura kesal.

"Lo ga mau denger jawaban dari gue?"

Refal menautkan alisnya, "Bukannya udah jelas?"

Nadira menampol wajah Refal. "Bego! Bukan itu jawabannya ege!" Kesal gadis itu.

"Terus apa?"

Gadis dihadapannya tersenyum miring, "Kepo ya lo?"

Refal menyentil kening Nadira. Gadis ini benar-benar!

"Yaudah ga usah!"

Baru saja Refal hendak pergi, Nadira kembali mencegahnya. "E-eh! Mau kemana lo?"

Refal tidak menjawab, hanya menatapnya datar. Sedangkan Nadira hanya menampilkan cengkram polosnya.

"Iya-iya, kali ini gue serius."

Gadis itu kemudian berjinjit, dan membisikkan sesuatu tepat ditelinga Refal membuat laki-laki itu  menahan senyumnya.

"Gue juga suka sama Lo. Bahkan lebih dari itu."

Refal pura-pura tidak mendengar, "Apa apa? Coba ulang. Gue ga denger tadi.

Nadira mendengus, kemudian berteriak gemas pada laki-laki itu, namun dengan suara yang tidak terlalu keras.

"Gue juga suka sama lo, Refaldi Arsenio!"

Senyuman manis mengembang di bibir laki-laki tampan itu tanpa bisa dia tahan.

"Pinter!" Refal yang gemas dengan gadis itu kemudian menepuk puncak kepalanya.

"Ayo, gue anterin ke kelas. Bel udah bunyi dari tadi."

Refal merangkul pundak Nadira, kemudian membawa gadis itu pergi dari sana.

Baik Refal maupun Nadira sama-sama lega sekarang. Akhirnya, mereka sudah mengetahui isi hati satu sama lain.

***

Halo gaes, hehe.
Part ini tuh emang aku sengaja ingin spesial part Nadira and Refal. Maapin sih kalo ga sesuai ekspektasi kalian.
Yaudah, Babay gaes!

Troublemaker [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang