55

6.1K 183 4
                                    


"Elah Ra, itu muka kusut amat."

"Diem deh! Gue masih kesel. Siapa sih yang buat soal itu? Susah tau gak?! Mana rumusnya gue lupa lagi."

Tamara terus saja menggerutu kesal sejak keluar dari ruangannya tadi. Bahkan saat mereka sedang berjalan di koridor pun, gadis itu tidak bisa berhenti untuk menggerutu.

Allisya yang mendengar itu sejak tadi hanya diam, tak mau ikut buka suara. Jika Tamara sudah kesal seperti itu, ya lebih baik di diamkan saja.

"Lisya?"

Mereka bertiga menghentikan langkah dan menoleh kebelakang. Allisya mengangkat sebelah alisnya dan menatap bingung pada perempuan didepannya, si anak kelas sebelah.

"Kenapa?"

"Ehm.. ini ada titipan." Perempuan itu memberikan sebotol minuman.

Allisya mengerutkan keningnya bingung, "Dari siapa?"

Perempuan itu tampak menggigit bibir bawahnya, "Devan."

Kemudian, tanpa sepatah kata lagi perempuan itu pergi dari hadapan mereka. Menyisakan kebingungan yang masih terpancar di wajah mereka bertiga.

"Tumben Devan nitip gitu. Kenapa ga langsung aja?"

Allisya hanya mengangkat bahunya acuh sebagai jawaban dari pertanyaan Nadira. Kemudian dia melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda yang kemudian diikuti oleh kedua sahabatnya.

Sampai di kantin, mereka langsung menduduki tempat biasanya.

"Kalian mau apa?" Tanya Tamara yang sudah kembali berdiri, secara sukarela ingin memesankan makanan mereka.

"Ga usah deh, masih kenyang." Jawab Allisya.

"Kayak biasanya deh." Nadira lalu memberikan uangnya pada Tamara, yang hanya di angguki gadis itu. Tamara kemudian pergi untuk memesan makanan mereka.

Tiba-tiba, Allisya merasa kerongkongannya kering. Ia merasa haus. Tanpa pikir panjang, Allisya meminum minuman yang tadi diberikan oleh Dila, teman kelas sebelahnya.

"Tamara lama banget sih!" Gerutu Nadira karena Tamara yang belum kembali juga. Padahal kan, perutnya sudah keroncongan sekarang.

Tak lama, Tamara datang yang langsung diserbu Omelan oleh Nadira. Namun tak urung juga, Nadira langsung mengambil makanannya dan memakannya.

"Dih, makan ga nungguin kita-kita kalian."

Jangan tanyakan lagi siapa yang datang kemeja mereka.

"Beib, suap dong!"

"Jijik, Rel!" Tamara mendengus menatap Farrel.

"Dir, mau dong baksonya!"

Nadira menatap kesal pada Refal yang telah mengganggu acara makannya, "Ck! Beli sendiri kenapa sih?" Tapi tak urung juga gadis itu menyuapkan baksonya.

Alis Devan bertaut ketika menyadari sejak tadi Allisya hanya diam.

"Kenapa diem aja?"

"Gapapa, lagi males ngomong."

Devan mengangguk kecil, "Ga makan?"

"Masih kenyang."

Devan kembali mengangguk saja. Sepertinya hari ini mood gadis itu sedang tidak baik.

"Eh, Van. Lo tadi ada nitipin minuman buat Lisya? Soalnya ada yang kasih itu terus bilang dari lo." Tanya Tamara kembali teringat saat melihat botol minuman itu.

"Hah? Kapan?" Devan tampak tak mengerti.

"Jangan bilang kalo bukan lo yang kasih itu minuman?" Nadira memicingkan matanya sambil menunjuk minuman tersebut.

Troublemaker [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang