"Masih belum ada kabar dari dia sama sekali, Sya?"Gadis berusia 22 tahun itu menoleh, kemudian menghela nafas panjang. Ia menyeruput sebentar milk shake strawberry nya, baru kemudian kembali menatap seseorang yang bertanya padanya tadi.
"Harusnya lo udah tau jawabannya."
Kedua temannya saking tatap, kemudian salah satu diantara mereka menyentuh bahunya.
"Gue tau, menjalani hubungan yang kayak gini itu berat. Tapi gue yakin, lo pasti bisa melewatinya. Jangan pernah menyerah, Sya. Dia pasti kembali."
Allisya mendongak, menatap Nadira dengan tatapan tak terbaca. Ia kemudian tertawa sumbang, "Bahkan setelah 5 tahun?"
"Pasti ada alasan yang kuat kenapa dia menghilang tanpa kabar selama beberapa tahun terakhir." Ucap Tamara, tak mau sahabatnya itu terus-menerus berspekulasi yang tidak-tidak.
"Alasan? Ya, semoga aja. Tapi gue berharap, alasannya itu bukan karena dia udah dapetin seseorang yang baru."
Nadira menatapnya tak suka, "Berhenti mikir yang nggak-nggak, Sya."
Allisya mengangkat bahunya acuh, "Ga taulah. Otak gue nakal, ga mau nurut buat positive thinking."
Drrttt...
Layar ponselnya menyala ketika ponselnya berdering menandakan adanya panggilan masuk.
"Kenapa, Kak Ren?"
"...."
"Oh, yang pernah dibeli Abang kemaren ya? Oke deh."
"...."
"Iya iyaa Kak Reeennn. Ya ampun, ribet bener sih bumil ngidam."
"...."
"Gampang itu, mah. Demi calon ponakan gue, apasih yang nggak. Iyaa, abis ini langsung balik ke kantor kok."
"...."
"Iya dah iyaa."
Tut.
Allisya kembali menyimpan ponselnya setelah memutuskan sambungan telepon. Ia menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya, kemudian beranjak dari duduknya.
"Eh, bentar lagi jam makan siang habis nih. Gue balik ke kantor dulu, gapapa kan?"
Tamara dan Nadira mengangguk bersamaan, "Iyaa. Tau mah, yang udah sibuk sekarang."
Allisya hanya terkekeh menanggapi ucapan Tamara. Setelah itu, ia segera keluar dari kafe tersebut dan berjalan menuju mobilnya.
Setelah menyalakan mesin mobil, gadis itu segera melajukan mobilnya menuju Cloreen Group's.
***
"Ahh, akhirnya selesai juga."
Allisya meregangkan otot-otot tangannya, baru setelah itu menutup laptopnya. Ia melirik jam dinding yang ada di ruangannya. Pukul 3 sore.
Allisya memejamkan matanya sebentar, tak berniat untuk langsung pulang meskipun pekerjaan nya sudah selesai.
Enam bulan belakangan, Allisya memutuskan untuk mengambil alih perusahaan yang sebelumnya di tangani oleh Rena. Meskipun sebenarnya ia masih belum siap sih. Tidak, lebih tepatnya sih, ia masih malas.
Tapi setelah mengetahui bahwa Rena sedang hamil, mau tidak mau ia harus mengambil alih tanggung jawab itu. Beberapa tahun lalu, Azriel memutuskan untuk menikahi Rena.
Tahu bagaimana reaksi Allisya? Senang tentu saja. Abangnya yang dulu gengsi dan selalu mengelak ketika di comblang kan dengan Rena, akhirnya mengakui perasaannya juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Troublemaker [Completed]
Ficção AdolescenteCantik? Banget! Pintar? Pasti! Badgirl? Tentu saja! Kalimat itu cocok untuk mendeskripsikan sosok gadis bernama Auristella Allisya Lesham. Gadis ceria namun urakan yang selalu membuat masalah disekolanya. Ruang BK ada tempat favoritnya. Keliling la...