27

6.2K 212 6
                                    


Warning!
Typo bersebaran guys🍃

🌵

Hari ini adalah Senin. Masih ingat bukan jika itu adalah hari yang dibenci Allisya? Ah, rasanya gadis itu benar-benar malas untuk pergi ke sekolah. Apalagi hari ini adalah hari pertama mereka melaksanakan ujian tengah semester. Tapi mau tidak mau Allisya harus berangkat ke sekolah.

"Bang, gue pergi dulu." Pamitnya pada Azriel yang masih menyantap sarapannya.

"Iya, hati-hati lo. Perlu gue anter gak nih?" Tawar Azriel sembari melihat sarapannya yang sudah tinggal sedikit.

"Gak usah, bawa mobil aja. Yaudah gue pergi dulu, Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Ketika baru saja membuka pintu, Allisya sudah dikejutkan dengan kemunculan Devan didepan pintu. Laki-laki itu menampilkan cengiran lebarnya.

"Ngapain?"

"Jemput Bi Narti buat aku anterin ke pasar."

"Oh, bentar deh aku panggil dulu Bi Narti nya."

"E-eh." Devan segera menahan tangan Allisya yang hendak masuk kembali kedalam rumahnya.

"Kenapa?" Allisya menatapnya polos membuat Devan yang melihatnya setengah gemas dan kesal.

"Mau ngapain?"

"Panggil Bi Narti lah!"

"Ya ampun, sayang. Aku cuma becanda, masa kamu serius gitu sih?" Devan menatap Allisya tak percaya karena begitu saja mempercayai ucapannya.

"Gak boleh becanda gitu, perasaan gak se-bercanda itu ya." Devan dibuat melongo oleh gadis didepannya ini. Ada apa sebenarnya? Apakah semalam kepala Allisya baru saja terbentur pintu sehingga jadi seperti ini?

Tapi secara tidak langsung ini juga seperti sindiran untuknya yang telah membohongi gadis ini kemarin. Tapi kan dia tidak bermaksud untuk mempermainkan perasaan gadis itu.

"Kok ngelantur sih? Udah ah! Ayo berangkat sekolah." Cepat-cepat Devan menarik tangan Allisya dan membawanya masuk kedalam mobil.

"Eh? Kok dibawa masuk sih? Kan-"

Devan langsung membekap mulut gadis itu agar tidak terus berbicara. "Sstt.. gausah bawel. Mau telat ke sekolah? Hari ini UTS loh."

Laki-laki itupun menghidupkan mesin mobilnya lalu melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Dia lupa, tangan sebelahnya masih membekap mulut gadis disebelahnya ini.

"Ih! Tangan lo bau ikan asin tau gak?!" Sembur Allisya begitu saja setelah berhasil melepas bekapan tangan Devan.

"Hah? Perasaan tadi gak ada makan ikan asin deh." Dengan polosnya Devan mengendus telapak tangannya sendiri.

"Gak bau ikan asin kok. Wah, bohongin gue nih?" Devan mendelik pada Allisya.

"Gue gak bohongin, cuma ngibulin dikit kok. Beneran deh." Gadis itu mengangkat telunjuk dan jari tengahnya.

"Lah apa bedanya Jubaedah?!"

"Beda dong. Penulisannya kan beda?"

Pletak!

Satu jitakan keras berhasil mendarat di kepala gadis itu.

"Aww! Kok di jitak sih? Ntar kalo gue geger otak gimana?" Allisya meringis sambil mengeluarkan ekspresi lebay nya.

"Kok lo bego gini sih? Perasaan kemaren masih bae-bae aja deh." Ucap Devan menatap Allisya aneh.

"Oh, tadi malem abis minum Baygon. Ya gini deh jadinya." Sahut Allisya santai.

Troublemaker [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang