22

7.6K 254 2
                                    


Happy reading guys💕

"Assalamualaikum, Ma." Devan masuk kedalam rumahnya dan menyalimi tangan Erina.

"Wa'alaikumussalam, tumben baru pulang?" Erina mengelus rambut putra semata wayangnya.

"Ke rumah Refal dulu tadi, Ma." Devan duduk disebelah Erina dengan masih memakai seragam sekolah sementara tasnya sudah ia lempar ke sofa sebelahnya.

"Ganti baju dulu sana, sholat, abis itu baru makan." Suruh Erina pada Devan yang kini malah berbaring dengan pahanya yang digunakan sebagai bantalan.

"Nanti dulu, Ma. Masih pengen gini." Devan memejamkan matanya.

"Oh ya, didepan itu mobil siapa?" Tanyanya ketika tadi ia melihat mobil yang tidak dikenalinya terparkir di halaman rumahnya.

"Oh, itu mobil-"

"ARNOLD GILA!! BALIKIN GAK?!" Devan menutup telinga ketika mendengar suara yang bisa memekakkan telinga itu.

"Ma, itukan suara si kembar gila."

"Hush! Sepupu kamu itu."

"TANTE! MARAHIN ARNOLD MASA DIA- Ehh, bang Dep? Baru balik lo? Kenapa gak pulang aja sekalian?"

Bukh!

"Si kampret!" Devan yang kesal langsung melempar Melissa dengan bantal.

"Aww! Lo mah gak kira-kira ya? Masa muka cantik gue ini dilempar bantal sih?" Melissa menatap Devan sebal.

"Huekk! Kresek mana kresek? Pen muntah gue dengernya."

"Wahh, kenapa lo bang? Sakit? Atau jangan-jangan-" belum sempat Melissa menyelesaikan ucapannya, Devan kembali melempar wajahnya dengan bantal.

"Mau ngomong apa lo hah?!" Devan menatapnya tajam.

"Nggak bang, hehehe." Melissa nyengir.

"EH KAMPRET LISA! CHARGER GUE NGAPA LO RUSAKIN HAH?!" Lagi, Devan harus kembali menutup telinganya mendengar suara itu.

"Arnold, kenapa teriak-teriak sih?" Erina menegurnya.

"Hehe, maap Tan, abis kesel sama Lisa." Arnold nyengir dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Halah! Ngeles mulu lo kutil badak!" Cibir Devan.

"Saoloh bang, gitu amat lo sama gue."

"Udah-udah, nanti malah ribut lagi. Kamu juga, masa sama adeknya gitu sih? Udah sana ganti baju."

"Iya, Ma." Devan menatap kesal pada kedua siblings itu yang sedang mentertawakan nya.

"Awas lo dua!"

***

"Huftt.." Terdengar helaan napas berat dari laki-laki ini. Ia berbaring menatap langit-langit kamarnya dengan kedua tangannya yang digunakan untuk bantalan. Laki-laki itu tampak berpikir.

"Chat gak ya?" Tanyanya pada diri sendiri sambil menatap ponselnya. Ia menimbang-nimbang sebentar.

"Chat aja deh. Eh, tapi kalo gak dibales gimana?" Laki-laki itu bermonolog dengan dirinya sendiri.

"Au ah bodo amat! Chat ajalah." Kemudian jari-jari sudah mengetikkan sesuatu dilayar ponselnya. Setelah itu, ia kembali meletakkan ponselnya sambil berharap pesannya akan dibalas.

Ting!

Laki-laki itu segera membuka ponselnya ketika sebuah notifikasi masuk dan tersenyum tipis. Dengan segera ia membalas pesan itu.

Troublemaker [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang