Kringgg......
Bel pulang sekolah berbunyi membuat semua siswa bersorak senang.
"Baik anak-anak pelajaran kita lanjut Minggu depan, saya permisi dulu." Bu Aisyah sebagai guru matematika itupun keluar dari kelas.
"Guys, gue duluan ya udah dijemput soalnya." Ucap Tamara yang baru saja menerima telepon dari supirnya.
Allisya mengangguk. "Yaudah hati-hati."
Setelah selesai membereskan alat tulisnya Allisya dan Nadira berjalan keluar kelas berbarengan.
"Eh gue duluan gapapa ya sya, nyokap suruh pulang cepet." Ucap Nadira saat melihat pesan yang baru saja masuk dari mamanya.
"Gapapa, santai aja kali."
"Yaudah gue duluan ya." Nadira berjalan menuju tempat dimana mobilnya terparkir rapi.
Allisya tersentak ketika seseorang menepuk pundaknya dari belakang.
"Ih Devan ngagetin aja deh!" Allisya merengut kesal namun sedetik kemudian ia juga tersenyum.
"Bawa mobil?" Tanya Devan sambil memperhatikan sekitar parkiran.
"Ngga, dijemput."
Devan mengangguk. "Oh, yaudah aku Anter." Devan langsung menarik begitu saja tangan Allisya menuju mobilnya.
"Mau mampir makan dulu?" Tawar Devan sambil melajukan mobilnya keluar dari perkarangan sekolah.
"Ngga, langsung pulang aja." Tolak Allisya halus.
Kemudian keduanya terdiam. Suasana sempat hening sesaat sampai akhirnya Allisya mengeluarkan suaranya.
"Devan?"
Devan hanya berdehem menanggapi panggilan Allisya.
"Aku kadang suka ngerasa aneh. Status kita itu pacaran, tapi kayak bukan orang pacaran. Lebih tepatnya itu malah kayak sahabat."
Deg!
Devan tersentak mendengar penuturan Allisya. Ia sangat merasa bersalah pada gadis cantik disebelahnya ini.
"Kenapa tiba-tiba ngomong gitu?" Devan berusaha untuk tampak biasa saja sambil mengelus rambut coklat gadis itu.
"Ya karena aku ngerasa aneh gitu. Kita ga kayak kebanyakan orang pacaran tau gak sih." Ucap Allisya, matanya menerawang kedepan.
Devan terdiam. Allisya benar, hubungan mereka lebih terlihat seperti sahabat, bukan pacaran. Ah, ia semakin merasa bersalah pada Allisya.
"Gue takut lo tau yang sebenernya lisya, gue ga siap." Batin Devan.
"Van? Hei!" Devan tersentak dari lamunannya saat Allisya menepuk pundaknya.
"Kenapa?" Tanya Allisya namun hanya dibalas senyuman oleh Devan.
"Udah sampe." Allisya memperhatikan sekeliling dan benar saja, sekarang mereka sudah ada diperkarangan rumahnya.
"Oh iya." Allisya hanya menunjukkan cengiran lebarnya lalu keluar dari mobil diikuti dengan Devan.
"Mau mampir?" Tawar Allisya.
"Ngga deh, aku langsung pulang aja." Devan menjawab dengan senyuman manisnya dan mengacak rambut Allisya.
"Yaudah hati-hati." Devan tersenyum lalu masuk kedalam mobilnya. Ia pun melajukan mobilnya keluar dari perkarangan rumah Allisya.
Seulas senyum terbit dibibir mungil Allisya. Sepertinya ia harus membuang pikiran buruknya tentang hubungannya dengan Devan.
Dengan senyum yang mengembang Allisya masuk kedalam rumahnya. Namun senyuman itu luntur ketika seseorang bertanya padanya.
"Yang nganter kamu tadi siapa? Pacar?" Tanya seorang wanita berumur 39 tahun yang masih terlihat cantik.
"Peduli apa mama?" Jawab Allisya ketus.
Wanita yang dipanggil nya mama itu pun hanya menghela nafas.
"Anak mama sekarang udah gede ya ternyata." Ucap Anisa, mamanya dengan senyum pahit.
"Mama aja yang terlalu sibuk sama kerjaan sampe ga bisa rawat anaknya sendiri dan sekarang ga sadar kalo anaknya udah gede."
Degg....
Bagai ditusuk ribuan pisau, hatinya sangat sakit mendengar ucapan putrinya. Tidak menyangka bahwa Allisya akan berkata seperti itu padanya.
"Lisya mama--"
"Lisya capek, mau kekamar dulu." Allisya langsung pergi kekamarnya meninggalkan Anisa yang menatap nanar kearah nya.
"Maafin mama." Lirihnya.
**
Gubrak..."Apa lo bilang? Ga mau?" Bentak Allisya pada adik kelasnya yang kini terlihat sangat ketakutan. Kini, mereka telah menjadi pusat perhatian orang-orang yang ada di kantin.
"Bu-bukan ga mau kak, ta-tapi aku t-takut..." Ucap gadis yang dibentaknya tadi gemetaran.
"Apa yang lo takuti sih? Tinggal dateng kekelas ya terus tampar Vika aja lo ga berani." Timpal Tamara ikut memarahi gadis itu.
Vika Dewayani, perempuan itu adalah musuh Allisya and the geng disekolah. Mereka bertiga sangat tidak suka melihat Vika beserta antek-antek nya, yang selalu bersikap angkuh.
"Ta-tapi---"
"Ah, bacot lu." Allisya lalu menyiram jus jeruk nya ke pakaian gadis itu sehingga basah.
"Hahaha.... Rasain lo!" Tamara tertawa puas melihat adik kelasnya itu yang kini tengah menangis, tanpa ada yang mau melerai mereka.
"Lisya!!" Tiba-tiba Devan datang dan langsung menarik tangan Allisya keluar dari kantin dan membawanya ke taman belakang sekolah.
"Aww.... Sakit Devan!" Allisya meringis karena cengkraman tangan Devan yang kuat.
"Eh maaf." Ucap Devan sedikit menyesal ketika melihat kulit tangan Allisya yang memerah karena nya.
"Udah gapapa, sekarang ngapain kamu bawa aku kesini?"
Sebelum menjawab pertanyaan Allisya, Devan mendudukkannya dulu di kursi yang ada disana.
"Kenapa sih kamu nge-bully lagi? Bukannya kamu dulu udah bilang sama aku buat ga bully anak-anak sekolah lagi?" Devan menatap Allisya intens dengan tangan yang menggenggam erat tangan Allisya.
"Itu cara aku buat nyenengin diri Devan." Gumam Allisya namun masih bisa terdengar oleh Devan.
"Maksud kamu apa?" Devan mengernyit.
"Banyak hal yang ga kamu tau Van." Jawab Allisya lirih.
Ya, membully adalah salah satu cara nya untuk menghibur diri ketika perasaannya sedang kacau.
Devan semakin bingung, apa maksud gadis ini?
"Aku bener-bener ga ngerti maksud kamu."
Allisya tersenyum sambil menggenggam tangan Devan. "Udah, lupain aja."
"Aku janji deh ga bakal bully anak-anak sekolah lagi."
"Bener?"
"Iyaa." Allisya menautkan kelingkingnya pada kelingking Devan.
"Yaudah yuk masuk kelas, udah mau bel." Ajak Devan.
Mereka pun berjalan menuju kelas sambil bergandengan tangan.
"Aku kekelas dulu ya, nanti pulang bareng oke." Kata Devan saat mereka sudah berada didepan kelas Allisya.
"Oke."
Setelah Devan pergi menuju kelasnya.
***
TBC.

KAMU SEDANG MEMBACA
Troublemaker [Completed]
Teen FictionCantik? Banget! Pintar? Pasti! Badgirl? Tentu saja! Kalimat itu cocok untuk mendeskripsikan sosok gadis bernama Auristella Allisya Lesham. Gadis ceria namun urakan yang selalu membuat masalah disekolanya. Ruang BK ada tempat favoritnya. Keliling la...