"Bang?""Hm..?"
"Gue mau nanya sesuatu, boleh?"
Azriel yang sedang mengerjakan tugas yang diberikan oleh sang dosen langsung mematikan dan menutup laptopnya lalu menoleh pada Allisya yang sedang anteng-anteng nya berbaring di tempat tidurnya. Ia yang tadinya berada di sofa, berpindah tempat ke sebelah Allisya yang kini sudah dalam posisi duduk ditempat tidur nya.
"Nanya, apa?"
"Hm.. gak jadi deh. Takutnya ganggu privasi lo."
"Apaan sih, lo? Gue udah penasaran juga. Udah tanya aja, santai kali."
"Sebenernya... Gue tuh bingung sama lo."
"Bingung?" Azriel menautkan kedua alisnya.
"Yaa... Bingung. Kenapa lo belum punya pacar juga sih? Kan secara lo tuh.. ekhm, ganteng kan ya? Gue liat juga lo deket sama banyak cewek yang pastinya menurut gue itu adalah tipe lo. Tapi kenapa lo gak ada jadiin salah satu dari mereka pacar? Padahal gue yakin banyak dari mereka yang mau jadi pacar lo." Ucap Allisya sedikit ragu dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Azriel terdiam. Allisya menjadi tidak enak ketika mendengar helaan napas berat dari abang tirinya itu. Tidak seharusnya ia menanyakan itu. Mungkin saja ada alasan dibalik semuanya yang tidak diketahui olehnya.
"Mau denger cerita gue?" Allisya menoleh pada Azriel yang sedang menatap langit-langit kamarnya yang didominasi oleh warna abu-abu.
"Dulu, gue pernah pacaran dan itu untuk pertama kalinya. Namanya Felly. Dia itu cewek yang baik, selalu pengertian sama gue. Waktu itu kita kelas 9. Dari SMP sampe SMA kita selalu satu sekolah. Kita berdua pacaran selama 3 tahun sampe akhirnya..." Azriel menutup matanya, tidak melanjutkan ucapannya. Rasanya sedikit sesak ketika membuka kembali kepingan masa lalu yang sudah berusaha ia lupakan.
"Akhirnya?" Allisya menautkan alisnya, menunggu kelanjutannya dari Azriel.
"Felly ninggalin gue." Suaranya terdengar lirih. Rasanya semakin sesak ketika bayangan masa lalunya bersama Felly melintas di kepalanya.
"Jangan dilanjut kalo memang lo—" Azriel langsung memotong ucapan Allisya.
"Felly meninggal karena mengidap leukimia, dan gue baru tau dia punya penyakit itu dua bulan sebelum Felly bener-bener pergi ninggalin gue, ninggalin semuanya. Selama ini Felly selalu terlihat kuat didepan gue, dia nyembunyiin itu dengan rapi sampe gue selalu berpikir dia baik-baik aja padahal nyatanya nggak. Gue bener-bener terpuruk setelah kepergian Felly. Saat itu..."
"Saat itu nyokap gue baru aja meninggal 4 bulan lalu. Itu membuat gue semakin terpukul dan menyalahkan keadaan. Kenapa dua wanita yang sangat gue sayangi pergi ninggalin gue? Saat nyokap gue meninggal, Felly selalu ada disamping gue. Dia yang menjadi sandaran dan tempat gue berkeluh kesah tentang takdir yang telah mengambil nyokap untuk kembali pada sang kuasa. Dan setelah kepergiannya, gak ada lagi tempat bagi gue untuk bersandar. Papa juga berubah jadi workaholic semenjak kepergian mama. Dan gue bersyukur, papa nikah sama mama lo. Setidaknya gue kembali mendapatkan kehangatan yang sempat hilang itu." Azriel mengakhiri ceritanya dengan mata memerah.
"Lo... Masih cinta sama almarhumah cewek lo itu?" Allisya bertanya dengan hati-hati, takut membuat Azriel marah karena menanyakan itu.
"Iya. Sampai saat ini belum ada yang bisa geser posisi dia dihati gue."
"Belum? Berarti masih ada harapan untuk cewek diluar sana dapetin hati lo?"
"Mungkin."
"Kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Troublemaker [Completed]
Teen FictionCantik? Banget! Pintar? Pasti! Badgirl? Tentu saja! Kalimat itu cocok untuk mendeskripsikan sosok gadis bernama Auristella Allisya Lesham. Gadis ceria namun urakan yang selalu membuat masalah disekolanya. Ruang BK ada tempat favoritnya. Keliling la...