05.

14.7K 509 6
                                    


Pagi ini Allisya bangun lebih awal dari biasanya. Dilihatnya pantulan dirinya yang kini sudah rapi didepan cermin. Namun kali ini dia tampil sedikit berbeda karena memakai kacamata, untuk menyamarkan matanya yang bengkak karena menangis semalam, agar tak terlalu terlihat bengkak.

Allisya hanya tak ingin, orang lain tau jika sekarang ia sedang sedih. Begitulah Allisya, gadis itu selalu menyembunyikan kesedihannya dan berusaha untuk tetap terlihat tegar dihadapan orang lain. Dia selalu saja menutupi lukanya dengan senyuman yang selalu ditampilkannya setiap hari. Jika seseorang terus tersenyum, bukan berarti dia sedang bahagia bukan? Hanya saja dia tak ingin orang lain tau jika dia sedang sedih.

Jika dihadapan banyak orang gadis ini terlihat ceria, maka itu akan berubah 180 derajat jika dia sudah sendiri. Allisya akan menjadi gadis yang rapuh, sangat rapuh. Namun semua itu dia tutupi dengan tingkahnya yang nakal didepan banyak orang. Allisya sangat pandai menyimpan lukanya.

Allisya tersenyum kecut, mengingat mirisnya kehidupannya. Mulai dari perceraian orangtuanya sejak dia masih kecil, kurangnya perhatian dan kasih sayang dari mamanya dari kecil, bahkan sekarang cintanya yang ternyata dipermainkan. Dan tanpa disadarinya, air matanya mulai mengalir di pipi indahnya.

'Tok..tok...'

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya. Dengan cepat dihapusnya air matanya dan melangkah menuju pintu.

"Ada apa mah?" Tanya Allisya pada Anisa yang tengah berdiri didepan pintu kamarnya.

"Lho tumben udah bangun, baru aja mau mama bangunin." Allisya hanya tersenyum simpul.

"Eh, kok tumben pake kacamata? Biasanya ga pernah. Itu mata kamu juga kok kayak...." Anisa melepaskan kacamata yang sedang dipakai Allisya.

"Eh? A-anu i-itu...." Allisya gelagapan ketika Anisa melepaskan kacamata yang sedang dipakainya.

"Yaampun sayang! Mata kamu kenapa bengkak gini?" Pekik Anisa khawatir.

"Kamu abis nangis?" Anisa menangkup wajah putrinya.

Allisya tersenyum tipis, kemudian menggeleng. Dalam hati, dia sangat bersyukur karena ternyata sang mama masih peduli kepadanya.

"Jangan bohong deh, cerita sama mama ada apa?" Kata Anisa masih dengan wajah khawatir.

"I'm okay. Udah ah, lisya mau sarapan dulu." Allisya turun kebawah meninggalkan Anisa yang masih kurang puas dengan jawaban darinya.

**

"YAAMPUN LISYA!! ITU MATA LO KENAPA??!!" pekik Tamara heboh ketika Allisya baru saja memasuki kelas.

"Itu mulut apa toa sih?" Kesal Allisya.

"Mata lo kok bengkak sya?" Tanya Nadira. Yah, memang disini yang paling waras itu adalah Nadira, yang bawaannya selalu kalem.

"Eh kok? Keliatan banget ya? Padahal gue udah pake kacamata loh biar gak keliatan banget bengkaknya." Kata Allisya.

"Kacamata dari Hongkong!" Tamara mendengus.

Allisya bercermin melalui layar handphonenya kemudian menepuk keningnya karena ternyata dia sekarang tak memakai kacamata. Dia benar-benar lupa mengambilnya dari tangan Anisa tadi, karna sehabis sarapan Allisya langsung pergi begitu saja.

"Shit!" Umpatnya.

"Lo abis nangis ya?" Tanya Nadira.

Troublemaker [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang