33

5.2K 184 1
                                    


Hari ini adalah hari terakhir libur tengah semester. Itu artinya besok mereka sudah mulai bersekolah seperti biasanya.

Allisya berdecak mengingat itu. Merasa jika dia masih belum cukup puas dengan hari libur yang telah diberikan.

Gadis itu mendengus. Kemudian berguling-guling tidak jelas diatas tempat tidur. Jam sudah menunjukkan pukul 2 siang. Tapi hingga saat ini, gadis itu belum mandi sama sekali. Yah, mau bagaimana? Kalau hari libur itu, bawaannya selalu malas untuk mandi. Rasanya mau nempel terus sama kasur, terus ponsel.

True?

Drrtt... Drrtt...

Ponselnya berdering, ketika dia baru saja akan menyalakan laptopnya. Akhirnya gadis itupun mengurungkan niat untuk menonton drakor, dan menerima panggilan yang masuk.

'Kenapa?'

'Gue depan rumah lo nih, keluar gih.'

'Ngapain lo kesini?'

'Mau minta sumbangan! Udah buru bukain. Entar gue keburu di kerubungi semut lagi.'

'Sabar ih. Sinting lo!'

'Sinting gini juga lo sayang.'

'Bodo!'

Telepon dimatikan sepihak. Allisya mendengus. Lalu dia segera beranjak pergi untuk membukakan pintu utama. Masih dengan piyama tidurnya, tentu saja.

"Apa?!"

"Etdah. Jangan ketus napa neng." Ucap lelaki dihadapannya, Devan.

"Diem lo! Gue masih ngambek sama yang tadi malem." Allisya melipat kedua tangannya didepan dada, kemudian mendelik pada Devan.

"Lah, lama banget ngambeknya. Udah elah, jangan marah lagi. Gue minta maaf. Gue bercanda kok. Suwer dah."

Devan mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk huruf v, kemudian nyengir, "piece." 

"Hmm."

"By the way, gue ga disuruh masuk nih?" Tanya lelaki itu mengangkat sebelah alisnya.

"Yaudah, masuk!"

Kemudian Allisya masuk duluan kedalam rumahnya, sepertinya gadis itu masih kesal pada Devan.

Bagaimana tidak? Tadi malam saat dia mengatakan pada Devan bahwa dia tidak bisa tidur padahal sudah jam 1 dinihari, ditambah Azriel yang juga belum pulang. Laki-laki itu malah mengiriminya sebuah video. Awalnya tidak ada apa-apa pada video tersebut, namun ketika sudah berada di penghujung, malah muncul sosok hantu dengan wajah yang hancur dan menyeramkan. Dan itu refleks membuat Allisya langsung melemparkan ponselnya. Tidak hanya itu, Devan malah dengan gencar mengirim foto-foto makhluk yang biasa Allisya katakan jelek dan menyeramkan itu.

Dan ya, itu benar-benar membuatnya kesal tadi malam. Padahal Devan tau, bahwa dirinya sangat takut dengan hal seperti itu, apalagi tadi malam hanya ada dirinya dirumah.

"Lo belum mandi ya?" Tanya Devan yang baru sadar jika gadis dihadapannya ini masih mengenakan piyama tidur.

"Udah."

"Kapan? Kalo udah, ngapain lo masih pake itu?"

"Kemaren sore." Jawab gadis itu singkat.

"Ngelawak lo?"  Ucap lelaki itu dan mengacak rambut Allisya.

"Apaan sih!" Allisya segera menepis tangan Devan.

"Kenapa sih? Masih marah? Ga boleh tau kalo marahnya kelamaan. Lebih dari 3 jam aja ibadah lo ga diterima loh. Mau lo?"

"Itu 3 hari, bego!" Allisya yang kesal langsung menampol wajah Devan.

"Bodo amat lah. Eh, lo mau ikut gue jalan ga?"

"Nggak."

"Yakin?"

"Iya!"

"Yah, padahal tadi niatnya gue pengen beliin es krim, cokelat, terus apa aja yang lo—"

"Iya-iya ih! Gue mau." Ucap Allisya tak tahan.

Siapa yang tahan kalau sudah seperti ini? Salahkan Devan yang telah mengatakan akan membelikannya es krim dan cokelat.

"Gue tau, lo ga bakalan tahan." Devan tersenyum miring, lalu mengacak rambut Allisya.

"Yaudah, sana buruan mandi. Gue tunggu disini."

"Males ah, ganti baju aja ya gue?" Allisya mengeluarkan senyum manisnya.

"Gak! Lo bau. Udah sana buruan mandi!" Suruh Devan mendorong tubuh Allisya agar segera pergi mandi.

"Sembarangan lo! Gue ga mandi juga tetep wangi kali! Yaudah iya, gue mandi." Dengan perasaan kesal, Allisya pergi ke kamarnya untuk mandi.

***

Mereka berdua berjalan beriringan, dengan tangan yang saling bertautan. Mereka berjalan sambil tertawa bersama, membuat siapa saja yang melihatnya akan iri. Pasangan yang serasi.

"Udah ah, Van. Capek ketawa mulu." Ucap gadis itu, yang akhirnya menghentikan tawanya.

"Lah, kan lo yang bikin ketawa. Awas keram tuh mulut." Devan terkekeh, lalu mengacak rambut panjang itu.

"Yaudah, mau kemana lagi sekarang?" Mereka melanjutkan langkah, dengan Devan yang kini malah merangkul pundak Allisya.

Mereka telah menghabiskan waktu kurang lebih 2 jam disini. Sekarang saja sudah pukul 4 sore.

"Es krim? Cokelat?"

Devan tersenyum, mengacak rambut gadis itu itu sebentar. Lalu kembali menautkan jemari mereka.

"Let's go!"

***

Troublemaker [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang