50

6.3K 192 11
                                    

Double? Gapapa lah ya, wkwk

"ARGH!! BANGSAT!"

Devan tampak menggeram. Laki-laki mengepalkan tangannya, lalu memukul dinding. Tidak peduli rasa sakitnya.

Dari sorot matanya yang menajam, tampak sekali jika laki-laki itu sedang menahan marahnya.

"Kenapa lagi lo, bang?" Tanya Arnold, yang sejak tadi memperhatikan gerak-gerik Devan yang sedang emosi itu.

Devan tidak menjawab. Matanya menatap lurus ke depan, tepat pada jendela kamarnya.

"Btw, gue kesel banget sama lo tadi, bang."

Laki-laki itu masih tetap diam. Tapi dia sudah tau, kemana arah pembicaraan ini.

"Bisa-bisanya sih, lo ngebela Mak Lampir itu? Kenapa lo tega sama mba Lisya? Lo udah gak sayang lagi sama dia?"

"Lo tau? Lissa bener-bener marah sama lo tadi. Dia hampir aja nyamperin kalian kalo aja gak gue tahan tadi. Itu juga jadi gue yang kena imbasnya. Abis gue di cakar sama dia." Ucap Arnold, yang sedikit mengadukan nasibnya tadi.

"Pantes, dari tadi cuekin gue."

"Gue mau nanya serius sama lo ya. Tapi jawab gue jujur." Arnold menatap Devan serius.

"Hm.."

"Sebenernya, posisi Mba Lisya di hati lo itu apa? Lo gak jadiin dia sebagai pengisi sementara aja kan, waktu si Mak Lampir itu pergi? Dan saat Mak Lampir itu kembali, lo kembali geser posisi dia?"

Devan menggeleng tegas, "Gue bukan cowok yang kayak gitu!"

"Terus, kenapa lo lakuin itu?"

Devan diam, tidak tahu harus menjawab apa.

"Udahlah, gue gak mau bahas itu lagi."

Akhirnya dia memilih untuk beranjak dan keluar dari kamarnya.

***

"Lisya!"

Allisya menoleh kebelakang saat namanya dipanggil.

"Kenapa, Fal?" Tanya Allisya menatap Refal bingung.

"Dira mana? Kok gak sama lo?"

"Mana gue tau. Dia langsung ngacir tadi, gak tau deh kemana. Kenapa gak lo chat aja dia?"

Refal meringis, "Gue di blok."

Allisya memicing menatap laki-laki itu, "Kalian berantem?"

Refal menggeleng cepat, "Nggak kok. Yaudah, kalo gitu gue duluan deh. Mau lanjut cari Dira." Laki-laki itu segera pergi dari hadapannya.

Allisya hanya mengangkat bahunya acuh, lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju kantin.

"Kak!"

Alisnya terangkat, kemudian melihat sosok yang memanggilnya tadi. Allisya segera menghampirinya.

"Duduk sini aja, kak." Allisya mengangguk pada gadis didepannya.

"Tumben sendiri kak? Temen kakak yang dua lagi mana? Tanya gadis dihadapannya.

"Lo juga sendiri, kalo lo lupa. Yang satu gak masuk, yang satu gak tau deh kemana. Makanya gue sendiri."

Gadis itu tertawa, "Efek udah jomblo ya, kak. Ups! Maaf." Ia segera menutup mulutnya.

Allisya terkekeh, "Santai kali, Ra."

"Ngomong-ngomong, kok lo gak sama Melissa?"

Ya, Rara itu adalah temannya Melissa. Itu sebabnya, Allisya sudah akrab dengannya. Karena dengan Melissa pun Allisya sangat akrab layaknya kakak beradik.

Troublemaker [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang