47

5.1K 184 7
                                    


Double up Yee..

Happy reading guys🍃

*

Allisya terus berlari. Sejauh mungkin yang ia bisa. Tidak peduli dengan teriakan Venus yang sejak tadi memanggil namanya.

"Gue benci lo, Devan! Benci!!"

Akhirnya ia berhenti. Terduduk begitu saja di jalanan yang cukup sepi itu.

Allisya mengepalkan tangannya kuat. Menahan gemuruh di dadanya. Dadanya terasa sesak dan sakit. Sepertinya sedang ditusuk-tusuk ribuan jarum tak kasat mata.

Jadi, apa yang harus ia lakukan sekarang? Ucapan laki-laki itu sudah tidak bisa ia percayai lagi. Bahkan Devan sendiri yang telah menghancurkan kepercayaan Allisya padanya. Apakah ia harus begini terus?

Hubungan mereka masih dalam status pacaran. Tapi, apakah ini masih bisa di sebut 'pacaran?'
Jika laki-laki itu saja sudah terang-terangan bersama dengan yang lain.

Devan begitu jahat padanya. Sudah dulu bohong pada dirinya, dan sekarang? Lihatlah apa yang dilakukannya tadi. Dimana Devan yang dulu selalu bersikap lembut padanya? Hari ini, Allisya melihat semua itu telah benar-benar hilang. Seolah lenyap. Seakan, Devan yang sekarang bukanlah Devan yang kemarin-kemarin.

Lalu, apalagi besok? Apakah besok akan terdengar kabar bahwa Devan dan Salsa resmi kembali menjalin hubungan?

Tidak! Ini bukan waktunya untuk terlihat lemah. Dan Allisya tidak boleh terlihat lemah. Ya, dia tidak boleh lemah. Allisya harus kuat, agar bisa memasang topeng bahagianya dihadapan dunia. Jika dia saja merasa lemah, bagaimana dia bisa memasang wajah bahagianya di depan orang-orang? Selama ini dunia hanya tau, bahwa Allisya selalu baik-baik saja.

Biarlah semua yang terjadi hari ini berlalu. Biarkan semua rasa sakit dan kecewa hari ini, ia telan bulat-bulat. Allisya akan memendam semuanya.

Ya, itu pasti. Lagipula, dia sudah berjanji pada Venus tadi.

I'm gonna be okay.

***

Siang kini berganti malam. Matahari yang tadinya bersinar terang, kini digantikan oleh bulan dengan bintang yang selalu setia menemaninya. Udara malam ini begitu dingin, mampu menembus kulit.

Ting..tong...

"SEBENTAR!!"

"Lho, Lisya? Ngapain lo malam-malam kesini? Mana baju lo lengan pendek gini lagi? Cuacanya dingin, bisa-bisa lo tambah sakit nanti. Ayo masuk. Kita ke kamar gue aja."

Allisya mengangguk saja, dan mengikuti langkah Nadira yang masuk kedalam rumahnya.

"Kenapa tiba-tiba lo kesini?" Tanya Nadira.

"Gapapa."

Nadira diam sambil terus menatap Allisya. Ada yang berbeda dengan raut sahabatnya, hari ini.

"Lo gak kenapa-napa kan, Sya?"

"Nggak, gue baik-baik aja."

"Seriusan?"

"Eh, malam ini gue nginep disini ya?" Bukannya menjawab, Allisya malah bertanya.

Nadira menautkan kedua alisnya, "Nginep?"

"Iya."

"Terus tas lo? Baju?" Tanya Nadira yang melihat Allisya yang tidak membawa apa-apa tadi.

"Nanti gue suruh mang Jaja buat anterin semuanya besok pagi."

Nadira mengangguk, "Yaudah, gapapa."

"Dir, gue boleh minta tolong gak?"

"Apa?"

"Tolongin kabarin bang Azriel dong, kalo gue nginep dirumah lo. Takutnya dia khawatir. Handphone gue low bat. Eh, bilang ke Venus juga ya, kalo gue ada disini. Gue takutnya dia nyariin."

Kening Nadira berkerut, "Venus?"

Allisya mengangguk, "Iya, soalnya tadi gue bareng dia."

"Oh, iya deh. Nanti gue kabarin."

"Makasih ya, Dir."

"Kita udah kenal berapa lama, Sya?" Nadira menatapnya datar.

Allisya cuma nyengir.

***

"Van, pulang nanti temenin gue ke toko buku dulu, ya?"

"Iya."

"Sekalian makan dulu, gimana?"

"Terserah."

Salsa tersenyum puas, kemudian menyandarkan kepalanya di bahu Devan.

Hal tersebut tentu saja tidak luput dari penglihatan Farrel dan Refal.

"Lo kenapa gini banget sih, Van? Lo bener-bener berubah tau gak?!" Ucap Refal yang masih tidak percaya dengan perubahan sikap Devan.

"Maksud lo?"

Farrel berdecak, "Seharusnya lo gak perlu pertanyakan ini lagi. Karena jawabannya pun ada pada diri lo."

"Gue bener-bener gak ngerti maksud lo berdua."

"Van, kalo sikap lo gini terus, dia pasti akan capek. Kalo lo memang udah ga bisa lanjut lagi, ngomong baik-baik ke dia. Bukan kayak gini caranya. Lo kayak gini malah bakal bikin dia sakit hati. Gue yakin, lambat laun pasti dia bakalan capek gini terus. Akan ada saatnya dia datang ke lo, dan bilang kalo dia udah ga bisa melanjutkan semuanya lagi. Udah 2 Minggu lo kayak gini terus. Gue gak yakin, dia bakalan kuat diginiin terus sama lo." Ucap Refal penuh arti.

Farrel menatap Salsa sinis, "Disini, kita sebagai sahabat lo cuma mau ngengetin. Kita cuma gak mau lo ngambil jalan yang salah, terus menyesal nantinya. Jujur, sebenarnya kita marah. Kita gak setuju dengan lo yang kayak gini. Dengan lo yang lebih milih biji cabe dan membuang berlian."

"Maksud lo apaan hah?!" Tanya Salsa tersinggung.

"Diem lo. Keberadaan lo disini cuma sebagai parasit, tau gak?!" Ucap Farrel tajam, kemudian pergi dari sana bersama Refal.

Devan terus diam. Mencerna baik-baik ucapan Farrel dan Refal barusan.

***

Langit terlihat sangat gelap. Angin bertiup kencang, beradu dengan suara petir yang saling menyahut.

"Ma, apa yang harus Lisya lakuin? Apa Lisya harus gini terus?"

"Ma, Pa. Lisya kangen banget sama kalian. Lisya kangen sama Mama yang selalu peluk Lisya kalo lagi sedih. Lisya kangen sama Papa yang selalu hibur Lisya."

"Jujur, Lisya capek gini terus. Lisya benci sama diri Lisya yang selalu berpura-pura kuat padahal lagi hancur sehancur-hancurnya. Lisya benci harus selalu senyum, sedangkan hati Lisya sendiri lagi nangis." Allisya menatap sendu pada kedua nisan dihadapannya itu.

"Boleh gak, Lisya nyerah aja? Lisya udah gak bisa lagi nanggung banyak kekecewaan. Hati Lisya udah penuh, gak punya ruang lagi buat memendam itu." Ucap Allisya dengan suara parau nya.

Byuurrr...

Hujan tiba-tiba turun dengan derasnya. Allisya mendongak ke atas langit, kemudian tersenyum tipis. Sepertinya, semesta tau apa yang sedang dibutuhkannya. Sepertinya, tuhan sengaja menurunkan hujan saat ini.

Bagus. Ini adalah saat yang tepat.

Saat yang tepat untuk menangis.

Karena tidak akan ada yang tau, jika sekarang dirinya sedang menangis dibawah derasnya hujan. Orang hanya tau, jika wajahnya basah karena air hujan, bukan air mata.

***

Troublemaker [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang