chapter one

2.5K 66 1
                                    

Oh Shit!

"Pokoknya ini gara-gara lo ya, Geb!!"

Dua remaja memakai seragam putih abu-abu baru saja berhenti di tempat setelah berlari demi mengejar waktu. Melihat pemandangan di depannya menatap ngeri. Sebuah gerbang berwarna hitam yang menjulang tinggi bertuliskan SMA 3 Lafonte tertutup rapat.

"Lah, kok gue sih?! Lo yang minta berhenti di toilet umum!" jawab gadis di sampingnya.

"Gue mules banget tadi! Di suruh berhenti malah diterjang."

"Nyolot banget lo! Salahin abang angkotnya lah masa ke gue."

"Lo ... " Baru saja gadis itu akan menjawab namun terhenti.

"Bagus. Sudah tahu terlambat kalian malah asik mengobrol di luar, bukannya ikut upacara dengan murid yang lain kalian malah ngadem di sini," ucap Bu Roro selaku guru BK.

Wanita yang memakai kacamata bulat itu memelototi dua siswi di depannya sambil berkacak pinggang. Hal itu membuat keduanya menunduk takut.

"Kenapa tidak masuk? Kenapa malah gosip di luar?"

Keduanya saling melirik dengan kepala tertunduk ke bawah. Bagaimana mau masuk? gerbangnya saja dikunci. Kalau saja tidak, mereka pasti sudah masuk sejak tadi dan mengikuti upacara.

Dengan memberanikan diri gadis itu pun menjawab, "Gerbangnya dikunci, nggak bisa masuk, Bu."

"Ada satpam, bisa minta bukain."

Serba salah.

Bu Roro melirik ke bawah, sambil membenarkan letak kacamatanya. "Kenapa kalian tidak memakai sepatu? Sekolah aturannya harus memakai sepatu," ucapnya tegas.

Kedua siswi itu memang hanya menggunakan kaos kaki putih, sepatunya dilepas saat mereka berlari menuju Sekolah. Menurutnya lebih baik berlari tanpa memakai alas kaki agar bisa lebih mudah melangkah lebar.

"Pakai sepatunya."

Mereka pun hanya menurut, memakai sepatunya satu per satu. Setelah selesai memakai sepatu, mereka berdua kembali berdiri dengan kepala masih tertunduk.

"Sekarang kalian berdua ikut saya."

"Kita mau diapain, Bu?" tanya keduanya bersamaan. Bu Roro menghela nafasnya panjang lalu berkata, "Kalian akan mendapat hukuman."

Keduanya hanya bisa pasrah mengikuti Bu Roro dari belakang entah akan di bawa ke mana. Berjalan dengan kepala tertunduk lesu, keduanya saling dorong-dorongan dan menyikut hingga ternyata mereka dibawa ke tengah lapangan.

"Lari 10 kali putaran, lakukan sekarang juga!" pinta Bu Roro tanpa protes.

Bayangkan, mereka berdua baru saja berlari menuju Sekolah sekitar 1 km, dan saat ini mereka mendapat hukuman berlari mengelilingi lapangan yang cukup luas ini?

"Astaga, Bu tadi aja kita berdua udah lari-larian loh."

Ellen menganggukkan kepala. "Iya bener, sampe ini kaki mau patah. Masa Bu Roro tega sih nyuruh kita lari lagi? Saya lelah, Bu."

"Maaf banget nih, Bu masalahnya sepatu saya masih baru. Sayang banget di pake lari-lari mulu, bisa rusak nih."

Bu Roro membulatkan matanya mendengar jawaban anak muridnya tersebut. "Banyak sekali alasan kalian?! Cepat lari sekarang!"

Geby dan Ellen segera melakukan perintah Bu Roro dengan berlari meninggalkannya, takut tiba-tiba guru BK tersebut mengeluarkan tongkat yang biasa dipakai untuk menyabet murid melanggar aturan.

Mereka mulai berlari mengelilingi lapangan, walaupun baru tiga kali putaran namun cukup menguras banyak tenaga.

Ellen berhenti mengatur nafasnya yang memburu, ia berteriak memanggil Geby yang berada di belakangnya. "Geb lo masih hidup kan? Cabut yuk."

"Nanti kalo Bu Roro marah gimana?" tanya Geby yang baru saja sampai di hadapan Ellen. Gadis itu mengipasi wajahnya sebab berkeringat.

"Nggak bakal, lagian Bu Roro nggak ada di sini."

Akhirnya mereka memutuskan untuk kabur setelah memastikan keadaan aman, namun saat mereka akan beranjak pergi tiba-tiba suara teriakan menggelegar itu membuat keduanya kaget bukan main.

"Hey mau ke mana kalian?" teriak Bu Roro dari lantai dua.

"Kabur Geb, kabur." Ellen menarik tangan Geby secara paksa, mengajaknya untuk menghindari dari kejaran Bu Roro yang sedang menuruni tangga.

"Jangan, Bel. Nanti Bu Roro ngamuk lagi."

"Udah gapapa! Kita ke Kantin." Geby yang masih bimbang akhirnya mengangguk lalu mengikuti Ellen berlari menghindari Bu Roro.

Mereka berjalan cepat mencari tempat yang bisa memanjakan isi perut mereka dengan puas. Kantin.

"Annabel tunggu!" kesal Geby yang tertinggal jauh di belakangnya.

"Buruan cebong, perut gue udah dangdutan dari tadi," teriak Ellen berlari meninggalkan Geby di belakangnya.

Tiba-tiba ...

●●●

Maaf kalo ceritanya pendek,harap dimaklumi baru pemula :)

Semoga kalian suka sama cerita pertama aku ini guys.. Jangan lupa vote and coment yaw:)

GERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang