chapter fifty nine

512 12 0
                                    

Malam ini menjadi malam yang panjang bagi para remaja yang berada di suatu ruangan cukup luas. Di atas meja sudah tertata rapi beberapa minuman kaleng, makanan ringan dan dua box pizza. Tak hanya itu, selimut dan bantal pun sudah berserakan di atas sofa, hingga celana training pun tergeletak di lantai. Dengan keadaan TV menyala dan alunan musik kencang terputar dari speaker bluetooht.

Apartemen milik Gavin sudah seperti gudang yang tak terurus. Seisinya hampir berantakan pecah akibat ulah teman-temannya yang memang beberapa hari ini menginap.

"Gue-   bosen."gumam Gavin yang sedari tadi tiduran dengan keadaan telungkup di atas sofa miliknya.

Memang sedari tadi pria itu tak bersemangat, seperti tidak bernyawa saja. Hanya tiduran di atas sofa yang memiliki ukuran besar, sambil berguling-guling tidak jelas.

Beda halnya dengan dua pria yang ada di depannya. Asik bermain PS.

"Daripada nganggur mending lo buatin mie sana!"celetuk Dimas tanpa menoleh, karena kedua matanya sibuk dengan game yang ada di depannya.

"Buat sendiri sono! Gue capek."

"Lo capek abis ngapain?"tanya Rakan yang masih fokus dengan game nya.

"Halah dari tadi lo cuma tepar di sofa sampe guling-guling gak jelas."celetuk Dimas.

"Lando aja yang kesetrum gitu gak capek, malah makin enerjic."

Sontak Gavin menoleh ke arah pria yang berdiri di sudut ruangan. Memang sejak tiga jam lamanya pria itu berdiri disana sambil menggerakkan anggota tubuhnya dengan heboh, tetap cool di depan kamera ponsel. Anjay. Tidak ada kata lelah dan bosan bagi Erlando jika berurusan dengan membuat video tiktok, malah setiap harinya Erlando dapat membuat video tiktok sepuluh. Gavin pun bosan melihat Erlando yang sibuk dengan dunianya sendiri itu, nampak pria itu ribet sekali dari mempersiapkan barang-barang hingga proses pembuatan video tiktok. Tidak kaget melihat tingkah Erlando seperti itu. Karena memang itu kebiasaan Erlando jika tidak tiktokan ya nge-vlog.

"Kenapa nggak mati aja sih dia, daritadi gak bisa diem."ucap Gavin memandangnya jengah.

"Ganteng kagak, sok ngartis iya!"tambah Rakan.

"Eh si Jupe lagi Honeymoon ya di Bali?"tanya Dimas.

Tak!

"Gavin babi!"

Gavin berhasil mendaratkan jitakannya di kepala Dimas. "Lah Jupe kapan nikahnya? Baru kemarin lulus udah Honeymoon segala. Istri mana, Istri."

"Maksud gue Jupe ikut Bang Vero yang lagi Honeymoon sama ceweknya."

Tak!

Dua kali Dimas mendapat jitakan dari Gavin, memang ya satu playboy ini kudu di masukin ketek Jono yang bau dulu kali.

"Bukan Honeymoon, tapi ngelamar!"ralat Rakan.

"Kok bang Vero kagak bilang sama gue sih udah seserius ini hubungannya, mana sampe mau ngelamar segala lagi."

"Memangnya lo siapa yang harus laporan dulu? Bokapnya juga bukan!"ucap Dimas sambil menjitak kepala Gavin tak kalah keras.

Gavin menatap tajam kearah Dimas yang juga tengah menatapnya tak kalah tajam. "Lo tau Dim harga otak gue?"

"Otak gaguna gitu mana laku, ampas doang mah isinya."

"Ada otak gak lo?"tanya Rakan kepada Dimas.

"Adalah, memangnya Lando otaknya ngembung langsung dijual aja."

Rakan menoleh, menatap Erlando yang masih sibuk dengan dunianya sendiri. "Ndo! Otak lo dijual?"

Merasa dipanggil pria itu menghentikan kegiatannya sejenak. Menatap Rakan dengan tatapan datar dan, sok polos! "Gue kan gak ada otak."

GERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang