chapter sixty two

418 18 0
                                    

Pagi hari disambut ceria oleh semua orang yang tengah menikmati hari libur di rumah saja. Awannya cerah secerah hati dan otaknya setelah lelah tidur selama delapan jam lamanya. Dan kini tubuhnya terasa segar disambut oleh mentari pagi hari yang menyentuh kulit.

Seperti seorang pria remaja yang baru saja keluar dari kamar mandi. Dia telah rapi dengan kaos putih tulang yang disebalah dada kirinya terdapat lambang buaya hijau, disertai dengan celana jeans pendeknya. Terlihat santai memang.

Rakan melirik rolex-nya yang baru menunjukkan pukul 09.00 pagi. Itu berarti dia harus bergegas siap-siap untuk menjemput seseorang.

Selesai menyisir rambut lebatnya, dia memakai sepatu converse bahan kulit kesayangannya dan segera memakai jaket denim dongker untuk melengkapi.

Merasa sudah beres Rakan langsung keluar dari kamar, dan tak lupa membawa kunci mobil, ponsel serta dompetnya yang tadi diambil di atas meja.

Rakan berjalan santai menuju garasi sembari mengetikkan sesuatu pesan singkat untuk seseorang disana yang sudah menunggu. Dan itu juga Rakan bersiap dengan motor sport miliknya meninggalkan pekarangan rumah.

***

Tiga puluh menit lamanya setelah melalui perjalanan yang lumayan ramai, tadi sempat macet. Yah, jangan heran dengan keadaan lalu lintas di Jakarta yang super padat. Untung Rakan memakai motor, jika tidak mungkin satu jam Rakan baru bisa lolos dari padatnya manusia di jalanan.

Dan kini motornya berhenti tepat di depan gerbang rumah yang bertingkat dua. Dia menatap arlojinya sejenak, lalu bergegas turun dari motor.

Karena gerbangnya terbuka, Rakan berinisiatif untuk masuk ke dalam langsung mencari penghuni rumah.

"Eh, ada cowok ganteng."

Pria itu tersenyum manis menatap seseorang yang baru saja muncul dari arah pintu.

"Mari masuk, kebetulan Non Geby lagi makan."

Akhirnya Rakan digiring oleh wanita berdaster biru untuk masuk ke dalam rumah. Ada rasa senang mendengar jika kekasihnya ternyata ada di rumah, yang tak lain dia tengah makan. Rakan tak sabar untuk menemuinya. What?! Tunggu, apakah Geby masih bisa dibilang kekasihnya?

"Ngapain?"

Karena sejak tadi Rakan sibuk bermain ponsel akhirnya mendongak kala mendengar suara seseorang yang telah ia rindukan akhir-akhir ini. Di depannya, Geby terlihat santai berdiri sambil bersedekap tangan. Tak lupa membuang mukanya, tidak ingin menatap wajah Rakan yang masih setia duduk di kursi sofa.

"Duduk."titah Rakan masih memandang gadis angkuh dihadapannya.

Geby menoleh menatap Rakan sekilas, lalu membuang muka lagi.

"By, sini duduk."

Mau tak mau Geby menghembuskan nafasnya kasar, berjalan menghampiri Rakan lalu duduk di sampingnya. Wajahnya masih ditekuk tak mau menatap pria yang kini tengah menatap dirinya dari samping.

"Kenapa gak pernah ada kabar? Lo ngehindar dari gue?"tanya Rakan dengan nada lembut selembut sutra.

Bahkan, Geby sampai grogi mendengar suara pelan dari pria di sampingnya ini. Inilah yang Geby rindukan, dia rindu dengan suara Rakan, apalagi wajah tampan dan sexy nya itu.

GERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang