Tiga jam lamanya pria yang memakai kaos polos dongker tanpa lengan, masih setia duduk di kursi gaming sambil bermain game dari layar monitor komputer. Kedua matanya tetap fokus menatapnya lurus tanpa mengeluh pegal.
Padahal kedua sahabatnya saja sudah lelah bermain, mereka saja sudah berhenti bermain sejak satu jam yang lalu, dan memilih untuk bersantai.
"Ndo ambilin minum dong."pintanya.
"Ndo!"
"Apasih Kan!"balasnya dengan nada sedikit tinggi.
"Itu di depan lo, ambilin minuman kaleng punya gue."
Terlihat pria itu menghela nafasnya panjang. Memutuskan untuk berhenti bermain dan beristirahat sejenak, karena memang tangannya sudah lelah."Ngerepotin banget sih."
Kedua tangannya dianggat ke atas tinggi-tinggi guna merenggangkan otot-ototnya. Seluruh tubuhnya terasa pegal dan nyeri.
Erlando mengambil minuman kaleng yang masih dingin itu untuk diberikan kepada Rakan. "Nih."
Rakan meraihnya dengan tersenyum miring. "Jijay sok ngambek gitu kaya bencong."
"Anjir!"
"Vin ini kok ada tas cewek? Punya lo?"
Pria yang berada di atas kasur itu menoleh kala mendengar pertanyaan dari Rakan. Dahinya menyerngit bingung saat Rakan menunjukkan sebuah tas slempang berwarna merah muda.
Gavin tahu mengapa Rakan dapat menemukan tas tersebut, secara saat ini Rakan duduk di sofa dekat dengan meja belajar miliknya. Dalam hati Gavin mengumpat pada Rakan, dia lupa menaruhnya di dalam lemari.
Mengapa semua temannya yang masuk ke dalam kamar selalu menggeledah isi kamar miliknya? Dan sialnya Rakan dapat menemukan benda yang penting dan menurutnya rahasia.
"Oh itu punya si Dinda."
"Dinda temen Kelas kita? Lo pacaran sama dia?"
"Siapa sih Dinda? Lo kenal Kan?"sambar Erlando menimbrung percakapan dua pria tersebut.
Rakan berdecak menatapnya malas. "Temen sekelas lo Kambing! Partner tik-tokan lo juga, sok gak kenal."
"Lagian nama 'Dinda' pasaran banget. Di IPS ada dua nama 'Dinda'."
Melihat kedua temannya yang berdebat, membuatnya menggelengkan kepala. "Cewek gue bukan Dinda Zubaedha! Ogah amat sama sekertaris mata juling."
"Jangan gitu Vin, Dinda gitu-gitu tapi pinter loh."
"Eh Vin lo diem-diem pake gincu?!"teriaknya heboh.
Erlando meneliti sebuah benda kecil tersebut. Membolak-balikkan mencari sesuatu. "Lipstik warna apaan ini? Lip Cream Berry Pretty."
Dan detik berikutnya Erlando dan Rakan tertawa terbahak-bahak hanya karena sebuah Lipstik kecil yang ditemukan oleh Erlando di tempat pensil milik Gavin.
"Apa sih Ndo! Siniin. Kampret lo."
Gavin turun dari kasurnya menghampiri Erlando, dan merebut paksa Lipstik yang ada di tangan Erlando. Gavin menekuk wajahnya kesal, kedua sahabatnya itu masih asik menertawai.
"Ini bukan punya gue, tapi punyanya Irene."jelasnya.
Rakan menghentikan tawanya, kini dia menatap Gavin dengan tatapan tak percaya. "Cewek lo yang lain?"
KAMU SEDANG MEMBACA
GERA
Teen FictionDia bukan manusia es bermuka tembok, dialah pangeran bengis yang berhasil ditaklukkan oleh gadis berhati baja. Berbagai cara yang ia lakukan demi mendekati seorang most wanted tampan yang super jutek. Sesuatu yang menjadi bebannya akhir-akhir ini, d...