Tepat hari ini SMA 3 Lafonte melaksanakan Ulangan Akhir Semester. Sudah seminggu yang lalu suasana Sekolah santai dibebaskan dari tugas dan mata pelajaran yang padat, kini di hari Senin tentunya menjadi hari sakral bagi para murid. Yang akan menghadapi soal-soal Ulangan, dan pastinya nilai terbaik akan menentukan kedepannya.
Bertepatan dengan berhentinya motor matic, siswi yang memiliki body proposional dengan rambut hitamnya yang ia cepol. Setelah memastikan mesin motor miliknya mati, dia membenarkan seragam SMA kebanggaannya agar terlihat lebih rapi.
Menoleh kanan kiri menatap area parkiran yang nampaknya ramai, dia mengambil sesuatu dari dalam tas. "Huh, udah rame aja nih."
"Enaknya taro mana ya? Gue harus bener-bener bijak."ucapnya entah dengan siapa. Karena dia hanya sendiri.
"HAYOOO LAGI NGAPAIN!"
Saat tangannya ingin masuk ke dalam saku rok sepan miliknya, guna manyimpan secarik kertas apa lagi kalau bukan contekan yang sudah Ellen buat tadi malam. Bertepatan dengan itu seruan dari seseorang membuat gadis itu terkejut bukan main.
Ingin tau siapa pelaku dari itu, Ellen membalikkan badannya cepat. Dan betapa kesalnya saat tau siapa yang ada dihadapannya ini adalah dua manusia yang sangat Ellen hindari. Dirinya melipat kedua tangannya angkuh.
"Keluarkan sesuatu yang anda punya tadi."
"Anda telah dikepung, ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka. Tidak bisa melarikan diri, disini tempatnya strategis."
"Minggir!"sentak Ellen dengan muka datarnya.
"Kita bawa senjata loh."
"Yan, pelaku ini udah jelek tapi suka ngelawan."bisiknya dengan nada cukup kencang.
Ellen menatap jam tangan miliknya yang berwarna hitam. Decakan kasar keluar dari mulutnya, dirinya berniat untuk pergi dari hadapan makhluk aneh yang mengganggu.
"Eits, gue bilang bawa sini tuh yang lo punya botak!"Erlando berseru membuat gadis itu menghentikan pergerakannya.
"Lo salah buat ngatain gue, yang jelas gue masih punya rambut sebanyak ini! Dan lo berdua nggak usah ganggu gue di pagi hari gini! Pusing!"
"Len mau kemana dulu elah."Iyan berhasil menarik tas milik Ellen hingga tubuhnya mundur beberapa langkah.
Ellen kembali berdecak. "Apa sih Yan."
"Hari ini lo bawa contekan? Ntar gue join ya."tanyanya disusul dengan cengiran dari pria tampan itu.
"Iya-iya, ntar kontek-kontek aja. Gue mau ke Kelas."
"Pertama Ulangan masa nyontek, dasar murid tak berprestasi."celetuk Erlando sengaja untuk menyindirnya.
"BODOAMAT! Situ kalo nggak suka gaperlu komen."balasnya tak lupa memberikan tatapan membunuh.
Iyan yang ada di samping Erlando tertawa renyah merasa senang atas penderitaan temannya itu.
"Makanya jadi orang pinter dong!"teriakan Erlando diabaikan begitu saja oleh Ellen.
Sepergiannya Ellen, masih Erlando pendam rasa kekesalan atas ejekan yang diberikan gadis tadi. Apa maksudnya untuk berkata sedemikian? Erlando tak terima.
Iyan menatap Erlando yang matanya tak lepas dari pendangan Ellen pergi mulai menjauh. "Ngapain diliatin mulu, yok ah cabut aja."
"Songong bener tuh cewek, emang berapa sih nilai Matematika dia."Erlando bergumam.
"Lupain lah, sama-sama punya otak pas-pasan gak usah belagu soal nilai. Tiap hari remed juga."balas Iyan, tangannya merangkul pundak Erlando dari samping.
KAMU SEDANG MEMBACA
GERA
Teen FictionDia bukan manusia es bermuka tembok, dialah pangeran bengis yang berhasil ditaklukkan oleh gadis berhati baja. Berbagai cara yang ia lakukan demi mendekati seorang most wanted tampan yang super jutek. Sesuatu yang menjadi bebannya akhir-akhir ini, d...