Seorang wanita tengah berdiri dengan anggun di depan sana, mulutnya terus berkomat-kamit. Hampir dua jam berada di ruangan yang mulai sumpek dan membosankan ini mendengarkan Bu Musdalifah menerangkan materi.
Layaknya sedang didongengi cerita, para murid keenakan tidur meletaka n kepalanya di atas meja tak lupa ditemani kipas angin yang menyala. Hanya bisa pasrah mengumpat dalam hati dan mantengin jarum jam terus berputar.
Beda halnya siswi yang menopang kepalanya dengan satu tangan kiri, tangan satunya yang menganggur memegang sebuah pensil. Membuat bulatan-bulatan di atas kertas paling belakang buku pelajaran B.Indonesia.
Mengusir rasa kantuk yang terus berdatangan, agar kepalanya tak jatuh di atas meja seperti gadis yang berada di samping.
Kringgg..
Inilah yang ditunggu-tunggu, suara menggelegar yang disenangi para murid SMA Lafonte setiap harinya jika di Sekolah.
"Bel bangun udah istira- ."Geby menoleh ke samping yang ternyata sudah kosong. Ellen sudah berlari keluar kelas terlebih dahulu.
" -hat."sambungnya masih melongo.
Niatnya yang ingin membangunkan Ellen yang duduk di sampingnya, Geby terheran dengan sahabat satunya ini. Tadi saat dibangunkan Geby susah sekali, tapi mendengar Bel Istirahat berbunyi langsung ngacir keluar meninggalkan dirinya dan Melly.
"Annabel larinya kek Naruto."gumam Geby.
Melly terkikik geli. "Kita susulin aja."
Sesampainya di kantin, terlihat Ellen tengah memesan makanan di salah satu warung kantin.
Ellen kembali menuju meja tempat Geby dan Melly berada.
"Lo gercep ya Bel kalo istirahat."ucap Melly.
"Iyalah, gue udah laper banget tadi makanya di Kelas tidur."jawabnya.
Suara bising dari arah pintu Kantin membuatnya menoleh ke arah sumber suara. Sudah menjadi kebiasaannya rasa kepo maksimal yang dimiliki orang-orang +62 ini tidak dapat ditahan.
"Ada apaan tuh?"tanya Ellen.
"Ohh rombongannya cogan, Vertagoz."ucap Melly.
"Vertagoz nggak seramai dulu ya?"
"Angkatan Kak Vero udah pada sibuk masing-masing, jadi jarang buat kumpul. Dan nggak sering bareng gitu buat kehebohan."jelas Ellen.
"Sotoy lo."jawab Melly.
"Untung Rakan nggak sibuk sama dunianya sendiri."ucap Geby.
"Tapi masih cuek sama lo Geb."tambah Ellen.
"Eh enggak kok, gue rasa Rakan udah mulai luluh sama lo deh."ucap Melly serius.
Ellen menaikan sebelah alisnya meminta penjelasan.
"Beneran. Gue pernah liat cara natap dia ke Geby itu beda nggak kaya biasanya, dan nggak secuek dulu. Dia sedikit terbuka gitu kalo sama Geby."jelas Melly panjang lebar.
"Jangan banyak halu deh lo, jelas Rakan sering bikin Geby sakit hati. Tiap hari galau nungguin balasan chat dari dia, emang dasarnya cowok kampret nggak punya hati tuh nggak bakalan berubah. Tetep aja busuk."jelas Ellen mengutarakan emosinya beruntutan.
"Lo jadi sahabat gitu amat sih Bel, harusnya lo dukung Geby."
"Gue bakal mendukung Geby kalo Rakan si Bunglon PMS itu tau diri, nggak cuekin Geby terus dan berakhir sakit hati."
"Lo yang PMS, tiap hari sensi mulu. Heran gue."kesal Melly menatap Ellen layaknya musuh.
"Bo- ."
KAMU SEDANG MEMBACA
GERA
Teen FictionDia bukan manusia es bermuka tembok, dialah pangeran bengis yang berhasil ditaklukkan oleh gadis berhati baja. Berbagai cara yang ia lakukan demi mendekati seorang most wanted tampan yang super jutek. Sesuatu yang menjadi bebannya akhir-akhir ini, d...