Jarum jam sudah menunjukkan pukul 11.25. Mendengar kabar jika hari ini Sekolah dibubarkan lebih awal membuat kesenangan tersendiri bagi siswa-siswi SMA 3 Lafonte.
Tas hitam yang hanya berbobot ringan disampirkan di bahu kanan seorang siswa yang memakai jaket bomber army. Sebelum itu ia membenarkan rambut lebatnya untuk disisir ke belakang menggunakan jari-jari tangan.
Ketiga pria itu keluar dari Kelasnya untuk menuju ke parkiran Sekolah, mengambil motor mereka masing-masing.
Erlando dan Gavin menghentikan langkahnya kompak. Menoleh ke belakang menatap bingung ke arah Rakan yang berhenti mendadak.
"Kalian duluan aja."ucapnya sudah sibuk dengan ponselnya.
"Loh kenapa? Lo nggak mau pulang."tanya Erlando.
"Gue ada urusan."
Gavin mengangguk paham lalu mengajak Erlando untuk melanjutkan perjalanannya.
"Kita tunggu di parkiran!"ucapnya sambil berteriak.Setelah kedua manusia itu pergi dari hadapannya, Rakan melangkahkan kaki untuk menuju ke tempat tujuannya sekarang.
Dari kejauhan Rakan dapat melihat siswa-siswi yang baru saja keluar dari Kelas 11-IPS 4. Tak terkecuali tiga siswi yang baru saja keluar asik mengobrol hingga mereka dapat tertawa lepas entah apa yang mereka perbincangkan.
Mata birunya terus tertuju ke arah salah satu dari tiga siswi yang masih berdiri di depan pintu Kelas. Seolah manik mata tajamnya terkunci pada satu titik saja. Rakan berjalan santai seperti biasa, mengabaikan beberapa tatapan yang dilemparkan oleh siswa-siswi yang berada di koridor.
"Udah woi balik ke rumah, jangan ngerumpi di depan pintu. Banyak yang mau lewat."
Suara lantang sang ketua Kelas mengintruksikan ketiga siswi itu agar menyingkir. Pasalnya mereka menghalangi jalan, alhasil Iyan segera menegurnya.
"Eh, maaf ya ketua Kelas."balas Melly menyengir lebar.
"Lo bertiga mendingan langsung balik aja sana, lanjutin ghibahnya di rumah. Gue juga mau balik!"ucap Iyan lalu berlalu meninggalkan tempat, tak lupa dengan sengaja melewati di tengah-tengah ketiga siswi tersebut.
"Hati-hati Iyan! Ntar kita lanjut ghibah di rumah kok."
"Kita pulang sekarang."
Suara berat yang terdengar dingin membuat ketiga gadis itu menoleh ke arah sumber suara. Terlebih saat Geby membalikkan badannya dibuat kaget mendapati sosok pria berdiri tepat di depannya persis. Pasalnya saat ini dirinya dan Rakan berdiri dengan jarak yang dekat tak seperti biasanya. Geby berkedip beberapa kali untuk membuyarkan keterkejutannya.
Sampai-sampai Geby harus mundur dua langkah agar tidak berdekatan dengan Rakan yang berdiri di hadapannya. Karena itu akan membahayakan bagi jantung, mata, dan hati Geby.
Melly yang mengerti akan keberadaannya memilih untuk menghindar dari kedua sejoli tersebut. "Geb gue sama Annabel duluan ya."
"Yuk Bel kita harus pergi sekarang. Lo mau pulang cepet kan."lanjutnya berusaha menarik tangan Ellen agar segera pergi.
"Kasar banget sih lo, gue mau ngomong dulu sama Geby."sentaknya melepas paksa cengkraman Melly.
"Jangan mau di sakitin sama dia Geb, hati-hati aja lo harus jaga diri."ucap Ellen, kedua matanya menyorotkan kebencian kepada Rakan. Yang ditatap seperti itu hanya memasang wajah datar.
"Udah Bel kita harus cepet-cepet pulang, yuk ah katanya abis ini lo mau rebahan."Melly berhasil membawa Ellen pergi dengan cara menyeret paksa.
Jika tidak segera membawa Ellen pergi, yang ada nanti akan terjadi perang. Mengingat Ellen sangat membenci Rakan, entah apa penyebabnya membuat Ellen akan seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
GERA
Teen FictionDia bukan manusia es bermuka tembok, dialah pangeran bengis yang berhasil ditaklukkan oleh gadis berhati baja. Berbagai cara yang ia lakukan demi mendekati seorang most wanted tampan yang super jutek. Sesuatu yang menjadi bebannya akhir-akhir ini, d...