chapter fifty seven

462 12 0
                                    

Saat ini Rakan dan Geby sudah berada di salah satu Cafe pilihannya untuk Dinner pertama mereka, Moreno Cafe. Dia memilih duduk di pojok jauh dari pengunjung lainnya. Sengaja karna Rakan tidak suka dengan keramaian orang-orang disini.

Rakan tak tanggung-tanggung memilih Cafe ini yang terbilang mahal, dekorasi ruangan Cafe yang mewah menambah kesan elegan. Cocok dijadikan untuk makan malam bersama pasangannya di temani lampu cantik dan alunan musik yang bernada merdu nan rendah. Padahal letak Cafe ini cukup jauh, membutuhkan waktu 30 menit untuk sampai disini.

Tadi Rakan sudah izin dengan Liza untuk membawa anaknya-Geby, pergi keluar menggunakan mobil jazz miliknya yang berwarna hitam legam. Tentunya dengan alasan dan tujuan untuk makan malam berdua. Untunglah Rakan diperbolehkan untuk mengajak Geby pergi bersamanya.

Pria itu hanya memakai pakaian casual saja. Kaos berwarna hitam yang dibalut oleh jaket biru dongker, kerah jaket itu berwarna kuning. Serta celana jeans selutut berwarna senada, dilengkapi dengan Marble Print Sneakers bercorak hitam putih sangat pas di kedua kaki Rakan. Keren dan simpel.

Gadis di depannya duduk anggun di hadapan Rakan. Sesekali gadis itu sempat menjelajahi isi ruangan dengan bola mata bulatnya. Sangat asing memang.

"Rakan."panggilnya sambil menatap pria itu yang sejak tadi sudah menatap dirinya.

"Disini kok pengunjungnya banyak yang berpasangan ya?"

"Ya biarin aja lah."jawabnya singkat.

"Apa mungkin Cafe ini khusus buat orang pacaran? Soalnya sih keliatan banget, suasananya tuh romantis."

"Musiknya bikin baper mulu perasaan."

Rakan tersenyum miring. "Gue udah pernah kesini sebelumnya."

Geby mengangkat kedua alisnya. "Serius? Kamu kesini sama siapa?"

"Gavin."jawab Rakan.

Keterkejutan Geby tak berhenti di sini, apa yang dimaksudkan dengan kekasihnya itu?

"Kamu- "

"Sama Lando juga. Kita cuma makan siang doang."

Syukurlah. Geby kira Rakan suka jalan berduaan bersama Gavin.

Mengapa Rakan tidak bisa mengalihkannya dari Geby sedikitpun, gadis yang sekarang tengah bersamanya. Sejak pertama kali Rakan melihat penampilan Geby yang jauh berbeda dari biasanya, membuatnya semakin tak bisa melepas penglihatannya dari wajah cantik Geby.

Malam ini Rakan benar-benar terhipnotis oleh kecantikan Geby yang sempurna. Apalagi gadis itu memakai mini dress sabrina berwarna peach yang pas di tubuhnya. Rambut sepunggung yang dibiarkan tergerai indah, serta make up tipis mampu membangkitkan sisi kecantikan pada diri Geby berkali-kali lipat. Dia sangat cantik dan sempurna, Rakan tak bisa berhenti memujanya.

"Geby, lo cantik."

Tiga kata meluncur bebas dari mulut Rakan, kedua mata tajamnya tidak pernah lepas dari penglihatannya. Sedangkan gadis itu tiba-tiba menatap Rakan dengan wajah bingung, kini keduanya saling bertatapan.

Perlahan pun Rakan sudah mau mengakui akan kecantikan yang dimiliki pacarnya itu. Padahal dulu Rakan sangatlah cuek. Sejak dirinya telah resmi berpacaran dengan Geby, Rakan tidak pernah menunjukkan sikap romantis atau perhatian, hanya sekedar mengobrol biasa. Dan ini kali pertamanya Rakan memuji Geby secara terang-terangan, mengakui perasaannya yang sejak dulu susah untuk diungkapkan secara lisan.

"Kenapa? Kok ngeliatinnya kaya gitu."tanya Geby dengan polosnya.

Lamuan Rakan tersadar, tapi secepat mungkin ia berusaha bersikap sesantai mungkin. Gadis di hadapannya ini tidak tahu yang dikatakannya barusan. Untunglah.

GERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang