Suara gitar yang dipetik oleh Dimas mengalun merdu. Disini ia dan seorang gadis di sampingnya, menikmati suara gitar yang sangat merdu mengingatkan pada masa lalu.
Geby memejamkan kedua matanya meresapi suara gitar yang menggema. Sudah lama dia berada disini bersama Dimas hanya berdua, mereka sengaja ke Ruang Seni karna ingin menghibur diri. Lebih tepatnya Dimas mengajak Geby untuk menemani dirinya bermain gitar.
"Dulu kita sering kaya gini kan?"tanya Dimas telah menghentikan permainan gitarnya.
Geby mengangguk semangat. "Kalo bolos pasti larinya ke Ruang Seni."
Ruang Seni disini lengkap, terdiri dari Ruang Seni Rupa, Seni Musik dan Seni Tari. Jadi tak heran jika SMA Lafonte mempunyai fasilitas yang lengkap dan terpecaya, dapat membantu semua murid mencukupi kebutuhannya saat di sekolah.
"Bulan depan, lo nggak ikut lomba Gambar By?"tanya Dimas.
"Nggak ah, males."
"Kenapa?"
"Lo kan tau gue nggak suka ikut lomba, Seni itu gue jadiin hoby doang."jawab Geby.
"Aneh lo."ucap Dimas terkekeh geli melihat wajah Geby yang menurutnya lucu.
Geby mengerutkan dahinya menatap Dimas yang tiba-tiba tertawa, padahal tidak ada yang lucu.
"Apasih Dim? Udah deh."
"Ke Kelas yuk, udah lama kita disini."ajak Geby.
Dimas hanya mengangguk setuju sambil memandangi gerak-gerik Geby. Melihat Geby yang sudah beranjak akan pergi akhirnya Dimas hanya mengikutinya dari belakang. Meninggalkam Ruang Seni yang tampak sepi.
***
"Kan ntar jadi ya di rumah Lando."tanya Gavin melihat sahabatnya tengah mengemasi buku.
"Gue sama Gavin duluan ya, ntar lo nyusul."
"Siapin semua apa yang gue mau."ucap Rakan menatap kedua sahabatnya.
Erlando hanya bisa mendesah pasrah, tidak dapat melemparkan protes. "Iya-iya."
Gavin tak bisa menahan dirinya untuk tidak tertawa, lihatlah wajah Lando yang mengenaskan. "Yaudah kita duluan bro."
Lalu kedua cowok tersebut pergi meninggalkan Rakan di kelas.
Rakan segera keluar kelas yang sudah sepi, hanya ada beberapa teman kelasnya yang masih setia duduk dibangku.
Banyak siswa-siswi berlarian sampai sempat ada yang tak sengaja menyenggol bahu Rakan. Karna bel pulang telah berbunyi semua murid berbondong-bondong ingin cepat sampai rumah pastinya.
Iya, selalu ingin cepat-cepat sampai rumah untuk tidak melakukan apa-apa,-
"Rakan!"seru seseorang dari arah belakang Rakan.
Tapi bukannya berbalik badan atau sekedar menoleh, Rakan malah lebih memilih terus berjalan lurus. Mengabaikan panggilan dari seseorang yang tak ingin Rakan tahu.
"Hai Rakan."sapa Geby setelah berhasil mengejar Rakan.
Sambil memandangi wajah Rakan dari samping, dirinya berdecak dalam hati kesusahan mensejajarkan langkah lebar Rakan.
"Kenapa buru-buru sih?"tanya Geby untuk basa-basi.
Tidak ada sahutan dari Rakan, dia terus menatap ke depan tanpa mau menoleh sedikitpun ke arah Geby yang masih setia berada di sampingnya.
Rakan mempercepat langkahnya untuk menghindari cewek tersebut.
"Rakan berhenti dulu deh, gue mau ngomong."ucap Geby lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
GERA
Teen FictionDia bukan manusia es bermuka tembok, dialah pangeran bengis yang berhasil ditaklukkan oleh gadis berhati baja. Berbagai cara yang ia lakukan demi mendekati seorang most wanted tampan yang super jutek. Sesuatu yang menjadi bebannya akhir-akhir ini, d...