chapter forty

456 17 0
                                    

"Shhttt....aw."keluhnya.

Gadis itu memegangi lututnya yang terluka, hanya sedikit robek tapi itu jelas perih. Untuk mempertahankan tidak merasa sakit dia memejamkan kedua matanya kuat.

Orang-orang sudah mengerubunginya, melihat ada apa yang terjadi. Geby terjatuh dengan posisi terduduk di atas lantai sembari memegangi lutut. Kepalanya tertunduk tidak berani mendongak ke atas, tepat dimana Rakan dan Nita berdiri disana.

Nita mematung melihat kejadian itu, jelas dia kaget saat tiba-tiba Geby terjatuh di hadapannya. Beda halnya dengan Rakan yang hanya memperhatikan gerak gerik Geby tanpa mau membantunya berdiri.

Sebagai lelaki seharusnya tahu, peka bahwa Rakan harusnya membawa Geby ke UKS segera karna terluka. Tapi ini? Merasa kasihan pun tidak.

Mulailah bisik-bisik yang Geby dengar membuat kedua telinganya memanas, hingga tiba saat itu seorang siswa menghampirinya sambil berlari.

"Dimas?"

Jika dilihat dari raut wajah Dimas, sangatlah jelas dia nampak khawatir. Apalagi saat Dimas terus memperhatikan luka kecil yang ada di lutut Geby, mengeluarkan sedikit darah segar.

"Lo nggak papa Bi?"tanya Dimas menatap wajah Geby.

"Kok lo bisa jatuh gini sih? Berdarah loh ini."

"Dimas, gue-  "

Ucapan Geby menggantung saat melihat Dimas bangkit, lalu menatap Rakan tajam. Terlihat rahang Dimas mengeras.

"Kenapa lo diem aja Kan? Lo nggak liat Geby jatuh sampe berdarah gitu?"ketusnya.

Dimas mengalihkannya dari Rakan, lalu tatapannya beralih ke Nita yang masih terdiam tak mampu bersuara. Bergerak pun tidak bisa, seakan tubuhnya kaku.

Setelah itu Dimas menyuruh dua teman ceweknya untuk membantu Geby agar di bawa ke UKS untuk mengobati lukanya. Saat itu pula semuanya bubar meninggalkan tempat kejadian.

Ruangan yang serba putih, suasananya sunyi dan tenang. Disinilah Geby berada, duduk di atas kasur yang ada di UKS. Lututnya masih di obati oleh siswi PMR, sedangkan di depan sana ada dua siswi lain yang masih menunggunya.

"Kak Geby istirahat aja disini. Jangan banyak gerakin kakinya."ucap siswi tersebut yang ternyata adalah kelas sepuluh.

Kepergian siswi PMR tadi membuat kedua gadis itu langsung mendekat ke kasur yang di tempati Geby.

"Geb lo kenapa bisa gini sih?"tanya Ellen penasaran.

Karena cewek itu sedari tadi sudah menahan rasa penasarannya, dia tidak sabar menunggu Geby untuk bercerita langsung.

Kejadian di koridor memang Ellen dan Melly tidak berada di sana, dia sedang ada urusan. Saat mereka tahu Geby ada di UKS lantas dengan gerak cepat mereka menemuinya, tadi Dinda yang menghubungi lewat chat.

"Iya Geb, tadi kata Dinda di koridor deket lapangan rame gara-gara lo ya?"tanya Melly.

Geby hanya bisa menghela nafas panjang. "Iya, gue pura-pura jatuh."

"WHAT!"teriaknya kompak.

"Buat apa KECEBONG!"gemas Ellen.

"Biar tau kalau Rakan mau nolongin gue apa enggak. Abisnya gue kesel ngeliat dia yang berduaan sama Nita."

"Wait wait. Lo caper di depan Rakan karna cemburu? Tapi lo malah ditolongin sama Dimas dan lo jatuhnya cuma Pura-pura?!"jelas Melly membulatkan bola matanya sambil menggelengkan kepalanya tak percaya.

"Gaje lo Mel."celetuk Ellen.

"Cara lo salah Geb, nggak gitu juga kali. Itu namanya lo bunuh diri."ucap Melly.

GERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang