chapter thirty two

490 20 0
                                    

Suara gemuruh yang diakibatkan oleh pijakan sepatu yang sengaja dihentakan lebih keras mendominan seisi kelas. Telinga terasa berdenyutan saat beberapa siswi berjerit histeris.

Karna hari ini kelas XI IPS 4 mendapat keberuntungan entah mungkin takdir sedang berbaik hati. Pak Surya-guru kimia tidak bisa hadir untuk mengajar di kelas Geby. Alhasil waktu bebas seperti ini digunakan para siswa-siswi bermain di dalam kelas.

Dan lihat saja, Iyan yang selaku menjadi ketua kelas seharusnya menegur siswa-siswi yang membuat keributan. Malah sekarang ketua kelas tak bertanggung jawab itu ikut bergabung dengan para siswi yang duduk melingkar. Bisa dipastikan Iyan sedang bergosip ria tentang anak Lafonte yang menjadi bahan ghibah bulanannya.

Iyan memang laki-laki normal, tapi dia juga doyan merumpi layaknya para cewek bermulut besar. Bukan seperti cowok letoy yang jika berjalan sambil berlenggak-lenggok. Hanya saja Iyan itu bisa dikatakan akun lambe turah nya SMA Lafonte. Hal yang menyangkut dari berita Viral itulah Iyan yang membawanya, Iyan lah yang akan berkoar-koar.

Sama halnya di meja Melly, cewek berambut sebahu itu tak berhenti berceloteh. Menyemburkan semua kata-kata yang sedang ia rasakan. Begitu pula dengan cewek yang penampilannya lebih menonjol dari keempat temannya tersebut. Sembari memegang cermin mini yang ia miliki, cewek yang memiliki body kental feminim itu ikut serta berceloteh.

Ellen berdecih menatap cewek berambut coklat didepannya. "Dasar generasi micin bumbu netijen! Bisanya pake cowok sama skincare doang."

"Sumpah! Lo kenapa sih Bel sensi banget daritadi."heran Melly.

"Jelas gue kesel, dengerin lo ngomong alay gitu!"

"Gue alay dimananya coba?"

"Udah, nggak usah ribut. Kalo lo berdua gini terus nggak bakal kelar."lerai Sheli yang sedari tadi hanya bisa memandang kedua temannya bertengkar.

"Percuma Shel ngelerai mereka pake omongan doang."ucap Geby.

"Sekarang lo diem! Gue capek ngebacotin lo."tegas Ellen.

Melly mendengkus, kembali bermain ponsel kesayangannya. Sebenarnya mereka ini tidak pernah marah sungguhan, mereka berdua memang sering beradu cek-cok tapi tidak membuat mereka marah besar dan berakhir marahan selama tiga hari.

Kadang kita pernah kesal terhadap teman sendiri, apalagi kalau bukan masalah sifat dan perlakuan dari teman itu sendiri. Semua orang tidak akan selamanya cocok bisa beradaptasi.

"Geb kita ambil buku paket."ajak Iyan kepada Geby.

Karna hari ini adalah piket Geby dan Iyan, maka mereka harus mengambil buku paket di Perpustakaan. Sudah menjadi tugas piket seperti ini, tidak hanya menyapu di kelas saja.

Geby mengangguk setuju, keduanya berjalan menuju Perpustakaan yang memang membutuhkan perjalanan cukup lama. Karna letak kelas mereka dan Perpustakaan cukup jauh, dari ujung ke ujung lagi.

Sepi. Sunyi. Itulah yang dirasakan Geby saat pertama kali kakinya menginjakan ke dalam Perpustakaan. Selalu seperti ini, sunyi. Hanya ada suara pijakan sepatu pada dasar lantai.

Geby berjalan menyusuri sudut Perpustakaan untuk menyusul Iyan yang sudah duluan mencari buku paket.

Kakinya membawa ke arah sudut Perpustakaan, terdengar suara orang tengah membaca dengan suara lirih. Karna disini dilarang berisik.

GERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang