chapter fifty three

406 14 1
                                    

Satu jam berlalu, disini para murid setia berada di tempat duduknya. Tak lupa di temani oleh suara yang tak merdu dari Bu Musdalifah yang sedang menerangkan materi.

Di jam pelajaran terakhir seperti ini, Bu Musdalifah sebagai penutup, seperti biasa akan mendongeng di depan Kelas sambil menidurkan anak muridnya yang sudah merasa bosan dan tak kuasa menahan kantuk berat. Ditambah lagi, mereka sudah merasa lelah tak berdaya. Banyak yang menaruh kepalanya di atas meja.

Detik demi detiknya jam dinding, Geby kembali menolehkan kepalanya guna melihat jarum jam yang terus berputar.

Kegelisahan semakin ia rasakan saat melihat ke luar Kelas beberapa siswa-siswi berlalu lalang sudah menggendong tas. Sepertinya Kelas lain sudah ada yang diperbolehkan pulang.

Geby kembali menatap ke depan yang di sana Bu Musdalifah asik mengoceh tanpa henti, padahal disini tidak ada yang mendengarkannya. Malah mengabaikan. Hanya beberapa siswa pintar saja yang mau mendengarkan pidato guru B.Indonesia tersebut.

Kringggg!!

Tepat bunyi Bel berdering lantang, Geby bergegas merapihkan semua alat tulis untuk dimasukkan ke dalam tas miliknya.

Dia sudah tidak punya waktu banyak, saat ini dia harus buru-buru sekali. Karena ada hal penting yang harus ia selesaikan.

"Bel gue balik dulu ya! Melly gue duluan!"

Teriakan Geby yang sudah berlari keluar Kelas hanya di pandang heran oleh kedua gadis tersebut.

Disini Geby berada, depan Kelas 11 Ips 3. Satu per satu siswa-siswi keluar dari Kelas, Geby setia menunggu kedatangan Rakan saat ini.

Tapi entah dimana, Rakan belum saja muncul dihadapannya. Padahal Kelasnya sudah sepi. Geby berniat menilik ke dalam Kelas, dan ternyata kosong. Rakan tidak ada di Kelas. Kedua sahabatnya pun tidak terlihat.

"Geby."

Panggilan itu membuatnya membalikkan badan. Dinda menatapnya heran dengan adanya Geby di depan Kelasnya.

"Kenapa Geb?"

"Lo liat Rakan gak?"tanya Geby.

"Ohh Rakan, dia gak masuk di jam terakhir. Gak tau kemana, kayanya dia sengaja bolos deh. Tasnya aja gak ada."balasnya.

"Rakan bolos? Lando sama Gavin juga?"

Dinda mengangguk dua kali sebagai jawaban. "Coba lo hubungin dia, biar lo tau sekarang dia ada dimana."

"Bener juga. Yaudah gue duluan ya Din, thanks infonya."

"Oke."

Beberapa pesan terkirim kepada sang tujuan, ditatapnya layar ponsel yang tak kunjung mendapat notif dari Rakan.

Akhirnya Geby memutuskan untuk pergi menuju area luar Sekolah, karena Pak Jeje sudah sampai di depan gerbang.

Keinginannya untuk bisa pulang bersama Rakan tidak dapat tercapaikan. Padahal Geby berusaha keras agar bisa pulang bersamanya. Namun keberuntungan tak berpihak.

***

Prang!

Semua pasang mata menatap ke sumber suara karena panasaran ataupun kaget.

Pria itu tersenyum kikuk sembari mengacak rambutnya yang berwarna hitam legam. Dia menatap ngeri ke arah bawah sana, dimana panci milik Bu Saroh terjatuh akibat tersenggol oleh sang pelaku.

Sam yang melihat langsung kejadian tersebut menggelengkan kepalanya. "Maap ya Bu, temen saya emang suka ribet dan bikin malu."

GERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang