Langkah kaki yang terdengar kasar oleh pijakan lantai, tak sabaran pria yang memakai hoddie berwarna putih berlari menuruni satu per satu anak tangga.
Kedua tangannya sibuk merapihkan rambut lebat miliknya agar sedikit rapi. Langkahnya terhenti saat sudah sampai di ruang tengah, melihat seorang lelaki paruh baya tengah sibuk menggeledah laci lemari.
"Dad? What are you doing?"
"Apakah kamu melihat paper book Daddy?"
Alis tebalnya tertautan tidak paham akan apa yang dikatakan Marlin.
"Yang warnanya Abu-abu, terdapat gambar."
"Koran?"
"Ya! Kamu melihatnya Rakan?"
"Aku nggak liat Dad, mungkin Al akan tau."
Baru sadar melihat penampilan Rakan yang rapi seperti ini, Marlin berniat untuk bertanya. "Kamu mau kemana Rakan?"
"Oh iya Dad, Rakan izin mau keluar ketemu sama temen-temen."
"Untuk apa?"
"Kumpul aja, Rakan janji gak sampe larut kok."
"Ya sudah. Tapi jangan sampai larut, ini sudah malam. Daddy akan mencemaskanmu."ucap Marlin yang mendapat anggukan patuh dari Rakan.
"Rakan berangkat dulu."
Rakan sudah menduga pasti Marlin akan mengizinkannya keluar rumah, walaupun hari sudah malam. Marlin tidak pernah melarang anaknya akan apa yang dilakukan diluar rumah. Dia membiarkan anak-anaknya melakukan hal yang memang diinginkan, tidak mengekang. Selama anaknya bisa jaga diri, Marlin akan percaya jika anak-anaknya akan baik-baik saja selama berbaur di luar rumah ataupun dalam.
***
Berhentinya suara petikan gitar disusul oleh sorak-sorai dan tepuk tangan meriah dari para manusia yang ada di ruangan ini. Pria berkulit putih yang berada di atas panggung tersenyum lebar, kedua kaki panjangnya melangkah turun dari panggung untuk menghampiri ke sebuah meja di sana.
"Wuih bangga sama Abang gue ini."seru Erlando setia bertepuk tangan merasa senang.
"Keren Bang."celetuk Dimas.
"Thanks ya Ver, berkat lo pengunjung disini merasa terhibur sama suara lo."ucap Tio menepuk pelan pundak Vero.
"Jangan ragukan Vero lagi Bang."balasnya terkekeh.
"The best ini mah."
"Yaudah gue tinggal dulu ya, kalian semua nikmatin aja nongkinya."
"Pasti Bang!"
Tio pergi meninggalkan para remaja yang ada disana. Malam minggu seperti ini Cafe milik Tio masih saja ramai, di luar maupun di dalam ruangan. Cuaca terang oleh penerangan bulan purnama yang mendukung juga membuat orang-orang memaksakan untuk keluar rumah, apalagi besok adalah hari minggu dimana semua aktivitas berhenti.
Untuk meredakan rasa letih, sangat cocok jika sekedar menikmati suasana baru, seperti keluar rumah contohnya. Memilih tempat tertentu yang nyaman mungkin akan membantu hempaskan dari semua pikiran beban di hari-hari biasanya.
"Lo kenapa?"tanya Liam kepada pria memakai hoddie hitam yang sibuk memegangi dahinya.
"Kebelet boker?"
KAMU SEDANG MEMBACA
GERA
Teen FictionDia bukan manusia es bermuka tembok, dialah pangeran bengis yang berhasil ditaklukkan oleh gadis berhati baja. Berbagai cara yang ia lakukan demi mendekati seorang most wanted tampan yang super jutek. Sesuatu yang menjadi bebannya akhir-akhir ini, d...