chapter twenty eight

569 23 1
                                    

"STOOPPPPP!!!!!!!!!"

Kedua alis Rakan kini saling bertautan menampilkan kerutan di dahinya. Di hadapannya sudah ada seseorang tiba-tiba menghalangi jalannya dengan merentangkan kedua tangan.

"Buat lo, yang lagi capek."ucapnya sembari menyodorkan sebuah botol air mineral.

Rakan belum menerimanya, kini dia malah menatap cewek pendek didepannya itu dengan tatapan yang sulit diartikan. Lalu tatapannya beralih ke arah tangan yang sudah terulur padanya sembari menggenggam sebuah botol air mineral.

Harus ekstra sabar menghadapi manusia seperti Rakan ini, untung ganteng. Dengan terpaksa Geby mengambil tangan kanan Rakan tanpa seijinnya, lalu menyimpan botol air mineral tersebut ditangan Rakan.

"Gue duluan ya, Bye."ucap Geby tersenyum tipis berlalu meninggalkan Rakan yang masih belum bergerak dari tempat.

Rakan masih setia menatap tubuh mungil Geby yang semakin menjauh dari pandangannya. Aneh - gumamnya.

"Aahhh..... seger seger."

Rakan menoleh ke arah samping mendapati Gavin yang entah sejak kapan sudah berdiri di sampingnya. Dan, itu air. Sejak kapan air minum milik Rakan sudah berpindah di tangan Gavin? Rakan tidak menyadarinya. Sekarang pun air mineral pemberian Geby sudah habis ditelan Gavin tanpa dosa.

Yang lari gue, yang haus situ bocah!

"Rese lo Vin, itu air punya gue kenapa lo minum!"ucap Rakan kesal. Gavin hanya menampilkan muka tidak berdosanya sambil cengengesan.

"Abis bantuin warga semut pindah rumah Kan. Jadi gitu dia kehausan, cuaca PANASonic."ucap Erlando.

"Gila."balas Rakan meninggalkan kedua makhluk astral tersebut.

***

Rakan terpaksa harus melangkahkan kakinya menuju kantin untuk membeli minum. Padahal dirinya malas untuk berjalan yang tadi habis berlari mengelilingi lapangan, tapi rasa haus menyerang tenggorokannya mengalahkan rasa penatnya.

Ini sudah jam Istirahat, kantin tidak terlalu dipadati oleh murid. Hanya beberapa saja yang ada disini entah untuk mengisi perut mereka atau tidak sekedar nongkrong sambil menumpang wi-fi yang memang sudah disediakan dari pihak Sekolah.

Rakan duduk di salah satu kursi dengan kedua kaki yang diletakan diatas meja sambil meminum air mineral yang sudah ia beli tadi. Tidak sopan memang.

Kini rasa malasnya bertambah untuk sekedar beranjak dari duduk. Rakan mengedarkan pandangan ke segala penjuru, lalu tatapannya terfokus pada satu titik dimana di seberang sana terdapat salah satu temannya.

Mata biru Rakan tidak lepas dari pemandangan di depannya tersebut, menatapnya datar sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Terlihat santai.

"Udahan yuk belajarnya, tangan gue kaya mau patah gegara nulis tugasnya Bu Musdalifah."keluh Geby.

Wajah yang ditekuk masam menatap jengah ke arah buku yang sudah dipenuhi oleh coretan tulisan tinta hitam. Dan mungkin tulisannya tidak sebagus tulisan yang awal, seperti ceker ayam.

Dimas yang melihat Geby mengeluh terkekeh. Dari jam pelajaran Bu Musdalifah hingga bel Istirahat tidak berhenti juga untuk menulis ringkasan materi bab 3. Mengingat besok tugasnya harus segera dikumpulkan.

Mereka rela untuk tidak makan di jam Istirahat pertama demi mendapat nilai plus dari guru bertubuh bulat tersebut. Menyebalkan memang.

"Yaudah nanti malem lo lanjutin aja di rumah. Gue kasian sama tangan lo mungkin tulangnya udah geser."ucap Dimas sambil terkekeh.

GERATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang